Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kediri, Negeri Seribu Cagar Budaya

Kompas.com - 21/02/2015, 18:39 WIB
DIO (10), pelajar kelas IV sebuah sekolah dasar, terpaku memandang arca Garuda Wisnu Kencana di tebing sungai di tengah hamparan tanaman cabai dan tebu di Desa Semen, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (11/2/2015). Kepalanya menggeleng dan mulutnya menggumam.

Sesaat kemudian dia berlari menghampiri bundanya yang berdiri hanya sepelemparan batu dari arca. ”Bunda, itu benda apa namanya dan kenapa ada di tempat seperti ini,” ujar Dio polos.

Dwi Wahyuni (34), bunda Dio, mengatakan, batu berpahat menyerupai bentuk manusia itu disebut arca. Benda itu merupakan bukti otentik peradaban masa lalu, tepatnya di era kerajaan. Dan karena arca ini ditemukan petani di tepi sungai, benda itu kemudian diletakkan tak jauh dari lokasi penemuan.

Selain arca Garuda Wisnu Kencana, di tempat yang kini dikenal sebagai situs Semen itu ditemukan benda purbakala lain, seperti lingga yoni dan dua patung jwaladara, yakni tempat air mancur pada pemandian raja. Selain itu, ditemukan saluran air dan gapura serta puluhan fragmen benda cagar budaya yang berasal dari Kerajaan Kediri (1045-1222 Masehi).

Kerajaan Kediri

Februari tahun lalu, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim di Trowulan, Mojokerto, melakukan ekskavasi awal struktur bangunan batu bata. Struktur bangunan ini diduga kuat merupakan peninggalan Kerajaan Kediri. Analisis itu diperkuat keberadaan arca Garuda Wisnu Kencana dan jwaladara karena kerajaan yang pusat pemerintahannya ada di Dhaha ini merupakan pemuja Wisnu.

Situs Semen, yang berlokasi 1,5 kilometer dari petilasan Prabu Jayabaya, raja Kediri yang termasyhur dengan ramalan Jangka Jayabaya, itu memiliki luas sekitar 6 hektar. Lokasi masih berupa area persawahan yang di dalamnya bertebaran batu bata kuno yang diletakkan begitu saja. Batu bata ini akan terungkap jelas jika petani baru saja selesai membajak sawah. Tahun 1970-an dan 1980-an, batu bata kuno ini banyak berpindah tempat karena warga menggunakannya untuk menguruk pekarangan.

Akhir November-awal Desember lalu, BPCB melakukan ekskavasi situs berupa bangunan altar di Tunglur, Desa Sumberjo, Kecamatan Badas. Meski belum bisa dipastikan asal dinastinya, situs berwujud altar batu itu diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Kediri.

Di luar situs Tunglur dan Semen, ada arca Totok Kerot yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Ngasem, tidak jauh dari monumen Simpang Lima Gumul, ikon Kediri masa kini. Arca setinggi 3 meter itu, menurut arkeolog, merupakan sosok Dwarapala, yakni arca penjaga pintu gerbang kerajaan Dahanapura (1222 M).

Selain itu, Kediri memiliki Candi Surowono di Kecamatan Pare, Candi Tegowangi di Plemahan yang dibangun pada masa Majapahit, situs Prambata di Pagu, dan situs Sukorejo atau lebih dikenal masyarakat sebagai legenda makam Calon Arang.

Sejarawan menyebut wilayah Kediri di Jawa Timur menjadi saksi tiga zaman, yakni masa kejayaan Kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit. Tidak mengherankan jika kabupaten yang dibelah Sungai Brantas dan berada di lereng sisi timur Gunung Kelud itu memiliki ribuan benda cagar budaya yang tersebar hampir di seluruh wilayah.

Arkeolog dari BPCB Trowulan, Nugroho Lukito, mengatakan, Kediri memang kaya akan situs masa lalu. Tetapi semua belum terungkap. ”Kalau semua terungkap, pasti sangat banyak. Situs terbanyak berasal dari masa Kediri dan Majapahit. Sebagian kecil di sisi selatan Kelud yang mungkin berasal dari Singasari,” ucapnya.

Bergeser ke timur di lereng Kelud, situs-situs masa lalu juga tersebar di sejumlah lokasi. Arca berukuran kecil ataupun bejana atau bak batu (media petirtaan) bisa ditemukan di pekarangan warga ataupun perkebunan.

Di area PT Perkebunan Nusantara XII Rangkahpawon, Kecamatan Plosoklaten, terdapat setidaknya dua bak petirtaan, salah satunya berhuruf Jawa kwadrat yang diperkirakan dari zaman Kediri. Ada juga arca Siwa yang diperkirakan berasal dari zaman Singasari.

Beberapa waktu lalu, arkeolog dari Universitas Negeri Malang, Ismail Lutfi, menyebut wilayah Kelud memiliki banyak bangunan suci. Bangunan itu didirikan lintas masa, yakni Singasari, Kediri, dan Majapahit. Kelud dianggap jadi salah satu gunung suci di Jawa. Nugroho Lukito juga menyebut orang dulu percaya bahwa di Kelud bersemayam dewa gunung, Sang Acalapati.

Kumpulkan arca

Tidak jauh dari lereng Kelud, di sisi utara, pemerintah Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, dalam beberapa tahun terakhir membuat kebijakan mengumpulkan arca dan benda masa lalu yang ditemukan warga. Benda-benda itu dikumpulkan di sebuah bangunan kecil di sisi kanan pendapa balai desa.

Di tempat ini terdapat, antara lain, 2 prasasti bertuliskan huruf Jawa kuno, yakni Brumbung I peninggalan Kediri dan Brumbung II peninggalan Majapahit; arca dwarapala; dan petirtaan. Dahulu benda temuan masyarakat dijual penemunya, tetapi saat ini benda itu dikumpulkan ke balai desa.

Kepala Bidang Sejarah, Nilai Tradisi, Museum, dan Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri Eko Budi Santoso menyebut, terdapat 182 benda cagar budaya yang bergerak ataupun tidak bergerak di wilayahnya yang sudah teregister. BCB bergerak contohnya arca, sedangkan yang tidak bergerak adalah situs.

Namun, benda cagar budaya yang belum teregister jauh lebih banyak dan umumnya berada di dalam bumi Kediri. Contohnya bata merah kuno, fragmen arca dan fragmen benda lain seperti tempayan. Demi keamanan dan pelestarian, BCB kerap ditimbun kembali setelah diekskavasi untuk penelitian.

Keberadaan BCB yang jumlahnya ribuan ini menarik minat masyarakat tidak hanya dari Kediri, tetapi juga daerah lain seperti Blitar, Nganjuk, bahkan Surabaya, hingga Solo dan Yogyakarta. Mereka datang ke Kediri dengan beragam tujuan, mulai dari melihat langsung benda peninggalan leluhur hingga melakukan sesuatu yang khusus seperti ritual.

”Kedatangan para tamu inilah yang mendasari Pemkab Kediri mengembangkan situs-situs yang ditemukan itu menjadi wisata minat khusus. Meskipun pengunjungnya belum sebanyak obyek wisata alam Gunung Kelud, setiap tahun jumlahnya cenderung naik,” ujar Eko.

Di kawasan wisata Candi Surowono, misalnya, jumlah pengunjung selama 2014 mencapai 48.913 orang, sedangkan di Candi Tegowangi sebanyak 23.501 orang. Jumlah kunjungan tersebut didasarkan pada pencatatan buku tamu karena sebagian obyek wisata minat khusus ini umumnya tidak beretribusi. (Runik Sri Astuti dan Defri Werdiono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com