Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/01/2015, 10:13 WIB
Kontributor Bandung, Rio Kuswandi

Penulis

GARUT, KOMPAS.com - Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, ada yang namanya Pantai Ranca Buaya. Pantai ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Memang indah pantai ini karena memiliki banyak bebatuan karang yang besar dan memiliki tebing-tebing bebatuan yang tinggi. Tak kalah menarik adanya air terjun yang langsung menghadap ke pantai. Ombak di pantai ini sangatlah besar sehingga tidak cocok untuk berenang.

Selain itu, pantai ini memiliki goa yang disebut dengan Goa lalai atau Goa Kelelawar. Goa Kelelawar ini ada di daratan seperti jurang yang menjulang langsung ke lautan. Di bawah goa ini ada karang yang dihinggapi banyak kelelawar. Sesekali ombak membasahi karang-karang dalam goa itu. Goa ini terbilang berbahaya, karena bisa memakan jiwa. Jangan pernah anda sekali-kali mencoba masuk atau turun ke Goa Kelelawar itu, karena jika terjatuh, anda akan terbawa ombak dan tersapu ombak tersebut ke lautan. Jika seseorang terjatuh ke dalam goa itu, dipastikan tidak pernah kembali.

Pantai ini memang indah, namun sayangnya belum banyak dipromosikan.  Terlebih lagi, pemerintah belum mencoba melakukan penataan dan mendessain pantai tersebut agar menjadi perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan berencana akan menjadikan Pantai Ranca Buaya ini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Jawa Barat. "Kita akan kembangkan potensi wisata di Pantai Ranca Buaya. Potensi wisata di pantai ini terkait ke kiri dan ke kanannya kan, kirinya harus indah dan kanannya juga harus indah. Mudah-mudahan bisa kita kembangkan, kita tata, kita desain semenarik mungkin," kata Aher di Garut, Sabtu (3/1/2015).

KOMPAS.COM/RIO KUSWANDI Goa Kelelawar atau Goa Lalai yang terletak di atas tebing pantai Ranca Buaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Menurut Aher, di sekitar pantai ada lahan milik provinsi sekitar 11 hektar. "Mungkin lahan itu bisa dibebaskan lebih jauh lagi untuk dibuat kawasan percontohan wisata pantai yang nyaman. Pantai ini harus jadi pusat rekreasi, karena pantai ini sangat memadai," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Gubernur Jabar, Disbudpar Jabar dengan Pemerintah Kabupaten Garut harus bekerja sama untuk membuat desain penataan pantai Ranca Buaya yang menyeluruh.  "Kira-kira kita buat road map lah, master plan-nya," katanya.

Pembenahan dalam mempercantik pantai ini, kata Aher, akan dimulai pada tahun ini juga (tahun 2015). "Kita mulai rancangan-rancangannya tahun ini, pengembangan-pengembangan untuk tahun ke depan kan sesuai dengan rancangan, kita buat rancangannya. Kita desain oleh ahli pariwisata," katanya.

Gubernur juga menyoroti soal Goa Kelelawar yang akan menambah keunikan pantai Ranca Buaya tersebut. "Terkait dengan Goa Kelelawar atau Goa Lalai tentu unik ya, itu kan, tanjung ya, ada daratan yang menjulang ke lautan, bawahnya itu karang dan bawahnya lagi itu tembus ke laut," katanya.

Hanya saja, wisatawan di Pantai Ranca Buaya jangan gegabah dengan goa itu karena bisa memakan korban.  "Dilarang turun ke goa itu, kalau ada yang lagrag (jatuh) ke situ, tidak ada yang kembali lagi, karena terbawa ombak dan kemudian terbawa ke lautan. Jadi jangan coba-coba masuk ke situ, itu daerah berbahaya. Ada ruang kosong, yang ternyata lubang besar yang dihuni banyak kelelawar dan ke bawahnya tembus ke lautan," katanya.

