Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hangat dalam Dekapan Natal

Kompas.com - 31/12/2014, 10:49 WIB
NATAL selalu datang lebih awal di Pegunungan Alpen yang terbentang di tujuh negara di Eropa. Mendaki ke salah satu puncaknya, Matterhorn (4,478 mdpl), salju putih memenuhi seluruh ruang pandang. Di antara dentingan lagu ”Jingle Bells” serta hiasan natal, kegembiraan menyambut musim dingin terasa sempurna.

Matterhorn di Swiss, menyajikan begitu banyak pesona. Dari hanya sekadar diam tepekur menatap ke puncaknya yang berbentuk unik seperti piramida yang dipahat dari batu kasar, berseluncur ski di lereng salju terluas, hiking di atas salju, menginap di rumah iglo, hingga meluncur masuk ke dalam perut gletser.

Tak heran, jika Matterhorn menjadi tujuan wisata favorit bagi para selebritas dunia seperti Robbie Williams hingga keluarga Kerajaan Inggris dan Italia. Mereka bisa tinggal membaur dengan masyarakat tanpa takut diburu kamera paparazi. Ada kesepakatan tak tertulis di Zermatt (1.620 mdpl), desa tertinggi sebelum Matterhorn, untuk tidak mengganggu privasi para pesohor dunia ketika mereka sedang berlibur.

Gugusan Matterhorn dengan salju abadi sepanjang tahun di puncaknya memang selalu mampu membuat wisatawan jatuh cinta. Pesonanya terpancar terlebih ketika memasuki musim dingin. Pada Desember, ketika salju mulai memeluk wilayah perbukitan, wisatawan pun berdatangan dengan membawa beragam atribut perlengkapan ski.

Sandra asal Austria serta Kristina dari Jerman, keduanya bekerja di kantor pariwisata Zermatt, sama-sama jatuh hati pada Matterhorn. Pijar cinta itu tampak jelas ketika mereka menuntun kami, rombongan wartawan dari Asia Tenggara, untuk menjelajahi keindahan pariwisata musim dingin sekitar Matterhorn dalam program ”The Original Winter” pekan lalu.

KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN Puncak Matterhorn
Matterhorn berlokasi di perbatasan antara Swiss dan Italia. Warga Italia menyebutnya sebagai Monte Cervino, sedangkan orang Perancis menjulukinya Mont Cervin. Memandang pucuk Matterhorn terasa sempurna dari Gornergrat Bahn. Di Gornergrat, tubuh seakan dikelilingi 29 puncak gunung es mulai dari Matterhorn, Liskamm (4527 mdpl), hingga Dufour-Spitze (4634 mdpl).

Gornergrat, tempat lapang setinggi 3.089 mdpl ini bisa ditempuh dengan kereta api dari Zermatt. Perjalanan menuju Gornergrat pun tak kalah fantastis. Ketika jalanan mulai menanjak, pohon-pohon pinus mulai berselimut salju. Desau angin di antara pucuk-pucuk cemara itu seolah mengabarkan bahwa Natal segera tiba.

Ketika pepohonan menghilang berganti bukit-bukit terjal, tak tampak lagi kehidupan. Dengan menajamkan mata ke arah punggung bukit, terlihat gerombolan kambing salju alias black nose sheep. Mereka mengais rumput hijau di bawah lapisan bukit salju nan curam.

Perjalanan dengan kereta semakin menyenangkan ketika mengetahui tentang sejarah perkeretaan yang telah berlangsung sangat lama. Kereta ke Gornergrat Bahn merupakan rel tertinggi di Eropa yang dibangun sejak 1898. Meski disuguhi pemandangan dingin salju, suasana hangat di dalam kereta membuat penumpangnya memilih melepas jaket dan seluruh perlengkapan musim dingin.

Jacuzzi di Iglo

Bagi pencinta ski, Matterhorn menjadi surga dengan 350 kilometer lereng ski di musim dingin-termasuk Cervinia di Italia- serta 20 kilometer lereng ski di musim panas. Jika ketebalan salju tak mencukupi, mesin-mesin pencipta salju artifisial dari bahan baku air telah disiapkan. Salju artifisial ini pula yang digunakan untuk membuat iglo atau rumah dari dinding es.

KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN Masuk ke dalam gletser
Hanya dengan berjalan kaki atau sekaligus berolahraga ski dari Gornergrat, wisatawan bisa mengunjungi kampung Iglo yang hanya bisa dinikmati pada musim dingin. Kampung iglo atau Iglu-Dorf ini menjadi daya tarik wisata minat khusus yang dilengkapi bar, restoran, dan rumah iglo. Memasuki awal bulan Desember, 25 rumah iglo yang masing-masing terdiri dari 11 kamar mulai dibangun dan disewakan sepanjang musim dingin.

Reto Gilli dari Iglu-Dorf bercerita hanya menggunakan salju artifisial untuk membangun rumah iglo. Gilli kemudian mengantar kami berkeliling menyaksikan ruang-ruang dengan suhu bertahan 0 derajat celsius di dalam rumah iglo. Suhu di luar bisa mencapai minus 20. Tempat tidur yang terbuat dari es dilapisi dengan kulit sintetis agar terasa lebih hangat. Rumah iglo ini pun dilengkapi dengan fasilitas mewah seperti jacuzzi air hangat dan dihiasi patung serta pahatan lukisan es.

Di atas tempat tidur es itulah, wisatawan bakal tidur dalam kantong tidur polar yang hangat dan super nyaman. Kampung ini bahkan menyediakan kantong tidur buat berdua. Tak heran, banyak pasangan yang memilih berbulan madu di rumah iglo. ”Lokasinya eksklusif. Rumah iglo dibangun lalu meleleh setiap tahun. Satu malam di iglo menjadi pengalaman tak terlupakan,” kata Gilli.

Jika tak ingin tidur di rumah iglo, hotel-hotel di Zermatt, desa terakhir sebelum Matterhorn, bisa menjadi pilihan menarik. Desa yang menjadi persinggahan bagi mayoritas wisatawan ini dengan mudah bisa dijangkau dengan kereta Glacier Express yang tersambung ke beberapa kota besar di Swiss seperti Milan, Zurich, dan Bern.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com