Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Bersepeda Keliling Gili Trawangan

Kompas.com - 09/12/2014, 09:12 WIB
Ira Fauziah

Penulis

BERKUNJUNG ke Gili Trawangan, salah satu dari tiga gili terbesar di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, rasanya tidak sah jika tidak keliling pulau seluas 340 hektar itu. Transportasi yang bisa digunakan untuk berkeliling ada dua pilihan, cidomo (sejenis delman) dan sepeda. Nah, biar bisa keliling pulau sambil berolahraga, saya memilih menggunakan sepeda.

Untuk mendapatkan sepeda tidak susah di pulau ini. Di sepanjang jalan, banyak penduduk lokal yang menyewakan sepeda. Mulai dari sepeda mini hingga sepeda gunung. Harga sewanya cukup terjangkau yakni Rp 75.000 untuk seharian. Dimulai dari depan Hotel Villa Ombak, saya mulai kayuhan. Tentu saja tidak sendiri. Saya mengajak teman-teman untuk menikmati pulau itu, juga dengan sepeda.

Kami berangkat sehabis makan siang, sekitar pukul 14.00 Wita. Ya, setidaknya kami sudah mengisi “bahan bakar” untuk mengayuh menyusuri pulau yang kelilingnya sepanjang 7,5 km itu.

KOMPAS.com/Ira Fauziah Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Di sepanjang jalan pinggir pantai berjejer kafe-kafe yang menjajakan berbagai sajian makanan dan minuman. Baik itu hidangan laut, es krim hingga minuman beralkohol. Selain cafe juga banyak tempat-tempat yang menjual berbagai macam cindera mata khas Lombok seperti kalung, gelang, cincin yang berhiaskan mutiara.  

Wisatawan mancanegara terlihat berseliweran. Penampilan mereka cukup mencolok. Selain karena mereka cukup banyak dibandingkan turis domestik, mereka juga terlihat nyaman mengenakan bikini atau bertelanjang dada. Cakep-cakep lagi.

Sepanjang pinggir pantai juga berdiri penginapan-penginapan, mulai dari yang harganya ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Sebagian penginapan memiliki cafe sendiri. Hal itu untuk memudahkan para tamu yang ingin kongkow di pinggir pantai.

Jalan yang dilalui sepeda tak melulu mulus. Berat rasanya kaki mengayuh ketika medannya mulai berpasir. Terpaksa saya dan teman-teman turun dari sepeda dan menuntunnya. Huh, capek juga. Apalagi matahari mentereng tanpa terhalang awan di langit biru nan cerah. Tak terasa keringat menetes di wajah. Lengket dan asin.

Untuk mengingatkan, sebaiknya saat bersepeda membawa minuman. Sebab, hausnya luar biasa. Beruntung jika ada warung atau café untuk minuman. Sebab café atau warung kebanyakan ada di sisi depan pulau. Sementara di sisi belakang hanya penginapan saja.

KOMPAS.com/Ira Fauziah Toko cinderamata di Gili Trawangan.
Lanjut cerita bersepeda, tiba-tiba rantai sepeda salah satu dari kami putus. Memang sih, ketika memilih sepeda, kami tidak punya pilihan banyak. Kondisinya memprihatinkan. Kebanyakan terlihat berkarat. Rantainya juga kering tak diberi pelumas. Kadang, bannya malah kurang angin. Jadi, beginilah. Kami terpaksa menuntun sepeda menemani teman yang rantai sepedanya putus.

Saat kami menuntun sepeda, ada sejumlah penduduk lokal yang sedang duduk-duduk di depan kafe menyapa kami.

“Sepedanya kenapa dituntun?” tanya salah satu dari mereka.

“Rantai sepeda putus, Pak,” jawab kami nyaris bersamaan.

Lalu, orang itu menawarkan diri memperbaiki sepeda teman kami. Tentu saja kami menerimanya dengan senang hati. Setelah rantai sepeda kembali berfungsi, kami mengucapkan terima kasih dan melanjutkan menggowes.

“Untung ada bapak itu ya. Enak di sini orangnya ramah-ramah,” ucapku.

Selagi meneruskan perjalanan, “cobaan” kami belum usai. Tiba-tiba hujan turun cukup deras. Kami terpaksa berhenti dan berteduh. Sepeda kami parkirkan. Kami berharap hujan segera reda agar bisa melanjutakan perjalanan keliling Gili Trawangan, dan kembali ke Hotel Villa Ombak, tempat kami menginap.

Angin bertiup kencang. Meski berteduh, namun cipratan air hujan yang terdorong mengenai pakaian kami. Beginilah cobaan naik sepeda di saat musim hujan di pulau ini.

Cukup lama kami berteduh namun tidak ada tanda tanda hujan akan berhenti. Jam di tangan menunjukkan sekitar pukul 17.00 Wita. Langit beranjak mulai gelap. Perasaan mulai was-was khawatir harus menempuh perjalanan lagi dengan lampu jalan yang minim. Duh!

Daripada harus menempuh perjalanan dengan kondisi gelap, kami memutuskan lanjut menggowes dalam kondisi hujan. Untung jalan sudah tak berpasir. Kami sesegara mungkin tiba di penginapan. Syukurnya, itu hanya 15 menit. Bersepeda keliling Gili Trawangan ternyata penuh tantangan.

KOMPAS.com/Ira Fauziah Pantai di Gili Trawangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com