Salah satu yang dilakukan Vietnam National Administration of Tourism (VNAT) adalah menambah tempat tujuan wisata sekaligus memperluas pangsa pasarnya. Selama ini, turis yang banyak mengunjungi Vietnam, antara lain, berasal dari Tiongkok, Perancis, Amerika Serikat, dan Jepang. Kini, giliran Indonesia yang dijadikan sasaran berikutnya.
Awal Desember 2014 lalu, misalnya, VNAT mengundang perwakilan beberapa biro perjalanan Indonesia bertukar pikiran tentang pariwisata kedua negara. VNAT juga memperkenalkan tempat tujuan wisata ”baru” yang diperkirakan bisa mengundang turis asal Indonesia.
Salah satunya pemandangan alam di wilayah Ninh Binh. Duong Thi Thu Trang (34), pemandu wisata, menyebutnya sebagai Trang An. Dengan menumpang perahu yang didayung seorang perempuan petani setempat, kami menyusuri semacam danau yang dikelilingi bukit-bukit karst. Jarak perahu dengan dasar air yang jernih hanya 1-2 meter sehingga tumbuh-tumbuhan air dan ikan-ikan yang berlalu lalang terlihat jelas.
Selama 2-3 jam keheningan dan bunyi gemercik air karena gerakan dayung yang mengayun perlahan, menemani kami menikmati alam. Ke atas, mata kita memandang langit biru yang bersih, ke depan dan samping kita menikmati hijaunya vegetasi di antara bukit karst dan tanah pertanian.
Kesunyian itu kadang terpecahkan bunyi tawa atau obrolan penumpang ataupun pendayung perahu-perahu lain. ”Untuk menyewa perahu, tarifnya 25 dollar (AS). Satu perahu bisa untuk 4-5 orang,” ucap Trang, sang pemandu.
Sambil mendayung, perempuan petani itu bercerita dan diterjemahkan Trang. Kata dia, tahun 2006 tempat ini dibuka untuk turis. Jernihnya air bisa terjaga karena mereka diwajibkan membawa jaring untuk mengambil sampah. ”Kalau ada turis membuang sampah ke air, pendayung akan mengambilnya, tanpa mengatakan dilarang membuang sampah sembarangan. Tetapi kalau si turis kembali membuang sampah, baru diberi peringatan,” kata Trang.
Sambil bercakap-cakap pelan, kami melewati dan menikmati kegelapan goa sepanjang sekitar 100 meter yang disebut Hang Seo. Sebelumnya, Trang memperingatkan kami untuk menundukkan kepala karena stalagtit goa itu rendah. Tak berapa lama, kami kembali menundukkan kepala melewati Goa Son Dong sepanjang 250 meter.
Kami juga melewati Goa Trane (250 meter) yang langit-langitnya tinggi. Kali ini kami seperti berada di dalam ruangan dengan bayangan stalagtit yang terlihat jelas lewat pantulan air di bawah. Terakhir, kami melewati gua Quy Hau (100 meter).
Bangunan tua di Hanoi
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.