Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/02/2015, 21:16 WIB
SUPARNO, namanya singkat. Lelaki itu berjenggot dengan tatapan nanar namun sejatinya berhati kordial. Bahkan, dia suka berkelakar. "Nah, saya ini premannya preman, lho," ujarnya. "Saya ini juru kunci Tambora ha... ha... ha..."

Sepintas jenggotnya mengingatkan saya tentang sosok Kapten Haddock di seri petualangan Tintin karya Herge yang sohor. Bedanya, sepanjang yang saya kenal, Parno tidak gemar minum alkohol.

"Asal saya dari Pati," ujar Parno dengan logat Jawa. Sejak satu dasawarsa lebih, dia telah menjabat sebagai kepala kebun kopi di Afedeling Besaran. Meskipun berperawakan kekar dan bertampang sangar, hobi sejatinya jauh dari keangkeran sosoknya: memasak. Siang itu dia tengah sibuk di dapur rumah dinasnya, sebuah vila kayu yang dibangun pada 1930-an.

Warga menyebutnya dengan Rumah Atas, yang berada di perkebunan kopi Afdeling Besaran. Saya dan fotografer Dwi Oblo bermalam di rumah tua itu.

Parno adalah fenomena. Dia lebih dari sekedar tuan rumah. Setiap hari Sang Kepala Kebun itu menyiapkan teh dan kopi. Pagi hari, dia menjelma sebagai chef untuk sarapan, meracik santapan makan siang dan makan malam. Ketika siang, Sang Kepala Kebun itu merangkap pemandu jalan untuk kami.

Sementara pada malam hari,  Parno merangkap juga sebagai penjaga malam. "Kita masak tumis pakis ya," ujarnya sembari merajang bawang merah. "Sejak kecil saya memang sudah senang memasak."

Dia menyiapkan bumbu di atas telenan: bawang merah, bawang putih, cabai rawit. Sementara kacang panjang, tomat, toge, dan pucuk pakis yang masih muda telah siap diolah. "Tumis di Jawa itu bumbu bawang merah dan bawang putihnya dirajang," ungkapnya. "Kalau di sini (Tambora) tumis ditumbuk."

Dia tertawa lebar ketika saya berkelakar bahwa sesangar Parno pun, air matanya bisa berlinang jika mengiris bawang merah. Parno meracik masakan sembil bersenandung lirih lagu "Gugur Bunga". Entah mengapa dia kerap bersenandung lagu-lagu melankolis. Mungkin sosok Parno mengingatkan saya tentang ungkapan "lelaki bertampang sekuriti, namun berhati Hello Kitty"

"Silakan makan," ujarnya ramah. Masakan tumis pakis menguarkan aroma mengundang hasrat lapar. Disajikan bersama telur dadar, mie goreng instan, dan ikan. Sambil bersantap, dia mengisahkan awal karirnya yang bermula sebagai keamanan seluruh afdeling perkebunan kopi di Tambora pada 1978.

Perkebunan ini terhampar di Desa Oibura, Tambora, Kabupaten Bima. Hindia Belanda mewariskan tiga afdeling di pinggang Gunung Tambora yang total luasnya sekitar 500 hektar.

Tumis pakis ala Parno membuat lidah menari-nari. Cabai rawit yang terselip di antara kacang panjang dan pakis menjadi kejutan bersantap nan lezat. Ini kali pertama saya merasakan tumis pakis, hidangan yang awalnya saya tidak tega untuk menyantapnya karena mengingatkan tanaman hias kegandrungan ibu saya di pekarangan rumahnya

(Mahandis Yoanata Thamrin)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Oktober 2023, Orang Indonesia Paling Banyak Nginap di Hotel Bintang 3 di Jakarta

Oktober 2023, Orang Indonesia Paling Banyak Nginap di Hotel Bintang 3 di Jakarta

Travel Update
Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023 Digelar Hari Ini, Ada Cashback hingga Rp 2,5 Juta

Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023 Digelar Hari Ini, Ada Cashback hingga Rp 2,5 Juta

Travel Update
Promo Tiket Pesawat Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023, Jakarta-Jeddah PP Rp 13 Jutaan

Promo Tiket Pesawat Garuda Indonesia Umrah Travel Fair 2023, Jakarta-Jeddah PP Rp 13 Jutaan

Travel Update
Libur Nataru 2024, Tarif Jip Wisata Lava Tour Merapi Tidak Naik

Libur Nataru 2024, Tarif Jip Wisata Lava Tour Merapi Tidak Naik

Travel Update
Wisata ke Bandung Naik Kereta Cepat Whoosh, Turun di Stasiun Padalarang dan Stasiun Tegalluar

Wisata ke Bandung Naik Kereta Cepat Whoosh, Turun di Stasiun Padalarang dan Stasiun Tegalluar

Travel Update
Keindahan Pantai Kelapa Lima di Kupang yang Dikunjungi Presiden Jokowi

Keindahan Pantai Kelapa Lima di Kupang yang Dikunjungi Presiden Jokowi

Travel Update
Jalur Pendakian Gunung Rinjani Rencana Ditutup Awal 2024

Jalur Pendakian Gunung Rinjani Rencana Ditutup Awal 2024

Travel Update
Wisata Non-pendakian di TN Gunung Rinjani Ditutup Sementara

Wisata Non-pendakian di TN Gunung Rinjani Ditutup Sementara

Travel Update
Panduan Lengkap ke Pantai Klotok Wonogiri, Harga Tiket hingga Aktivitas

Panduan Lengkap ke Pantai Klotok Wonogiri, Harga Tiket hingga Aktivitas

Travel Tips
5 Tips Berkunjung ke Jembatan Akar di Yogya, Datang Siang

5 Tips Berkunjung ke Jembatan Akar di Yogya, Datang Siang

Travel Tips
Harga Tiket dan Jam Buka Jembatan Akar di Yogyakarta

Harga Tiket dan Jam Buka Jembatan Akar di Yogyakarta

Travel Update
Perayaan Tahun Baru 2024 di Shibuya di Jepang Diperketat

Perayaan Tahun Baru 2024 di Shibuya di Jepang Diperketat

Travel Update
Sandiaga Usulkan Bebas Visa Kunjungan untuk 20 Negara, Termasuk China

Sandiaga Usulkan Bebas Visa Kunjungan untuk 20 Negara, Termasuk China

Travel Update
Garuda Indonesia dan Citilink Siapkan 1,8 Juta Kursi Saat Nataru

Garuda Indonesia dan Citilink Siapkan 1,8 Juta Kursi Saat Nataru

Travel Update
5 Tempat Wisata Anak di Bandung, Liburan Seru Penuh Edukasi

5 Tempat Wisata Anak di Bandung, Liburan Seru Penuh Edukasi

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com