Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kucuran Darah yang Dinanti di Festival Pasola

Kompas.com - 03/03/2015, 20:03 WIB

Tidak ada yang bisa memastikan berapa lama ritual itu berlangsung. Semuanya tergantung keputusan para pemimpin adat yang memantau suasana Pasola. Bila pemimpin adat merasa para kesatria sudah kelelahan bertarung, Pasola akan dinyatakan selesai.

Festival Pasola di Lamboya tahun ini berakhir tanpa darah. "Sepertinya panen tahun ini tidak subur," komentar salah satu penduduk.

Begitu upacara selesai, mereka yang menjadi lawan di arena pertarungan akan kembali menjadi kawan.

"Tidak ada dendam, bisa saja berangkat dan pulangnya bersama-sama walau di lapangan mereka saling berperang," papar Ande.

Para kesatria pulang ke kampung masing-masing dengan menunggangi kuda, sementara masyarakat setempat pulang dengan berjalan kaki, mengendarai sepeda motor, atau naik angkutan umum.

Ada yang kembali ke perkampungan di sekitar arena Hobba Kalla, ada pula yang kembali ke kota Waikabubak, yang dapat ditempuh dalam waktu 45 menit mengendarai mobil.

Sebagian lagi memilih pergi ke Pantai Marosi yang hanya beberapa menit dari arena Pasola bila ditempuh dengan kendaraan bermotor.

Pesta Adat

Festival Pasola merupakan pesta bagi masyarakat setempat. Sekolah-sekolah di kampung yang mengadakan Pasola akan meliburkan murid-muridnya selama tiga hari, yaitu sehari sebelum Pasola, hari pelaksanaan dan sehari setelah Festival Pasola.

Pasola dilaksanakan bergiliran di kampung-kampung Sumba Barat sehingga hari libur tiap sekolah pun bervariasi.

Menjelang dimulainya Pasola, masyarakat berbondong-bondong berangkat ke arena tarung.

Para lelaki akan mengenakan kain tenun yang diikatkan di kepala dan memakai sarung tenun pendek selutut, sama seperti yang dipakai para ksatria pasola.

Para perempuan Sumba juga memakai sarung tenun yang panjangnya mencapai mata kaki. Tenun biasanya hanya dipakai oleh orang dewasa. Anak-anak kecil di Sumba mengenakan pakaian kasual seperti kemeja dan kaus yang dipadu celana pendek.

Mereka yang sebagian tidak beralas kaki berbaris menyusuri jalan aspal menanjak dari perkampungan ke arena Pasola di Hobba Kalla demi menyaksikan upacara tahunan itu.

Selain di Hobba Kalla, Lamboya, ritual itu juga dilaksanakan di Kamaradena, Kecamatan Wanokaka dan Gaura di Lamboya Barat, Maliti Bondo (Ratenggaro), Kecamatan Kodi Bangedo, serta Waiha dan Wainyapu di Kecamatan Kodi Blaghar.

Setiap rumah di kampung yang mengadakan Pasola akan memasak dalam porsi besar. Mereka siap menyambut para tamu dari lingkungan sekitar yang akan bersilaturahmi usai perhelatan Pasola.

Salah satu ruang kelas di sekolah Lamboya disulap menjadi ruang prasmanan oleh guru yang rumahnya bersebelahan dengan sekolah tersebut. Di meja panjang, berjejer bakul nasi, belasan ketupat, sepanci opor ayam, sepanci kambing berkuah dan setoples kerupuk.

Satu persatu tetangga datang untuk makan dan bercengkrama dengan tuan rumah.

"Pasola itu mirip seperti suasana Lebaran," kata Ande. (Nanien Yuniar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com