Jalan Poros Maros-Bosowa tampak lengang siang hari ini. Sesekali truk besar yang membawa batu kapur untuk bahan baku pembuatan semen melewati jalan. Perjalanan menuju Dermaga Rammang-Rammang yang menjadi titik awal pemberangkatan berjarak sekitar 40 kilometer dari Kota Makassar. Mobil diarahkan menuju ke utara. Kemudian kami akan melanjutkan perjalanan dengan perahu katingting.
“Nanti kita beli jas hujan dulu de. Hujannya masih deras ji,” kata Baso (37), pria asli Makassar yang menjadi pemandu kami.
Setelah menunggu hujan reda hampir setengah jam di dermaga, akhirnya Baso mengajak kami untuk naik ke katingting. Tiga buah perahu tradisional ini mulai angkat jangkar meninggalkan tempat berlabuhnya. Dengan bantuan motor diesel, kami mulai menyusuri Sungai Pute yang keruh dan payau.
Pohon nipah (Nypa fruticans) dan bakau (Rhiphora) memenuhi pinggir sungai yang menjadi jalur transportasi penduduk Rammang-Rammang. Sang nakhoda mulai melakukan manuver-manuver untuk menghindari batu-batu kapur dan akar-akar pohon bakau.
Siang hari di bukit-bukit kapur yang merupakan daerah karst terluas selain di Laut Tiongkok Selatan dan Vietnam, itu berkabut. Sesuai dengan nama daerahnya yaitu berkabut. Menurut Baso, di Rammang-Rammang setiap pagi dan jika turun hujan selalu berkabut menutup perbukitan.
Batu-batu kapur yang berwarna hitam maupun coklat menghampar setiap kali bola mata memandang. Luas daerah ini hampir 43 hektar. Saat menelusuri daerah ini seperti berada di Halong Bay, Vietnam.
Dua puluh menit menelusuri Sungai Pute, sebelum memasuki dermaga Kampung Berua, katingting melewati sisi bawah batuan kapur. Sekejap cahaya hilang dan hanya terlihat di ujung. Di pinggir batuan, beberapa penduduk sekitar duduk dan berbincang-bincang santai dekat perahunya yang berlabuh. Sebentar lagi, kami sampai.
Mesin diesel segera dimatikan. Sang juru kemudi hanya tinggal mengarahkan laju perahu merapat ke dermaga. Juru kemudi dua perahu yang telah tiba lebih dulu membantu Baso untuk merapat ke dermaga kecil yang terbuat dari bambu yang dianyam menjadi sebuah jembatan.
Sawah-sawah yang menghijau dan kolam tambak menyambut kami. Bukit kapur setinggi hampir 50 meter berdiri gagah. Di dekat rumah Baso hanya ada dua bangunan rumah panggung khas Makassar. Baso berkata bahwa semua penduduk di Rammang-Rammang masih bersaudara semua.
Dari rumah Baso masih harus berjalan kaki sejauh satu kilometer untuk berkunjung ke rumah tetangganya. Tak ada listrik yang masuk ke sini. Di sini hanya mengandalkan pembangkit listrik tenaga surya untuk kebutuhan listrik. Itu pun hanya untuk mengisi daya baterai alat komunikasi saja.
Sebuah paket wisata
Perut mulai berguncang. Makan sudah lengkap tersedia di dalam rumah panggung yang diisi oleh keluarga Ismail. Hujan masih setia membasahi tempat yang berdasarkan temuan lukisan di gua merupakan rumah bagi para manusia purba. Gugusan bukit kapur yang menjulang tinggi memanjakan mata. Keramahan penduduk Rammang-Rammang menghangatkan suasana. Langit hitam menyelimuti desa yang mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal, domestik, maupun mancanegara ini.
Perjalanan ke Kampung Berua, Rammang-Rammang ini biasa dimulai dari pagi hari. Baso juga menambahkan wisatawan juga dapat menginap di rumah para penduduk. Namun ia masih mengakui fasilitas pendukung seperti toilet masih kurang memadai.
Perjalanan menepi dari Kota Makassar berakhir ketika sore hari. Kami kembali naik perahu meninggalkan Kampung Berua. Namun tidak kembali ke dermaga awal keberangkatan. Kami menempuh jalur darat. Baso mengajak kami menelusuri pematang sawah hingga ke pinggir Jalan Raya Poros Maros-Bosowa.
Sepanjang penelusuran, batu-batu karst hitam berdiri gagah di tengah sawah. Hanya ada beberapa rumah di sekitar batu-batu ini. Berjalan di pematang sawah, kewaspadaan meningkat ketika melangkah. Hujan membuat tanah gembur dan licin. Dari awal mulai berangkat dari dermaga hingga ujung pematang sawah, kami dibuat terpesona oleh kesunyian kampung beserta gugusan bukit kapur di kawasan yang diakui sebagai World Heritage Convention oleh Unesco ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.