Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menembus Waktu di Waitabar

Kompas.com - 06/12/2014, 15:05 WIB
HUJAN baru saja reda di Waitabar, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. L. D. Ringgolango meriung bersama tetamu di teras uma kabaleka. Selembar tikar dibentangkan; sirih dan pinang disajikan.

“Begitulah adat kami menyambut tamu. Pertama, tikar dibentangkan, lalu disajikan sirih dan pinang,” tutur Ringgolango, tokoh adat Waitabar.

Di depan uma kabaleka terdapat berbagai batu kubur. Di situlah bersemayam dengan tenang arwah para leluhur. “Berbeda dengan daerah lain yang ada pemakaman umum, kami mengubur leluhur tidak jauh dari rumah,” jelasnya. “Itu sebagai tanda kasih kepada leluhur.”

Waitabar tak jauh dari Waikabubak, ibukota Kabupaten Sumba Barat—tak sampai setengah jam. Kampung ini berdampingan dengan kampung Tarung. Keduanya kompleks rumah adat Sumba yang terletak di punggung bukit.

Syahdan, dahulu kala sering terjadi perang adat sehingga kampung didirikan di atas bukit untuk keamanan. Adanya perang adat terbukti dari adung: tonggak kayu di tengah kampung dengan bebatuan tertata melingkar. “Ini dulu tempat menaruh kepala musuh,” jelas seorang pemuda Waitabar.

Rumah-rumah warga Waitabar berderet mengelilingi kompleks batu kubur. Bentuk rumah adat Waitabar seperti joglo, dengan atap tengah yang menjulang tinggi seperti menara. Atapnya dari ilalang.

Agus Prijono Suasana kampung Waitabar di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Di depan uma kabaleka terdapat berbagai batu kubur. Di situlah bersemayam dengan tenang arwah para leluhur.
Dengan begitu, ada tiga tingkat. “Tingkat pertama untuk memelihara ternak; tingkat dua untuk rumah; tingkat tiga untuk menyimpan barang-barang keramat dan beras,” Ringgolango menuturkan.

Di puncak menara terpasang sepasang kayu sebagai simbol ayah dan ibu. Di dalam atap menara itu tersimpan benda-benda keramat yang tidak boleh dilihat oleh sembarang orang. Tepat di bawahnya, terdapat tungku untuk memasak para ibu. “Jadi rumah ini sekaligus dapur.”

Setiap rumah warga Waitabar diberi nama masing-masing sesuai status sosial penghuninya. Di samping kanan uma kabaleka misalnya, terdapat uma marapu manu.

Kendati bisa berjalan di jalan setapak yang melingkar di dalam kampung, Ringgolango mengingatkan untuk tidak masuk ke areal yang keramat. Areal ini terdiri beberapa batu kubur yang dikeramatkan dengan rumah kecil. “Saya sendiri hanya bisa setahun sekali,” tegasnya.

Sore itu, warga Waitabar bercengkerama di teras-teras rumah adat. Ramah-ramah. Anak-anak bermain di kompleks batu kubur. Menjelajahi kampung ini seperti menemukan masa silam dan masa kini. (Agus Prijono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Travel Update
8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

Travel Tips
Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Travel Update
Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Travel Update
Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

Travel Update
Artotel Group Akuisisi Hotel Century Senayan, Tetap Ada Kamar Atlet

Artotel Group Akuisisi Hotel Century Senayan, Tetap Ada Kamar Atlet

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com