Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Jejak Kesuksesan Indonesia di Museum KAA

Kompas.com - 25/01/2015, 15:21 WIB

Berdasarkan data pengunjung museum dari Kasi Promosi dan Publikasi Museum KAA, Asep Bahrimansyah, ada sebanyak 177.981 orang pengunjung sepanjang 2014 dan 8.295 orang di antaranya adalah wisatawan asing.

Jumlah turis asing yang menyempatkan diri untuk melihat rekam jejak sejarah KAA saat mereka berkunjung ke Bandung itu jauh di atas angka kunjungan dari kalangan perguruan tinggi, peneliti, jurnalis, tamu negara, serta kalangan instansi/organisasi asing dan dalam negeri.

Data yang dikumpulkan karyawan museum yang berada di bawah pengelolaan Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI itu menunjukkan jumlah pengunjung dari kalangan pelajar TK-SD/Madrasah Ibtidaiyah mencapai 28.050 orang dan SMP/Madrasah Tsanawiyah (68.511).

Seterusnya, kalangan pelajar SMA/SMK/Madrasah Aliyah sebanyak 20.899 orang, perguruan tinggi (5.601), peneliti (74), jurnalis (65), organisasi asing (620), organisasi dalam negeri (7.349), wisatawan nusantara (38.247), dan tamu negara (270).

Pada Rabu pagi itu, Maarten Geuzendam, turis asal Belanda, tampak di antara puluhan orang pengunjung ruang pameran museum yang menempati gedung yang selama era pemerintahan Kolonial Belanda menjadi tempat berkumpul orang-orang Eropa itu.

"Museum satu tema ini lumayan bagus tapi ukurannya kecil. Saya berharap Bandung punya museum yang lebih besar seperti di banyak kota Eropa. Bagi saya, museum merupakan bagian dari cermin identitas diri dan sejarah bangsa," kata Maarten.

Seperti pengunjung lain, Maarten memulai penelusurannya dari ruang pameran tetap yang memamerkan foto-foto mengenai peristiwa yang melatarbelakangi KAA serta dampak KAA bagi dunia internasional, Gedung Merdeka dari masa ke masa, dan profil negara-negara peserta.

Kemudian langkah kaki dilanjutkan ke ruang-ruang lain seperti perpustakaan dan audio visual serta ke aula tempat berlangsungnya konferensi dimana ratusan kursi yang dibalut busa berwarna merah dan deretan bendera negara peserta berada. Dari situ, kunjungan berakhir di kedai cenderamata.

Menyaksikan berbagai foto dan gambar para tokoh maupun peristiwa mulai dari persiapan hingga hasil konferensi yang digelar hanya sekitar 10 tahun setelah Indonesia merdeka itu, para pengunjung agaknya merasakan kekuatan kepercayaan diri serta visi dan misi Bangsa Indonesia yang menembus batas zamannya.

Bahkan, sebagaimana terpampang di salah satu koleksi yang ada di ruang pameran utama museum itu, Bung Karno ternyata telah menegaskan "mimpi besarnya" untuk membangun kerja sama antar-kekuatan bangsa-bangsa Asia dan Afrika demi kemerdekaan dan perdamaian dunia 22 tahun sebelum KAA digelar.

Proklamator dan presiden pertama Indonesia itu berucap di Bandung pada Maret 1933: "Jikalau Banteng Indonesia sudah bekerja bersama-sama dengan Sphinx dari Negeri Mesir, dengan Lembu Nandi dari Negeri India, dengan Liong Barongsai dari Negeri Tiongkok, dengan kampiun-kampiun kemerdekaan dari negeri lain, jikalau Banteng Indonesia bisa bekerja bersama-sama dengan semua musuh kapitalisme dan internasional-imperialisme di seluruh dunia-, wahai tentu hari-harinya internasional-kapitalisme itu segera terbilang!"

Di Museum KAA yang pada 2013 mendapat predikat "museum terbaik di Kota Bandung dalam bidang pelayanan publik yang berbasis pada konsep keterlibatan publik" itu, tersimpan bukti sejarah kekuatan diplomasi Indonesia di saat negeri ini masih berumur 10 tahun.

Di Gedung Merdeka ini, Indonesia berhasil menggelar konferensi internasional yang melahirkan Dasa Sila Bandung yang menjadi pedoman bagi bangsa-bangsa terjajah dalam memperjuangkan kemerdekaannya dan dianggap banyak pihak sebagai salah satu faktor penting yang turut menentukan jalannya sejarah dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com