Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/11/2014, 08:35 WIB
PERNAHKAH Anda mencicipi teh terbaik dari bumi Indonesia? Sungguh ironis, teh terbaik dari Bumi Pertiwi justru tak banyak beredar di pasar lokal. Masa kolonial telah lama berlalu, tetapi ”penjajahan” teh masih berlanjut hingga sekarang.

Imas (28) dan para pemetik teh di Kebun Teh Negara Kanaan, Ciwidey, Jawa Barat, tergolong orang-orang yang berbahagia karena bisa menikmati teh kualitas terbaik. Penghargaan mereka terhadap teh tak hanya diwujudkan dengan meminum sebanyak-banyaknya teh setiap hari.

Ketika dingin udara pegunungan Ciwidey, Jawa Barat, masih membekap pagi, Imas dan rekan-rekannya yang tinggal di bedeng karyawan pemetik teh sudah bersiap bekerja. Tak lupa memoleskan lipstik serta bedak, para perempuan ini berjalan beriringan dengan rekan pria sesama pemetik teh.

Lima tahun bekerja sebagai pemetik, Imas selalu berdandan sebelum bekerja. Di kebun, ia tak hanya menemukan pekerjaan, tapi berjumpa dengan pria pemetik teh yang kini menjadi suaminya. ”Sudah biasa dandan setiap hari. Enggak enak kalau kerja enggak dandan. Jadi senang dan semangat bekerja,” kata Imas yang terbiasa meminum hingga dua liter teh per hari.

Pemetik teh bekerja dari pukul 07.00 hingga pukul 14.00 di kebun yang jauh dari ingar-bingar kota. Mereka bekerja di bawah terik matahari dan tetap memetik teh ketika hujan lebat mengguyur bumi. ”Kalau musim hujan, tetap memetik teh. Di kebun sih rasanya hangat. Banyak berdiri. Kalau banyak minum teh, tidak sakit pinggang,” tambah Imas.

Mereka bekerja dalam satu kelompok yang terdiri dari 25 orang. Target produksi per bulan mencapai 36 ton untuk luasan 28 hektar. Suami istri atau kerabat dekat tak diperbolehkan bekerja dalam satu kelompok agar tidak mengganggu proses produksi ketika harus cuti. Dalam sehari, Imas bisa memetik 40-50 kilogram teh yang dihargai Rp 1.400 per kilogram.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Pemetik teh di Perkebunan Teh Negara Kanaan, KBP Chakra Group, Desa Indragiri, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Jeda istirahat makan alias jotik pada sekitar pukul 10.00 pagi segera dimanfaatkan untuk menyantap bekal nasi plus lauk ikan pindang. Jika butuh lalapan, beberapa batang muda teh bisa dilahap bersama sambal cikur (kencur). Definisi bahagia bagi Imas pun sangat sederhana. Jika melihat tunas-tunas muda teh bermunculan, hatinya segera riang.

Imas dan kawan-kawannya merupakan ujung tombak produksi teh. Proses produksi teh-terutama pada saat pemetikan-membutuhkan banyak tenaga kerja. Pekerja seperti Imas yang begitu menikmati persentuhan dengan teh kini sulit ditemui. Di banyak negara, termasuk Jepang, kendala minimnya tenaga kerja ini menjadi salah satu penyebab anjloknya produksi.

Titik cerah

Perkebunan teh di Indonesia menyerap 320.000 pekerja dan menyumbang devisa bersih 110 juta dollar AS per tahun. Namun, produksi nasional sebesar 140.000 ton terus turun sejak 2000. Rachmat Badruddin, Ketua Dewan Teh Indonesia, menyebut penyusutan kebun teh pada angka yang sangat mengkhawatirkan, 3.000 hektar per tahun.

Bandingkan dengan produksi teh Tiongkok yang mencapai 1,93 juta ton dan terus meningkat 8,4 persen setiap tahunnya dengan luasan areal teh mencapai 38,69 juta hektar di tahun 2013. ”Sejak sepuluh tahun terakhir, produksi teh terus meningkat,” kata Secretary General China Chamber of Tea, CFNA, Cai Jun.

Sempat menduduki peringkat lima sebagai produsen teh terbesar, posisi Indonesia kini melorot menjadi ketujuh. Penurunan produksi serta luasan terjadi karena biaya produksi tinggi, sedangkan harga jual rendah. Sebanyak 46 persen kebun teh dimiliki rakyat dengan kepemilikan hanya 0,7 hektar per petani, 25 persen swasta, dan sisanya dimiliki PT Perkebunan.

