Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Veronika Anu, Semangat Menjadi "Tuan" di Negeri Sendiri

Kompas.com - 27/01/2015, 11:33 WIB
CITA-cita menjadi ”tuan” di negeri leluhur betul dihayati Veronika Anu (53). Memulai usaha di bidang suvenir dan pusat kerajinan Bajawa, Ngada, Nusa Tenggara Timur, kini perempuan asli Langa, Ngada, ini mengembangkan usaha di bidang perhotelan, butik, kebutuhan bahan pokok, sepatu, dan tas. Kesuksesan berawal ketika Veronika menuruti selera turis asing yang suka dengan benda-benda unik dari Pulau Flores dan Nusa Tenggara Timur umumnya.

Dia harus bersaing dengan pengusaha-pengusaha lain yang sudah sukses di sejumlah bidang usaha. Pengusaha itu, katanya, harus sangat pandai membaca peluang dan mampu menjalin hubungan kerja sama dengan penguasa (birokrat) setempat. Berkat keuletan, kesabaran, dan kerja keras, Veronika akhirnya mampu tampil sebagai salah satu putra asli Ngada yang tidak dianggap enteng.

Ketika ditemui di toko Bintang Art Shop di Bajawa, Kamis (15/1/2015), Veronika begitu sibuk mengawasi karyawan dan sekaligus melayani konsumen. Toko suvenir dan pusat kerajinan tradisional yang dibangun tahun 1986 itu berdekatan dengan tiga toko lain yang menjual bahan pokok, butik, pakaian tradisional, serta sepatu dan tas.

”Untuk hotel Bintang Wisata I dan Bintang Wisata II, di dalam kota Bajawa saya serahkan kepada anak pertama dan kedua yang kelola. Hotel Bintang Wisata III di Riung, pusat obyek wisata Ngada, sekitar 50 km dari Bajawa, pun dikelola anak ketiga. Tetapi, saya tetap mengawasi kegiatan mereka,” kata Veronika.

Ketika suami tercinta, Hermanus Bhiku, meninggal pada tahun 2012 karena serangan jantung, Veronika menjadi orangtua tunggal. Dia tetap fokus pada usaha yang telah dirintis bersama suami, selain merawat anak-anaknya yang ketika itu masih duduk di bangku SD dan SMP. Terkadang ia putus asa ketika menghadapi persoalan, tetapi ia tetap ingin menjadi ”tuan” di atas tanah leluhur sendiri.

Semangat itu pula ingin ditularkan kepada anak-anaknya. Karena itu, sejak dini mereka diajari bekerja keras dan mandiri dengan fasilitas yang tersedia. Di tengah perjuangan itu, anak menjadi satu-satunya hiburan di kala suka dan duka.

Ia mengaku, penghasilan terbesar tetap diperoleh dari toko suvenir Bajawa karena barang-barang yang tersedia sangat diminati turis asing, dan merupakan satu-satunya toko kerajinan tradisional di Bajawa. Sebelumnya, tahun 1985, ia bersama suami ingin fokus pada bahan kebutuhan pokok. Tahun berikutnya, ketika pengusaha yang terjun di bidang bahan pokok membeludak, keduanya mencoba merambah ke usaha kerajinan tradisional.

Modal awal berupa pinjaman dari BRI Ngada senilai Rp 5 juta untuk menyewa tempat jualan dan mengadakan produk-produk kerajinan lokal. Ia mulai menjual tenun ikat khas Ngada, Ende, Manggarai, Sikka, dan Flores Timur. Atas usulan turis-turis asing yang berkunjung, akhirnya semua kain tradisional di NTT, seperti Rote Ndao, Sumba, Sabu, dan Timor, pun dipajang di toko itu.

”Saya datangi setiap kabupaten di NTT untuk berbelanja sarung tenun ikat tersebut, termasuk barang-barang antik, peninggalan nenek moyang di daerah itu. Tetapi, sebagian kain tenunan NTT ini diantar pedagang ke toko ini. Kain tenun ikat ini dijual dengan harga Rp 75.000 per lembar sampai dengan Rp 1,2 juta per lembar. Satu setel pakaian adat Bajawa untuk pria dan wanita dijual dengan harga Rp 1,5 juta,” katanya.

Kain tenunan Sumba cukup banyak diminati. Menurut turis asing, jika sudah mendapatkan tenunan Sumba, Timor, dan Sabu di Flores, mengapa harus pergi ke daerah itu. Lagi pula, turis-turis itu lebih suka dengan alam Flores, yang dinilai masih sangat asli dan eksotis.

Selain tenun ikat, turis asing juga menginginkan agar barang antik itu memiliki makna adat, sejarah atau legendanya. Seperti Wuli di Ngada, yang hanya dikenakan saat seseorang dinilai mati secara tak wajar. Wuli berupa kalung dari keong laut sebesar genggaman tangan bayi, yang dirangkai teratur melalui seutas tali sepanjang sekitar 50 cm, kemudian dikalungkan di leher dari anggota keluarga yang berduka. Mengenakan Wuli sebagai simbol agar bencana kematian yang tak wajar seperti itu tidak lagi menimpa anggota keluarga itu di kemudian hari.

Toko kerajinan tradisional yang dibangun tahun 1986 itu pun kini menyimpan barang-barang antik. Sebagian benda antik itu sudah lama disimpan, ia pun percaya benda-benda itu memiliki kekuatan khusus, tetapi hanya orang tertentu yang bisa merasakan atau mengalami apabila mampir di toko itu.

Hotel

Tahun 1990, ketika turis makin membeludak datang ke Ngada, tetapi jumlah penginapan terbatas, itu inspirasi membuka hotel. Veronika pun berbicara dengan sang suami untuk membangun hotel Bintang Wisata I di dalam kota Bajawa, sekitar 60 meter dari Art Shop miliknya.

Sejak itu, setiap turis asing yang datang langsung ditawarkan tempat penginapan itu yang punya 26 kamar.

Pembukaan hotel di Riung tahun 2010 pun karena Veronika menangkap keluhan turis asing tentang terbatasnya penginapan di obyek wisata 17 gugusan pulau yang indah dan eksotis di Riung. Veronika pun membangun hotel Wisata II di Riung dengan menyediakan 22 kamar. Tiga tahun kemudian, ia membangun sebuah hotel lagi, hotel Bintang Wisata III di Bokhua, Bajawa.

Bulan Mei-November merupakan musim kunjungan turis asing ke Ngada. Sebagian besar turis ini datang dengan rombongan sehingga membutuhkan penginapan dan fasilitas pendukung lain dalam jumlah yang memadai.

Pada saat itu, kain sarung yang dipesan dari sejumlah kabupaten di NTT yang berjumlah 100-300 lembar bisa habis terjual dalam 2-5 hari. Namun, memasuki musim hujan, jumlah kain sebanyak itu baru habis terjual dalam 3 bulan.

”Saya menyebut barang antik dan pakaian tenun ikat ini milik turis asing, sedangkan warga lokal lebih tertarik pada sandal, sepatu, tas, pakaian, dan bahan pokok. Namun, jasa turis asinglah yang paling banyak dalam mengembangkan usaha ini. Saya tidak promosi melalui internet, tetapi kalau singgah di Bajawa, mereka selalu mampir belanja di toko ini,” kata Veronika. (KORNELIS KEWA AMA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com