Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangga Disebut Mental Tempe, Datanglah ke Banyumas

Kompas.com - 12/11/2014, 10:31 WIB
KOMPAS.com - Kita sering mendengar ungkapan ‘bangsa Indonesia bermental tempe’. Kalimat ini berkonotasi negatif, yang artinya sebagai bangsa yang lemah dan mudah menyerah. Padahal semestinya, kita berbangga jika disebut bermental tempe. Jika tidak percaya, datang saja ke daerah Banyumas, Jawa Tengah.

Kabupaten Banyumas, di Jawa Tengah, dengan ibukotanya Purwokerto, berjarak 380 km dari Jakarta. Perjalanan ratusan kilometer tim Explore Indonesia yang tayang di Kompas TV ke daerah ini adalah karena tempe. Ya tempe, makanan sejuta umat orang Indonesia.

Nikmat, murah dan merakyat. Itulah tempe, panganan tradisional asli Indonesia. Sayangnya tempe kadang masih dianggap sebelah mata, sebagai makanan murahan kelas bawah. Padahal tempe memiliki banyak keistimewaan.

Daerah Banyumas dan sekitarnya merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya memiliki tradisi makan tempe cukup kental. Masakan tempe yang terkenal dari Banyumas adalah tempe mendoan. Tempe berbalut tepung yang digoreng mendo alias setengah matang.

KOMPAS TV/ANJAS PRAWIOKO Tempe mendoan disajikan di hotel berbintang.
Mendoan bahkan sudah menjadi identitas kedaerahan masyarakat Banyumas. Mendoan menjadi makanan yang dirindukan warga yang hidup di perantauan.

“Di sini tempe mendoan bisa dijumpai dimana-mana, dari gerobak pinggir jalan, kantin sekolah, kafe tempat nongkrong anak muda, hingga hotel berbintang,” kata host Explore Indonesia, Belda Zando.

Jumlah produksi tempe kedelai di Banyumas mencapai 16 ribu ton dalam tahun. Tingginya konsumsi tempe, menciptakan peluang usaha bagi produsen tempe.

Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, salah satu sentra perajin tempe berskala industri rumahan. Di desa ini terdapat 500-an perajin tempe. Setiap hari, kampung tempe ini menghabiskan bahan baku 13 ton kedelai.

KOMPAS TV/ANJAS PRAWIOKO Perajin tempe di Banyumas, Jawa Tengah, keluar rumah pada dini hari untuk menjajakan tempe ke pasar.
Dalam proses pembuatan tempe, perajin masih memakai teknik tradisional, seperti untuk memisahkan kulit kedelai masih dengan cara diinjak-injak. Tapi meski disebut sebagai pangan asli Indonesia, ternyata tempe berbahan baku kedelai impor dari Amerika.

“Untuk proses pembuatanya dari kedelai mentah, direbus, dikasih ragi, dibungkus hingga menjadi tempe butuh waktu 4 hari,” kata perajin tempe, Sumarman.

Untuk mengolah limbah dari proses produksi tempe, kelompok perajin memanfaatkannya menjadi biogas. Limbah cair dikumpulkan pada sebuah reaktor dan gas yang dihasilkan kemudian disalurkan ke rumah warga.

Tempe memang murah, tapi tidak berarti murahan. Ia memiliki banyak keistimewaan. Dengan proses fermentasi dalam pembuatan tempe, kedelai menjadi lebih mudah dicerna dan protein menjadi lebih tersedia. Tempe juga mengandung asam amino esensial yang lengkap dan zat antioksidan.

KOMPAS TV/ANJAS PRAWIOKO Penelitian kandungan gizi pada tempe di Laboratorium Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jawa Tengah.
“Tempe kan murah, tapi kandungan proteinnya itu setara dengan daging. Tempe 18-20 persen, di daging juga 18 persen, kelebihannya ini murah, kalau daging per kilonya mahal dan tinggi kolesterol. Kalau tempe fitosterol, di mana fitosterol itu bagus untuk tubuh kita,” kata Prof Dr Rifda Naufalin, SP, Msi, dari laboratorium Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Dengan berbagai manfaat positifnya, tidak ada alasan untuk tidak menyukasi tempe. “Dan sejak hari ini, saya adalah orang Indonesia yang sangat bangga jika disebut bermental tempe,” kata Belda.

Bagaimana selengkapnya cerita perjalanan mengeksplor Banyumas dan sekitarnya? Saksikan program Explore Indonesia episode "Banyumas Mental Tempe" di Kompas TV Rabu (12/11/2014) pukul 20.00 WIB. (Anjas Prawioko)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com