Bukan hanya Rohana Kudus, Syahmad juga menceritakan jika banyak tokoh-tokoh nasional seperti KH Agus Salim, Sultan Shahrir, Emil Salim termasuk juga Boy Rafli Amar (Kabag Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri) lahir di nagari (setingkat desa) tersebut. "Lihat ini saya sempat foto dengan Pak Boy saat dia berkunjung ke sini," katanya sambil memperlihatkan foto yang dipasang di depan kedainya.
Syahmad sudah tidak ingat lagi berapa banyak tokoh nasional yang lahir di Koto Gadang. "Termasuk Sjaiful Anwar yang namanya dijadikan nama rumah sakit di Malang Jawa Timur. Dia kelahiran sini," tambahnya.
Termasuk juga Tifatul Sembiring yang telah membangun jalan pintas dari Bukit Tinggi menuju Koto Gadang sehingga jaraknya lebih dekat. "Kalau memutar jaraknya sekitar 9 kilometer tapi lewat jalan pintas tangga dan jembatan ini lebih pendek jaraknya jika ke Bukittinggi. Jalan kaki sekitar 15 menit," jelasnya.
Syahmad menyarankan Kompas.com segera ke rumah Kerajinan Amai Setia milik Rohana Kudus karena biasanya rumah kerajinan tersebut tutup jam 5 sore. "Tidak begitu jauh. Rumah kerajinan tersebut peninggalan Rohana Kudus termasuk dekat dengan rumah pribadinya. Tapi rumahnya sudah kosong," katanya.
Mengikuti petunjuk arah dari Syahmad, Kompas.com akhirnya menemukan sebuah rumah panggung kuno dengan tulisan "Keradjinan Amai Setia 1915". Rumah tersebut tepat di tepi jalan utama Koto Gadang. Di dalam rumah panggung kuno tersebut terdapat hasil sulaman dan hiasan perak khas Koto Gadang.
Rohana Kudus lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada 20 Desember 1884. Ayahnya bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan yang berprofesi sebagai jurnalis. Sedangkan ibunya bernama Kiam yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Rohana Kudus adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama dan juga bibi dari penyair Chairil Anwar. Rohana Kudus juga merupakan sepupu dari KH Agus Salim.
Selain itu Rohana Kudus yang hidup di zaman yang sama dengan RA Kartini tersebut merupakan jurnalis perempuan pertama yang dimiliki Indonesia. Rohana yang menggeluti dunia tulis menulis menerbitkan surat kabar perempuan yang diberi nama "Sunting Melayu" pada 10 Juli 1912 dengan pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya semuanya adalah perempuan.
"Sekolah Kerajinan Amai Setia ini didirikan Ibu Rohana sebagai sekolah keterampilan khusus perempuan. Beliau banyak belajar menyulam, menjahit, merenda dan merajut dari istri pejabat Belanda yang menjadi tetangganya saat tinggal di Alahan Panjang. Dia juga banyak membaca majalah terbitan Belanda dan menularkan ilmunya pada perempuan-perempuan disini," jelasnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.