Hari masih pagi ketika kami bersiap di atas kapal cepat yang menanti di dermaga Tarempa. Kapal cepat (speed boat) berukuran kecil berisi maksimal 12 orang yang dikemudikan Sekretaris Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Anambas Yusmadi akan membawa kami melihat napoleon di Desa Air Sena.
Napoleon adalah jenis ikan karang berukuran tubuh paling besar dari keluarga labridae, yaitu ikan karang yang umumnya memiliki tubuh berwarna terang. Nama Latinnya Cheilinus undulatus atau disebut humphead maori wrasse. Masyarakat setempat mengenal napoleon dengan nama ikan ketipas.
Salah satu desa yang merupakan desa budidaya ikan napoleon terbesar di Anambas adalah Desa Air Sena. Di desa yang terletak di Kecamatan Siantan Tengah itu, 80 persen warganya menjadi nelayan pembudidaya napoleon. Setidaknya, setiap nelayan budidaya memiliki 3-4 kolam karamba.
Perjalanan kami pagi itu ditemani langit yang sangat cerah dan gelombang air laut yang cukup tenang. Laut menjadi jalan raya di sebagian besar wilayah Anambas. Beberapa kali kami melewati gugusan pulau dengan pepohonan menghijau. Di bagian luar pulau, batu-batu granit besar dihajar gelombang menciptakan buih berkepanjangan.
Bila kapal berpapasan dengan kapal lain, kami harus berpegangan karena permukaan air membuat kapal bergoncang-goncang keras. Cukup membuat jantung kami berdegup kencang. Apalagi, bila goncangan sampai mengeluarkan suara keras karena menghantam gelombang yang cukup tinggi.
Terkadang, kapal juga harus memutar jalan ketika melewati terumbu karang yang menyembul di permukaan air. Bila airnya cukup tinggi, kapal pun terpaksa berjalan perlahan agar tidak tersangkut terumbu karang. Itulah saat terbaik untuk menikmati terumbu karang yang berwarna keputihan di permukaan air.
Perlu hati-hati
Di Air Sena, kolam-kolam budidaya napoleon berjajar di tengah laut. Keberadaan kolam-kolam itu memang menjadi pemandangan yang jamak saat berada di Anambas yang didominasi lautan. Dari 255 pulau yang ada di Anambas, hanya 26 pulau yang sudah dihuni penduduk.
Kolam-kolam itu terbuat dari jaring ikan dua lapis yang diletakkan di dasar laut, lalu ditegakkan dengan batang-batang kayu berdiameter kira-kira 15-20 sentimeter. Bentuknya menyerupai karamba jaring. Air yang digunakan adalah air langsung dari laut sehingga meski berada di kolam, napoleon seolah tetap berada di habitat alaminya.
Karamba jaring itu berukuran lebih kurang 4 x 4 meter dengan kedalaman sekitar dua meter. Di sela-sela karamba jaring, ada seruas jalan terbuat dari papan yang bisa digunakan untuk melintas saat memberi makan atau memeriksa kondisi karamba yang harus selalu dimonitor karena lokasinya di laut. Saat air laut pasang dan arus kencang, tidak jarang jaring-jaring rusak sehingga napoleon pun terlepas ke laut bebas.
Panas matahari yang makin siang semakin terik terlupakan oleh keasyikan memandangi ikan-ikan yang sesungguhnya berwajah ”seram” itu. Dari ruas-ruas papan di sekitar karamba jaring, napoleon yang berwarna kebiruan meliuk-liuk memamerkan tubuhnya yang cantik.
Sangat menyenangkan menggoda napoleon dengan bermacam gerakan yang mengagetkan. Suara kecipak air yang ditimbulkan dari gerakan tubuh napoleon menjadi hiburan di tengah lautan luas. Silih berganti dengan suara kapal yang hilir mudik di antara kolam-kolam budidaya napoleon mengangkut penumpang. Pemandangan sekitar kolam karamba yang berupa lautan lepas menyajikan keindahan alam nan syahdu.
Menurut salah seorang nelayan budidaya napoleon Air Sena, A Liong (43), budidaya napoleon memerlukan kehati-hatian ketika napoleon masih berusia di bawah satu tahun. Oleh karena itu, makanan mereka harus dijaga dengan baik. Di luar itu, budidaya napoleon relatif mudah karena angka kematian yang relatif kecil.
Untuk napoleon yang belum berumur satu tahun, makanan mereka berupa daging kepiting yang sudah dicincang atau ditumbuk halus. Mereka tidak boleh diberi makan ikan karena justru bisa membuat mereka mati. Sebelum satu tahun, karamba mereka juga tidak berada di laut, melainkan di darat, terpisah dari napoleon yang sudah berusia lebih dari satu tahun.
Sayang, kini kejayaan napoleoan sebagai raja di Anambas telah berakhir karena harga jualnya yang merosot drastis. Kolam-kolam karamba napoleoan itu kini hanya menjadi saksi dan sisa-sisa kejayaan.
Namun, Yusmadi optimistis. Budidaya napoleon di Anambas, katanya, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu lokasi tujuan wisata. ”Di Anambas, kan, kebanyakan pantai dan laut. Budidaya napoleon bisa menjadi salah satu tujuan pariwisata yang unik karena tidak ada di daerah lain,” kata Yusmadi berpromosi. (Dwi As Setianingsih)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.