Saat ini, 60 persen produksi teh dilempar ke pasar ekspor. Namun, sebagian besar teh diekspor tanpa merek sehingga dibeli murah dengan harga 1.5-1.7 dollar AS per kg. Teh Indonesia semakin tak dikenal karena hanya digunakan sebagai bahan pencampur racikan teh. Harga jual teh di pasar lokal pun tak menggembirakan karena telanjur dicap murah.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Minuman teh Classic Orange
Jika Imas bisa mencicipi teh kualitas terbaik dan telah lepas dari politik tanam paksa yang dulu diberlakukan Belanda ketika membangun kebun teh di era tahun 1820-an, mayoritas masyarakat Indonesia masih terjajah karena belum menikmati teh premium. Teh yang beredar di pasaran lokal kebanyakan diolah dari batang, daun tua, dan sering kali dicampur bahan non-teh.

Berupaya membangkitkan kejayaan teh, beberapa pabrik membuat terobosan dengan memproduksi hanya teh kualitas terbaik. Pemilik Perkebunan Teh Negara Kanaan, PT Kabepe Chakra, membuat inovasi dengan memproduksi teh khusus seperti white tea, grey dragon, serta teh hijau jepang seperti sencha, konacha, dan genmaicha sejak 2000.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Pameran Jalur Rempah Digelar di Jakarta, Cuma sampai 31 Desember

Pameran Jalur Rempah Digelar di Jakarta, Cuma sampai 31 Desember

Travel Update
Rute ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, 20 Menit dari Malioboro 

Rute ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, 20 Menit dari Malioboro 

Travel Tips
Alasan Puncak Masih Diminati Warga untuk Rayakan Tahun Baru

Alasan Puncak Masih Diminati Warga untuk Rayakan Tahun Baru

Hotel Story
Taman Nasional Way Kambas Buka Lagi 20 Desember, Bisa Mandikan Gajah

Taman Nasional Way Kambas Buka Lagi 20 Desember, Bisa Mandikan Gajah

Travel Update
Berdiri di Perahu untuk Selfie, Turis di Venesia Jatuh ke Kanal

Berdiri di Perahu untuk Selfie, Turis di Venesia Jatuh ke Kanal

Travel Update
6 Wisata Perosotan Pelangi di Jawa Tengah, Meluncur di Hutan Pinus

6 Wisata Perosotan Pelangi di Jawa Tengah, Meluncur di Hutan Pinus

Jalan Jalan
Palembang Kejar Target 2,3 Juta Kunjungan Wisatawan hingga Akhir Tahun

Palembang Kejar Target 2,3 Juta Kunjungan Wisatawan hingga Akhir Tahun

Travel Update
Kunjungan Turis Asing ke Sri Lanka Tembus 1,27 Juta Orang

Kunjungan Turis Asing ke Sri Lanka Tembus 1,27 Juta Orang

Travel Update
Erupsi Merapi 8 Desember 2023, Wisata Lava Tour di Yogyakarta Tidak Terdampak

Erupsi Merapi 8 Desember 2023, Wisata Lava Tour di Yogyakarta Tidak Terdampak

Travel Update
3 Aktivitas di Swarnabhumi Harau, Nginap di Kabin Berlatar Tebing Tinggi

3 Aktivitas di Swarnabhumi Harau, Nginap di Kabin Berlatar Tebing Tinggi

Travel Update
5 Tips Berkunjung ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Datang Saat Cerah

5 Tips Berkunjung ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Datang Saat Cerah

Travel Tips
Jelang Nataru 2024, Tiket Kereta Api Terjual 33 Persen dari 2,6 Juta Tiket

Jelang Nataru 2024, Tiket Kereta Api Terjual 33 Persen dari 2,6 Juta Tiket

Travel Update
Liburan Tahun Baru di Lembah Oya Kedungjati, Cek Dulu Status Buka-Tutupnya

Liburan Tahun Baru di Lembah Oya Kedungjati, Cek Dulu Status Buka-Tutupnya

Travel Update
10 Wisata Dieng Terkenal buat Libur Tahun Baru 2024 

10 Wisata Dieng Terkenal buat Libur Tahun Baru 2024 

Jalan Jalan
Promo 12.12, Ada Diskon Tiket Kereta Api 20 Persen Berlaku 29 Rute

Promo 12.12, Ada Diskon Tiket Kereta Api 20 Persen Berlaku 29 Rute

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com