Hal itu diungkapkan President of Indonesia Travel and Tourism Awards (ITTA) Panca R Sarungu seusai konferensi pers penganugerahan ITTA ke-5, Senin (15/12/2014), di Jakarta.
”Di Indonesia, ada sekitar 30 nama hotel murah, baik yang berada di bawah manajemen hotel multinasional maupun lokal,” ujar Panca. Sebagai contoh, Grup Aston meluncurkan Fave Hotel.
Fenomena ini, kata Panca, berawal dari Amaris Hotel, di bawah manajemen Santika Hotel, sekitar dua tahun lalu. Hotel berbintang tiga itu menawarkan harga terjangkau dengan kualitas layanan prima, nyaris setara kelas bintang lima.
”Sebagian besar masyarakat sebelumnya meragukan konsep itu. Akan tetapi, pertumbuhan pendapatannya makin lama meningkat,” kata Panca.
Gunalan, Board of Advisor ITTA, asal Singapura, mengatakan, di negaranya, tren tersebut sudah terjadi sejak lima hingga tujuh tahun lalu. Jumlah hotel murah sudah lebih dari 100 dengan 60-70 merek atau manajemen.
”Mayoritas pemiliknya adalah pengusaha lokal. Ada pula yang berada di bawah naungan manajemen hotel multinasional seperti Accor,” ujar Gunalan.
Hotel-hotel tersebut tersebar di dekat bandara, stasiun, dan tempat wisata ternama seperti China Town dan Little India. Harga yang ditawarkan kurang dari Rp 1 juta hingga maksimal Rp 1 juta.
”Jangan bandingkan pelayanan konsep hotel ini dengan hotel kelas melati dan bintang dua. Meski murah, layanan mereka sangat berkelas,” ujar Gunalan.
Menjamurnya hotel murah, kata Gunalan, membuat Pemerintah Singapura membatasi pembangunan hotel murah.
Public Relations and Marketing Communication Pegipegi.com Anggara Yudha Pratama berpendapat serupa. Mayoritas pengguna laman agen wisata ini memesan hotel bintang tiga ke bawah. Wisatawan lebih menyukai hotel yang dekat dengan kawasan wisata. (MED)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.