Taman Wisata Bukit Batu terletak di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, atau 70 kilometer arah barat laut dari Palangkaraya. Taman yang juga lebih dikenal dengan Pertapaan Pahlawan Nasional Tjilik Riwut itu ada di atas tanah seluas 6 hektar di sisi utara Jalan Trans-Kalimantan.
Batu-batu sebesar rumah berdiri kokoh, berderet-deret membentuk gugusan bukit yang membentang dari utara ke selatan dengan panjang 80 meter dan lebar 30 meter. Bukit batu merupakan tempat keramat atau sakral dan biasa digunakan untuk bertapa, khususnya di malam Jumat atau saat bulan purnama.
Dahulu, Riwut Dahiang, ayahanda Tjilik Riwut, pahlawan nasional dari Kalteng, mendambakan keturunan anak laki-laki. Setiap kali Piai Riwut sang istri melahirkan anak laki-laki, selalu saja meninggal dunia saat anak masih balita. Riwut Dahiang akhirnya memohon petunjuk dan bertapa di Bukit Batu, agar kelak dianugerahi anak laki-laki. Wangsit yang diperoleh menyatakan putra laki-laki itu akan mengemban tugas khusus bagi masyarakat.
”Bukit Batu ini adalah tempat tinggal Raja Penguasa, keturunan Bawin Kameloh dan Burut Ules,” kata Petugas Pengelola Bukit Batu Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Katingan, Samson (33), Sabtu (14/2/2015). Samson menuturkan, nama Raja Penguasa hanya dikenali orang-orang tertentu yang memiliki kesaktian atau tingkat spiritual yang tinggi.
”Orang yang mempunyai niat khusus, misalnya ingin berhasil dalam studi, lancar karier, dan sukses usaha biasa memohon petunjuk atau bersemadi di sini. Setelah permohonannya dikabulkan, mereka akan kembali lagi membawa sesajen misalnya ayam, kambing, bahkan sapi. Selain itu, mereka juga meletakkan kain kuning sepanjang dua meter di tempat mereka memohon,” kata Samson.
Batu istimewa
Di Bukit Batu itu sedikitnya ada 12 batu yang memiliki nama dan keistimewaan tertentu yaitu Batu Banama, Batu Keramat, Batu Sial, Batu Dewa, Batu Penyang, Batu Darung Bawan, Batu Teras Pambelum, Batu Gaib atau Bertapa, Batu Raja, Batu Nyapau, Batu Tingkes atau Nenung Pambelum, dan Batu Kamiak.
Batu Banama (artinya jukung atau perahu besar) merupakan pintu gerbang untuk masuk ke lingkungan bukit batu. Jika dilihat dari sisi depan, bentuknya menyerupai peta Kalteng. Batu ini memiliki sembilan cekungan, yang konon ceritanya menunjukkan jumlah anak sungai yang ada di Kalteng.
Di belakangnya, terdapat Batu Sial yang tingginya sekitar 10 meter. Mereka yang merasa hidupnya penuh kesialan, dapat membuangnya dengan cara menaiki batu ini. Setelah sampai di atas, dia harus melahap atau berteriak khas suku Dayak sebanyak tiga kali. Bunyi teriakan itu, ”Lo lo keiuw...!”
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.