KOMPAS.COM/RIO KUSWANDI Pantai Ranca Buaya di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Rencana perbaikan akses jalan dan penyediaan listrik

Akses jalan di seputaran Pantai Ranca Buaya memang masih jelek dan belum ada listrik. Namun, Gubernur Jabar enggan buru-buru menyediakan listrik dan memperbaiki akses jalan di seputaran pantainya. Dia mengaku, ingin memfokuskan penataan dan mendesain pantainya dulu. Menurut Aher, jika perbaikan jalan dan listrik yang didahulukan, dirinya khawatir akan banyak warga yang berdagang di sekitar pantai yang pada akhirnya pantai jadi kumuh.

"Kita tidak ingin kalau listrik yang muncul duluan dan kita juga tidak ingin jalan dulu yang muncul, takutnya nanti jadi kumuh. Makanya, listrik dan jalan kita tahan dulu, mendingan ditata dan didesain dulu. Nah, nanti jalan dan listrik menyusul tergantung desainnya seperti apa," katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Turis Asing ke Bali Bayar Rp 150.000, Dipastikan Tak Ada Penumpukan di Bandara

Turis Asing ke Bali Bayar Rp 150.000, Dipastikan Tak Ada Penumpukan di Bandara

Travel Update
Pendakian Gunung Penanggungan via Jolotundo, Lewati Candi-candi Peninggalan Masa Lalu

Pendakian Gunung Penanggungan via Jolotundo, Lewati Candi-candi Peninggalan Masa Lalu

Travel Tips
Karhutla, Taman Nasional Baluran Tutup hingga 30 September

Karhutla, Taman Nasional Baluran Tutup hingga 30 September

Travel Update
Liburan ke Namibia Afrika, Kini Bisa Ajukan Visa Turis secara Online

Liburan ke Namibia Afrika, Kini Bisa Ajukan Visa Turis secara Online

Travel Update
Wisata Sawah Sumber Gempong Mojokerto, Ada Mata Air Tak Pernah Kering 

Wisata Sawah Sumber Gempong Mojokerto, Ada Mata Air Tak Pernah Kering 

Jalan Jalan
Geopark Kaldera Toba Dapat Kartu Kuning UNESCO, Pemerintah Kejar Perbaikan

Geopark Kaldera Toba Dapat Kartu Kuning UNESCO, Pemerintah Kejar Perbaikan

Travel Update
Malaysia Airlines Terbang ke Kertajati mulai 30 Oktober 2023

Malaysia Airlines Terbang ke Kertajati mulai 30 Oktober 2023

Travel Update
Komodo Pulang Kampung, Wujud Pelestarian Ikon Pariwisata Labuan Bajo

Komodo Pulang Kampung, Wujud Pelestarian Ikon Pariwisata Labuan Bajo

Travel Update
6,31 Juta Jumlah Wisman per Juli, Kemenparekraf Optimistis Target 2023 Tercapai

6,31 Juta Jumlah Wisman per Juli, Kemenparekraf Optimistis Target 2023 Tercapai

Hotel Story
Puncak Tertinggi di Arab Saudi Akan Jadi Tempat Wisata Baru

Puncak Tertinggi di Arab Saudi Akan Jadi Tempat Wisata Baru

Travel Update
Tiket Pesawat Mahal Jadi Hambatan Turis Asal China ke Indonesia

Tiket Pesawat Mahal Jadi Hambatan Turis Asal China ke Indonesia

Travel Update
PHRI Akan Luncurkan Aplikasi Pesan Hotel Online, Diklaim Lebih Murah

PHRI Akan Luncurkan Aplikasi Pesan Hotel Online, Diklaim Lebih Murah

Travel Update
6 Tips ke Lapangan Banteng, Bawa Bekal dan Datang Sore

6 Tips ke Lapangan Banteng, Bawa Bekal dan Datang Sore

Hotel Story
Hati-hati Pakai Headphone di Pesawat, Ini Alasannya

Hati-hati Pakai Headphone di Pesawat, Ini Alasannya

Jalan Jalan
Desa di Bangka Tengah Ini Gelar Event Budaya Jelang Mulid Nabi Muhammad, Ada Kirab 1.000 Telur

Desa di Bangka Tengah Ini Gelar Event Budaya Jelang Mulid Nabi Muhammad, Ada Kirab 1.000 Telur

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com