Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rezeki dari Daun Borobudur

Kompas.com - 19/01/2015, 16:12 WIB

Lukisan Zuki dibuat di atas daun bodhi yang telah ditempel ke selembar kertas kaku berukuran 16 x 24 sentimeter, yang kemudian ditutup plastik. Dia sengaja tidak membuatnya dalam bentuk laminating agar lukisan tetap terlihat indah jika nanti dipigura oleh pelanggan. Namun, di luar bentuk yang biasa dibuatnya tersebut, Zuki terkadang juga langsung membuatnya dalam bentuk dipigura sesuai permintaan.

Dalam satu minggu, Zuki bisa membuat 100 atau lebih lukisan di atas daun bodhi. Dalam produksi, ada satu hingga dua asisten yang membantunya memotong kertas yang menjadi tempat daun- daun tersebut ditempelkan. ”Menempelkan daun bodhi dan melukisnya tetap saya kerjakan sendiri,” ujarnya.

Karena merasa karyanya terbilang unik, Zuki pernah berniat mematenkan. Namun, hal itu urung dilakukannya karena proses mengurus hak paten terlalu rumit. Belakangan, dia pun justru tidak peduli jika ada yang menirunya.

”Saya seharusnya bangga ketika ada yang menirunya karena berarti lukisan di atas daun bodhi ini adalah karya bagus yang menginspirasi banyak orang untuk membuatnya,” ujarnya.

Zuki memasarkan produknya ke sejumlah pedagang asongan di kawasan Candi Borobudur. Dia juga memasarkan lewat sebuah toko yang menjual aneka produk kerajinan di Yogyakarta. Sebagian produk dijualnya sendiri di studionya di sekitar Candi Mendut.

Jika menjual dengan perantara, harga setiap karya Zuki ditawarkan Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per lembar. Namun, hal itu tidak berlaku jika si pembeli langsung datang ke tempatnya.

”Untuk pembeli yang langsung datang pada saya, harga bisa berubah-ubah. Jika pembelinya turis asing, maka harga lukisan bisa saya tawarkan Rp 500.000 per lembar,” ujarnya.

Khusus untuk lukisan yang dipigura dengan ukuran 1 meter x 0,8 meter, harga lukisan bisa mencapai jutaan rupiah. Omzet penjualan Zuki bisa Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per bulan.

Zuki juga tidak ingin memopulerkan dirinya sendiri dengan memasang nama dan nomor telepon di setiap hasil karyanya. Hal semacam ini dikhawatirkannya membuat semakin banyak orang langsung membeli lukisan itu darinya dan melupakan jasa perantara, serta memutus rantai keuntungan dari pedagang asongan dan toko di Yogyakarta.

Bagi Zuki, membagi keuntungan itu sama pentingnya dengan membina relasi dari para ”distributornya”. (Regina Rukmorini)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com