Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Seniman Sosialisasi Geopark Kaldera Toba di Parapat

Kompas.com - 06/12/2014, 14:31 WIB
Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe

Penulis

PARAPAT, KOMPAS.com - Sejumlah seniman dari Rumah Karya Indonesia  (RKI) bekerja sama dengan pegiat lingkungan dari Jendela Toba serta seniman di Prapat bersatu membantu pemerintah dalam mensosialisasikan Geopark Kaldera Toba. Sosialisasi itu dikemas dalam bentuk karya seni. Kegiatan yang bertajuk pentas seni budaya, “Dolok Sipiak” ini berlangsung 6-7 Desember 2014 di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Sejumlah acara telah disiapkan, antara lain, workshop dan melukis bersama anak-anak sekolah, seni daur ulang, apresiasi sastra, tari, monolog serta penulisan buku puisi “Seribu Sajak Tao Toba” (jilid II). Hal ini dijelaskan Sekretaris Jenderal RKI, Jhon Fawer Siahaan didampingi kordinator program Fredico Purba, Jumat (5/12/2014).

Jhon menjelaskan, sosialisasi Geopark Kaldera Toba harus terus-menerus dilakukan. Mengingat wacana ini masih kurang populer di masyarakat yang berdomisili di kawasan kaldera Toba. "RKI juga ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan Geopark Kaldera Toba, karena hal itu merupakan kebutuhan banyak orang," katanya.

Menurut Jhon, RKI bersama dengan Jendela Toba dan sejumlah seniman di Parapat merasa ikut ambil bagian mensosialisasikan program yang baik ini. “Secara sukarela, tanpa harus didanai siapa pun, kami merasa harus ikut mensosialisasikan informasi Geopark Kaldera Toba. Yang kami tahu, selama ini lembaga masyarakat Jendela Toba yang selalu berkampanye tentang Geopark Kaldera Toba. Dan kami terpanggil untuk ikut membantu mereka,” ujar Jhon.

“Jika selama ini Jendela Toba fokus pada geologi dan biodiversity, RKI menyentuh aspek seni dan budayanya. Untuk itulah kami juga bekerja sama dengan seniman setempat. Salah satunya dengan sanggar seni di Parapat yang dipimpin Corry Paroma Panjaitan,” tambah Jhon.

Sementara kordinator program, Fredico Purba memaparkan, melalui seni pihaknya ingin menyisipkan misi geopark itu sendiri. Yakni lahirnya konsep pariwisata berbasis edukasi, ekologi serta ekonomi kreatif yang berkelanjutan. "Tujuan inilah yang ingin kita sampaikan kepada masyarakat, khususnya anak-anak sekolah," jelas mahasiswa seni rupa Unimed ini.

KOMPAS.com/Ni Luh Made Pertiwi F. Bersantai di Pantai Pasir Putih, Danau Toba, Pulau Samosir, Sumatera Utara.
Di tempat terpisah, Direktur RKI, Jones Gultom menambahkan, geopark merupakan satu konsep yang sekarang ini menjadi rujukan di banyak negara. Seperti Tiongkok, Amerika Serikat bahkan Malaysia. Dengan mengusung visi eduekologis yang  berkelanjutan. Artinya, industri pariwisata dikembangkan tanpa harus merusak alam, seni dan budayanya.

"Di Indonesia, sebenarnya konsep ini sudah diterjemahkan nenek moyang kita melalui kearifan lokal. Sayangnya selama ini kita mengabaikan hal itu. Sekarang muncul istilah geopark, yang tujuannya sama. Tentulah kita dukung," tegas pelaku seni budaya Batak ini.

Semangat sama juga diungkapkan Gagarin Sembiring dari Jendela Toba. Ia mengajak semua pihak untuk ikut bersama menguatkan wacana geopark di masyarakat. Menurut geolog ini, hal itu penting karena merupakan point terpenting yang menjadi pertimbangan UNESCO.

“Pemahaman masyarakat terhadap geopark itu sendiri adalah aspek terpenting yang harus dipenuhi suatu daerah. Sebab inilah yang akan menjadi kunci berhasil tidaknya suatu daerah menjadi geopark oleh UNESCO. Untuk itulah kami bersama RKI turun ke masyarakat Parapat untuk menjelaskan apa itu geopark. Semua ini kita lakukan untuk menyelamatkan tanah leluhur kita dari kerusakan yang selama ini telah terjadi,” kata Gagarin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com