Namun, cuaca yang belum bersahabat dengan hujan lebat membuat dua wisatawan ini tidak bisa melihat keindahan danau ajaib tiga warna di Pulau Flores, yang ada di Kabupaten Ende. Mereka terhalang oleh kabut tebal di sekeliling danau sehingga danau tak kelihatan. Walaupun mereka sudah sampai di tempat parkir di sekitar kawasan Taman Nasional Kelimutu (TN Kelimutu).
Setelah berwisata di kawasan TN Kelimutu, kedua wisatawan itu menuju ke Manggarai Timur dengan melintasi jalan Transflores, yang melewati Kabupaten Nagekeo, dan Kabupaten Ngada. Keduanya tiba malam hari di Pastoran Gereja Santo Arnoldus dan Yoseph Waelengga. Setiba di Pastoran, mereka menikmati makan malam dengan menu nasi, ubi kayu dan sayur segar.
Pada Minggu (8/2/2015), kedua wisatawan ini mengikuti perayaan misa hari Minggu di Gereja Santo Arnoldus dan Yoseph Waelengga. Sesudah itu, keduanya diantar ke Pantai Mbolata untuk berenang dan menikmati air minum kelapa serta minum Moke hasil produksi langsung dari pohon lontar. Mereka juga melihat secara langsung cara mengambil, cara memasak dan cara mengolah moke lokal di Manggarai Timur.
Ludwij dan Paul mengakui bahwa di Italia tidak pernah merasakan minum moke hasil produksi langsung dari pohonnya sementara di Pulau Flores pada umumnya dan di Manggarai Timur pada khususnya, wisatawan langsung menikmati minuman alkohol lokal yang terbuat dari poho lontar.
Selama kurang lebih tiga jam, kedua wisatawan yang pertama kali mengunjungi Pulau Flores ini berenang di Pantai Mbolata. Setelah mandi, keduanya menikmati minum air kelapa yang langsung dipetik di pohonnya yang dilayani oleh Moat, seorang penjaga pantai Mbolata. Kedua sangat menikmati minum air kelapa muda.
Menyusuri Lereng Wae Ngare
Setelah menghabiskan waktu sekitar tiga jam di Pantai Mbolata, kedua wisatawan ini didampingi Pater Mansuetus Tus, SVD, Kompas.com dan sejumlah warga di Kampung Sambikoe, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur melihat pemasangan pipa air minum untuk warga masyarakat Kampung Sambikoe.
Sekitar dua jam menyusuri lereng itu sampai tiba di sumber mata air Wae Ngare. Rombongan menikmati perjalanan dengan melihat keaslian lereng Wae Ngare ditambah dengan hutan tutupan Wae Ngare. Pohon-pohon besar masih bisa dilihat di kawasan hutan Wae Ngare di mana masyarakat terus menjaga kelangsungan kawasan hutan tersebut.
"Sesekali kami disuguhkan nyanyian burung alam yang dapat melepaskan kelelahan sehabis menyusuri medan berat di lerengan Wae Ngare,” ungkapnya.
“Selama ini air minum bersih ke Kampung Sambikoe sangat sulit sehingga ada bantuan yang bekerja sama dengan yayasan lokal di Keuskupan Ruteng,” jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.