Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sail Derawan 2015, Siapkah?

Kompas.com - 22/12/2014, 12:37 WIB

Pemandangan Derawan yang indah dari kejauhan tereduksi oleh sampah-sampah berserakan di daratannya. Tiadanya tempat pembuangan sampah, ditambah belum ada kesadaran warga, juga wisatawan, adalah akar masalahnya. Di balik bening air Derawan pun tersembul sampah plastik.

Berlanjut ke soal kuliner dan layanan pendukung, Derawan cukup memprihatinkan. Wisatawan dijamin kesulitan menemukan warung yang menyediakan masakan laut ataupun sekadar menyeruput kopi. Pilihan makan akhirnya terbatas, hanya mi instan dan minuman instan.

Penyewaan sepeda yang dibanderol Rp 20.000 per jam tidak memberi kesan. Kompas menjajalnya pekan lalu. Nyaris semua sepeda tidak dalam kondisi bersih karena hanya diparkir di teras. Sebagian besar rantai sepeda berkarat dan rem tidak pakem sehingga sepeda tidak nyaman dikendarai. Bannya pun rata-rata kempis sehingga harus dipompa lebih dulu.

Melongok ke homestay yang menyatu dengan rumah penduduk belum ada aturan baku. Mardiawati pun mengeluh soal banting-bantingan tarif kamar. ”Homestay yang di tepi pantai laku duluan. Kalau mereka memasang tarif lebih murah, kami dapat sisa-sisa tamu,” katanya.

Mengurai masalah

Pemkab Berau berupaya mengurai persoalan. Untuk mengatasi sampah, tengah dipikirkan untuk membawa sampah menuju Tanjung Batu. Ruas jalan menuju Tanjung Batu sudah diperhalus di sejumlah titik. Warga juga pelan-pelan diajak membuka cakrawala kulinernya.

Pembangunan bandara di Maratua juga dikebut. Bandara itu nanti bisa didarati pesawat berukuran sedang (50-60 penumpang). Staf ahli Bupati Berau, Mapasikra Mapaselleng, menegaskan, Sail Derawan 2015 harus diperjuangkan sebisa mungkin. ”Ada tanggung jawab moral ke masyarakat,” ujarnya.

Gubernur Awang Faroek Ishak menyebut Kaltim sebenarnya jauh lebih siap menghelat Sail Derawan 2013 daripada Sail Komodo. Karena itu, ia yakin Sail 2015 akan jatuh ke Derawan.

Namun, tentu saja, Kaltim, Berau, juga warga harus bekerja keras meyakinkan pemerintah pusat. (Lukas Adi Prasetya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com