Namun, setiap bulannya menerima kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik hingga 55.000 orang per bulan. Dampak pariwisata yang umum terjadi di pulau-pulau wisata di Indonesia, tak terkecuali Gili Trawangan, adalah masalah sampah.
Seperti diungkapkan Kepala Dusun Gili Trawangan, H Lukman, sampah di Gili Trawangan menumpuk tanpa ada pengolahan. Sampah-sampah di TPA (tempat pembuangan akhir) pada akhirnya harus dibakar karena sudah menggunung.
"Tapi kalau musim hujan begini, dibakar tidak bisa. Selama ini cara mengelola sampah yah dengan cara dibakar," katanya kepada Kompas.com di kantor Kepala Dusun Gili Trawangan, Selasa (9/12/2014).
Tak hanya itu, luas TPA hanya sekitar 20 are. Itu pun harus mengontrak karena merupakan lahan milik warga. Sehingga, lanjutnya, secara lahan pun tidak memadai. Padahal per harinya, tutur Lukman, sampah yang dihasilkan bisa mencapai 8 ton.
Ia mengungkapkan sampah seperti botol air mineral dan kaleng biasanya dikumpulkan pemulung untuk dijual. Sampah yang menjadi masalah adalah sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang.
Lukman mengaku menerima banyak keluhan dari wisatawan soal sampah. Sementara itu, Delphine Robbe dari Yayasan Ekosistem Gili Indah Gili Eco Trust, menuturkan bahwa saat ini sudah ada mesin penghancur botol.
"Botol juga masalah. Ada banyak botol bir yang menumpuk. Dengan mesin ini, botol dihancurkan menjadi pasir. Ada dua mesin," katanya.
Yayasan tempat Delphine bekerja ini sudah beberapa tahun bergerak di bidang lingkungan di kawasan Gili Indah (Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air), termasuk masalah pengelolaan sampah.
"Saat ini yang kami butuhkan adalah mesin insinerator dan mesin press," tuturnya.
Mesin insinerator ini digunakan untuk membakar sampah dengan cepat dan dalam volume besar, tetapi asap hasil pembakaran disaring sehingga meminimalisir polusi udara. Sedangkan mesin press digunakan untuk sampah-sampah yang bisa didaur ulang. Sampah-sampah ini ditekan sehingga padat dan mudah dikirim ke Jawa.
"Daur ulang untuk barang-barang ini di Jawa," katanya.
Delphine mengungkapkan sampah-sampah yang susah didaur ulang seperti plastik dengan material alumium di dalamnya, terpaksa harus dibakar. Contohnya adalah plastik bekas minuman dan makanan kemasan. Jumlahnya terbilang besar, bisa 3 ton per hari.
Gili Eco Trust sendiri mencari pendanaan dari para penyelam yang datang ke Gili Trawangan. Lukman juga menuturkan pengelolaan sampah masih bersifat swadaya masyarakat, yaitu dari iuran warga dan pengusaha setempat.
"Ke depannya ini kami harus memikirkan bagaimana mengelola sampah. Karena akan semakin menumpuk. Selama ini semua usaha masyarakat sini sendiri," katanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.