Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menantang Nyali, Memanjat Tebing Komando

Kompas.com - 07/02/2015, 09:05 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com – Matahari masih berada di titik kulminasi ketika pemanjatan Tebing Citatah 48, Desa Cipatat, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dimulai. Pisau komando menancap keras di puncak tebing. Di atas sana merupakan target pemanjatan di tebing kapur yang membujur kaku.

Saya teringat perjalanan melakukan pemanjatan di Tebing Citatah 48 beberapa tahun lalu. Kala itu, warna putih pucat melukis tebing di hampir seluruh bagian. Beberapa pemanjat bersiap untuk melakukan pemanjatan. Ada yang masih menyiapkan alat pengaman pemanjatan seperti harness, tali kermantel, carbinner, figure of eight, helm dan lain-lain. Tak disangka, malam kemarin masih belum tersingkap kegagahan tebing ini. Malam itu hitam menyelimuti batuan besar ini. Bahkan pisau yang menjadi ciri khas tebing ini pun tak kelihatan tajamnya.

Belay on,” teriak sang pemanjat memberi aba-aba. “On belay," si belayer menjawab.

Sebelum melakukan pemanjatan, pemanjat dan belayer (orang yang bertindak sebagai pengaman) harus berkomunikasi untuk menyatakan kesiapan. Aba-aba "belay on" berarti pertanda pemanjat siap melakukan pemanjatan. Sementara "on belay" berarti pemanjatan telah diamankan. Masih ada beberapa aba-aba yang lain ketika sedang melakukan pemanjatan. Misalnya, “pull” , “slack”, “belay off”. Aba-aba itu memiliki arti tersendiri yang harus pemanjat maupun pengaman sampaikan dengan jelas.

Mapala UI/Leonal Ainell Craig Pabrik pengolahan batu kapur dan perumahan warga di Padalarang terlihat dari dinding Tebing Citatah 48.
Sebuah teras besar yang ada di ketinggian 20 meter dari dasar tebing dapat menjadi tempat beristirahat sebelum melanjutkan pemanjatan ke puncak. Untuk mencapainya diperlukan perhitungan yang cermat dalam menentukan pijakan kaki dan pegangan di rekahan tebing. Beberapa kali tangan harus mencari tambatan yang pas untuk dipegang. Di pinggang terbelit kantong bubuk Magnesium carbonate (MgCO3) yang berfungsi untuk membantu telapak tangan agar tetap kering sehingga cengkeraman dan genggaman lebih menggigit.

“Ayo panjat terus,” teriak Adi Seno, salah satu mantan anggota Ekspedisi Everest Indonesia menyemangati pemanjat dari bawah.

Dia menuturkan bahwa panjat tebing merupakan salah satu olahraga berbahaya di dunia. Kegiatan ini memerlukan penguasaan teknik pemanjatan yang matang untuk menghindari kecelakaan yang terjadi. Maka persiapan adalah kunci sukses dalam melakukan pemanjatan.

Setelah teras tebing, jalur menuju puncak komando agak mulai tertutup pohon yang tumbuh di sela-sela rekahan. Perlu teliti dalam pemilihan jalur agar tidak tersangkut.

“Agak melipir ke sebelah kiri ya,” kata pemanjat lain yang sudah lebih dahulu merintis jalur pemanjatan.

Sepuluh meter pemanjatan selesai, angin berhembus dengan kencang. Membuat tali kermantel terguncang. Begitupun dengan nyali. Dataran di puncak tebing sedikit lagi terkuak. Sekali rengkuh dengan kekuatan yang ada, pisau komando yang tertancap sudah di depan mata. Pijakan kaki dikuatkan.

“Akhirnya sampai juga,” kata Fajri, pria asal Bandung yang kala itu baru pertama kali memanjat dinding.

Dari dekat pisau komando, Purwakarta jelas terlihat. Pabrik-pabrik marmer terlihat hiruk pikuknya. Sebuah nisan di kaki pisau komando yang tertancap bertuliskan “Berani Benar Berhasil” menyiratkan pesan dalam kegiatan panjat tebing. Dari atas tebing, ketika sore hari, matahari terbenam dapat dinikmati.

Mapala UI/Leonal Ainell Craig Tebing Citatah 48 yang terletak di daerah Padalarang, Jawa Barat menjadi salah satu tempat pemanjatan favorit bagi pemanjat yang berdomisili di Jakarta dan Bandung.
Potensi Wisata

Dengan bentang alam Indonesia yang kaya akan kawasan kapur maupun andesit, potensi pengembangan olahraga panjat tebing masih terbuka lebar. Olahraga panjat tebing di Indonesia telah banyak dikenal oleh para pencinta alam baik yang tergabung dengan organisasi maupun non-organisasi. Setiap akhir pekan, titik-titik pemanjatan di Indonesia banyak diminati oleh pemburu adrenalin.

Tebing yang berada di bawah pengawasan Koppasus ini menawarkan jalur pemanjatan yang bervariasi. Di sana hampir terdapat 25 jalur pemanjatan dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Dengan karakteristik batuan limestone yang kaya akan rekahan memudahkan untuk melakukan pemanjatan. Namun bukan berarti karena mudah sehingga tak perlu pengaman ketika pemanjatan.

Mapala UI/Ayi Pamungkas Svakarsa Dari atas tebing, ketika sore hari, matahari terbenam dapat dinikmati.
Di tempat yang juga dikenal dengan nama Tebing Komando ini, Anda dapat melakukan jenis kegiatan pemanjatan yaitu artificial climbing (pemanjatan menggunakan alat bantu pengaman dan untuk menambah ketinggian) dan bouldering (pemanjatan tanpa mengunakan pengaman tali dengan jarak yang tidak tinggi). Semua jenis pemanjatan itu menawarkan sensasi yang berbeda. Ketika ketinggian bertambah, jantung berdebar kencang dan hembusan angin semakin kencang. Lanskap Purwakarta dapat terlihat dengan sudut yang berbeda.

Memanjat tebing melatih kemampuan Anda untuk mengalahkan rasa takut. Tentunya ketika Anda melakukan pemanjatan harus didampingi oleh instruktur yang berpengalaman. Dengan peralatan pengaman tebing yang tersertifikasi oleh badan sertifikasi internasional, kegiatan ini akan terasa lebih aman. Selain itu, mental Anda akan terasah dengan melakukan olahraga panjat tebing. Anda dituntut untuk berani mengambil keputusan dalam setiap jengkal pemanjatan.

Untuk mencapai Tebing Citatah 48, Anda cukup menuju arah Padalarang. Berjarak sekitar lima kilometer dari pintu tol. Cukup bertanya kepada warga sekitar, tebing ini mudah ditemukan. Namun sebelum menuju ke Citatah 48, Anda harus mengurus perizinan ke Kantor Pusat Pendidikan Latihan Khusus (Pusdipassus) yang berlokasi di Batujajar, Bandung. Selamat memanjat!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com