Daya tarik Bukit Kelam tak hanya karena terbentuk batu besar, tetapi ada cerita menarik di balik bongkahan raksasa itu. Menurut masyarakat setempat, bukit batu itu memiliki legenda. Konon, ada seorang pemuda Dayak yang sakti bernama Bujang Besji ingin menutup Sungai Kapuas dan Sungai Melawi dengan batu yang kini menjadi Bukit Kelam.
Tujuannya, ingin menjadikan Sintang danau. Namun, rencana Bujang gagal karena digoda seorang bidadari cantik sehingga ia terperosok ke lubang dan tidak bisa mengangkat batu itu lagi. Akhirnya, batu itu dibiarkan begitu saja yang kini menjadi Bukit Kelam. Cerita itu digambarkan di dinding di Taman Wisata Bukit Kelam.
Namun, ada pula yang menduga bongkahan batu raksasa itu meteor yang jatuh ke bumi di masa silam. Hal itu mengundang daya tarik sejumlah peneliti, misalnya dari Perancis.
Menurut penelitian, Bukit Kelam memang meteor yang jatuh di masa silam. Hal itu didasarkan pada unsur batu pembentuk Bukit Kelam yang sama dengan unsur bebatuan meteor. Dugaan itu kian menguat pula dengan banyaknya batu serupa yang dijumpai di sekeliling Bukit Kelam yang diperkirakan pecahan meteor.
Mendaki hingga ke puncak Bukit Kelam bagi orang yang belum terbiasa memerlukan waktu sekitar empat jam. Namun, masyarakat sekitar atau petugas di Taman Wisata Bukit Kelam tidak lebih dari dua jam. Pengelola sudah memasang tangga untuk membantu pengunjung ke puncak bukit.
Meski bukit itu terbentuk dari bongkahan batu, pepohonan masih bisa tumbuh di lereng. Dalam perjalanan menuju puncak Bukit Kelam, pengunjung disuguhi keindahan hutan yang asri. Pohon-pohon yang sudah hampir punah di Kalbar, misalnya pohon belian dan bengkirai, masih bisa dijumpai. Pengunjung pun masih dapat menemukan kantong semar dan anggrek hutan dan satwa antara lain tupai, monyet, dan walet.
Saat di puncak, pengunjung dapat menikmati kota Sintang dan hutan di sekitarnya dari ketinggian. Pada malam hari hingga pagi, suhu di puncak Bukit Kelam dapat di bawah 20 derajat celsius.
Sejak 2002
Handan Dani, petugas Taman Wisata Bukit Kelam, menuturkan, lokasi itu dibuka sebagai tempat wisata sejak 2002. Sejak itu, Taman Wisata Bukit Kelam sering dikunjungi wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti pelajar dari Belanda. Selain ingin mengenal budaya di Sintang, para pelajar itu juga meneliti alam di Bukit Kelam.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan