Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Bercanda dengan Alam

Kompas.com - 04/02/2015, 13:26 WIB

Setelah perjalanan ke Curug Cibeureum itu, pasangan Dede dan Tasia yang adalah seorang psikolog anak menjadikan acara trekking serupa sebagai acara rutin. Hingga pada usia 2,5 tahun, Azzam pun diajak mendaki ke Gunung Gede.

”Banyak orang yang enggak terbiasa nanya,emangnya enggak ngeri ya? Tapi karena kami sudah menjalani lebih dulu daripada Azzam, dan selama ini alhamdulillah baik-baik saja. Jadi ya sudah, kami pikir anak ini kami bawa dengan niat baik, jadi enggak mikir yang aneh-aneh,” kata Dede.

Yang justru lebih penting adalah kesiapan mental dan fisik orangtua. Baru setelah itu persiapan bagi si anak karena bagaimanapun orangtua yang lebih mengenal kondisi si anak.

Dede meyakinkan, berkegiatan di alam adalah hal yang sangat menyenangkan bagi anak. ”Enggak ada anak yang tidak suka dibawa ke alam. Saya sudah membuktikan saat trip ke Batu Tapak dengan 38 orang termasuk anak-anak. Enggak ada anak-anak yang minta pulang,” ujar Dede, yang mengelola akun @familytripid dan kerap membuat acara travelling keluarga.

Manfaatnya juga jelas. Mengutip buku-buku psikologi dan berbagai penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, anak yang berkegiatan di alam memiliki kemampuan kognitif yang berbeda dalam menyerap dan menyimpan informasi. Dalam praktiknya, sejak diperkenalkan dengan alam, Azzam yang hingga kini telah mendaki gunung sebanyak delapan kali menjadi anak yang lebih positif, lebih percaya diri, terbuka terhadap hal baru, dan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya.

Pengetahuan tentang alam pun sudah pasti tumbuh. Selama berada di alam, Dede dan Tasia selalu memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk belajar. ”Selain melihat dan bersentuhan langsung, kami juga memberikan pengetahuan baru. Seperti kalau di sungai masih ada biotanya, berarti airnya masih layak minum,” kata Dede.

Mereka bahkan mengajak Azzam ke lokasi-lokasi dia bisa melihat berbagai contoh kehidupan masyarakat adat dengan kearifan lokal mereka. Seperti Kampung Naga dan Kampung Ciptagelar di Jawa Barat. Di sana Azzam harus menginap di rumah orang dan belajar mengenal tata cara hidup masyarakat adat. ”Eh waktu hari pertama, dia sudah telanjang kaki, main sama anjing dan anak-anak di sana,” kata Dede terkekeh.

Seluruh perjalanan mereka pun dilakukan dengan angkutan umum. Mereka pernah naik angkutan kota dari Bandung Selatan ke Bandung Utara, hingga ke Lembang, lalu susur Jawa Barat Selatan menggunakan angkot, hingga ke Gunung Bromo, di Jawa Timur, dan masih banyak lagi tempat lain. ”Ini untuk menumbuhkan kecintaan Azzam pada bangsa dan negara,” kata Dede.

Ismayadi Samsoedin dari Yayasan Upaya Indonesia Damai yang mengelola kawasan Community Learning Centre mengingatkan pentingnya keterikatan dengan alam sejak dini. Lewat kedekatan dengan alam, anak-anak bisa belajar tentang banyak hal. Termasuk, perubahan iklim dan keanekaragaman hayati. (Dwi As Setianingsih & Mawar Kusuma)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com