Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apresiasi Seni demi Atasi Pesing

Kompas.com - 09/02/2015, 16:42 WIB
KOTA Tua harus membenahi dahulu masalah air seni sebelum apresiasi seni dapat dilakukan sepenuhnya”, demikian pesan yang lumayan menyentil menyambut kedatangan pengunjung di pameran Art & Toilet di Galeria Fatahillah, Taman Fatahillah, di Kota Tua, Jakarta, Sabtu (7/2/2015).

Masalah air seni ini memang bukan hal sepele karena banyak sudut kota Jakarta ini menebarkan aroma pesing. Terminal, taman, trotoar, pinggir kali, adalah sedikit contoh lokasi bau tak sedap ini.

Saat keluar dari Stasiun Jakarta Kota, misalnya, bau pesing langsung tercium. Bau itu tercium lagi saat menyusuri trotoar Taman Fatahillah, sementara trotoar itu juga digunakan para pedagang kaki lima menjual makanan, minuman, dan suvenir.

Tak berlebihan jika Jakarta Endowment For Art and Heritage (Jeforah), komunitas seni penyelenggara pameran Art & Toilet, memberi sentilan soal masalah air seni ini untuk membangun kembali kesadaran pengunjung tentang permasalahan kota ini.

Diana, staf operasional pameran seni Jeforah, mengungkapkan, lewat pameran seni lukis itu, komunitas Jeforah ingin membawa pengunjung kembali ke suasana Kota Tua abad ke-16, saat Jakarta masih bernama Batavia. Lukisan-lukisan yang dipamerkan pun bertema soal masa itu.

Moleknya Batavia masa itu tergambar pada lukisan ”Gerbang Batavia”, hasil karya seniman Belanda, Carel Lodewijk Dake. Lukisan cat minyak di atas kanvas buatan tahun 1920 itu menampilkan gapura berukuran besar yang di kanan dan kirinya berdiri patung Dewa Mars (Dewa Perang) dan Dewi Minerva (Dewi Seni dan Ilmu Pengetahuan).

Namun dari kota yang bersih dan tertata itu, Batavia kemudian menjadi kota yang jorok seiring dengan industrialisasi pada abad ke-18. ”Berbagai suku dan bangsa datang ke kota ini mengadu nasib karena pesatnya industrialisasi. Kota Batavia menjadi kotor,” papar Diana.

Hingga saat ini, kerusakan lingkungan itu masih terjadi di kawasan Kota Tua dan Jakarta pada umumnya.

Dengan semangat mengembalikan Kota Tua sebagai situs sejarah kota, kebersihan menjadi syarat penting. Diana mengungkapkan, dengan dukungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jeforah bersama sejumlah pihak turut mempromosikan pembangunan toilet dalam jumlah banyak di Kota Tua.

Desain toilet itu pun dipamerkan di gedung Cipta Niaga yang berbeda satu blok dengan Galeria Fatahillah. ”Jeforah bersama sejumlah pihak akan membangun toilet dalam jumlah banyak di Kota Tua ini,” kata Diana.

Pameran Art & Toilet ini akan berlangsung hingga 3 Mei, dengan tiket masuk Rp 40.000 per orang untuk warga umum dan Rp 20.000 untuk pelajar.

Seluruh lukisan yang dipamerkan adalah karya asli, mulai dari lukisan karya Dake hingga Gubernur DKI Henk Ngantung. Lukisan-lukisan itu didatangkan dari galeri kolektor lukisan asal Magelang, Oei Hong Djien.

Segi fisik

Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Sylviana Murni menuturkan, pembenahan Kota Tua memang paling banyak dilakukan dari segi fisik, seperti perbaikan gedung, sarana pendukung, hingga perwajahan Kota Tua. ”Sampai soal toilet pun dibuat panduan seperti apa renovasinya,” ujarnya.

Gedung-gedung tua yang sudah direnovasi akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung kegiatan seni budaya dan aktivitas komunitas, seperti untuk galeri, gedung pertunjukan, dan gedung pertemuan. Bahkan, Pemprov DKI Jakarta berencana menyediakan ruang khusus untuk Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Dengan berbagai pembenahan, ditambah geliat bermacam kegiatan di Kota Tua, diharapkan kawasan ini layak menjadi tujuan wisata kelas dunia. Sylviana menambahkan, Kota Tua dijadikan destinasi wisata utama tingkat nasional dan kini masuk daftar tentatif Situs Warisan Dunia UNESCO. (FRO/MDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com