Pantai berpasir putih terhampar menyambut kami saat kapal motor mulai menepi. Embusan angin sepoi-sepoi menerpa wajah dan memberikan sensasi menenangkan. Penumpang perempuan yang tadinya panik, lalu tenang dan justru terlihat tak sabar. Saat kapal motor akhirnya benar-benar merapat ke bibir pantai, mereka bergegas turun dan berlarian kegirangan.
Pasir putih Angso Duo yang bersih dan lembut saat dipijak, terasa lengkap oleh air laut jernih dan berombak kecil. Dua hal itu hanya sebagian dari pesona yang ditawarkan pulau seluas 3,5 hektar tersebut.
Pulau Angso Duo berada di wilayah Kota Pariaman, sekitar 65 kilometer dari Kota Padang, ibu kota Sumatera Barat. Untuk menuju pulau ini harus melalui Pantai Gandoriah. Menuju Pantai Gandoriah, bisa menggunakan sepeda motor, mobil, atau kereta api.
Jika memilih kereta api, dengan harga tiket Rp 3.000 dari Stasiun Simpang Haru atau Stasiun Tabing, Kota Padang, kita dapat bonus disuguhi lansekap ranah Minangkabau berupa perbukitan, sungai, persawahan sepanjang perjalanan, hingga Stasiun Kereta Pariaman. Selanjutnya, cukup berjalan kaki satu menit ke Pantai Gandoriah.
Dari Pantai Gandoriah menyebrang ke Pulau Angso Duo menggunakan perahu motor selama 10-15 menit dengan biaya Rp 35.000 per orang pergi-pulang. Penyeberangan terakhir menuju Angso Duo pukul 15.00, sementara untuk pulang pukul 18.00.
Saat Kompas mengunjungi pulau tersebut pada 28 Februari lalu, pengunjung cukup ramai. Ada yang duduk bercengkerama sambil memandang laut lepas di pinggir pantai, di bawah pohon rindang, atau di warung kecil di sana. Ada yang berenang, bermain pasir, atau mencoba wahana yang ada, seperti banana boat dan donat boat dengan membayar Rp 25.000 per orang.
Tofografi yang relatif datar membuat sejumlah wisatawan memilih berkeliling pulau. Ada yang menyisir pantai atau berjalan kaki lewat di tengah pulau yang didominasi vegetasi hutan dengan jenis pohon seperti aru dan kelapa. Tak perlu takut tersesat karena di tengah hutan disediakan jalur pejalan kaki yang memudahkan wisatawan. Di pulau ini ada mitos bahwa jika dapat mengelilingi pulau dengan berjalan kaki kemudian berdoa, apa yang diharapkan akan terwujud.
Di kawasan hutan ini juga terdapat obyek wisata pendukung, yaitu makam berusia ratusan tahun sepanjang empat meter yang sering dikunjungi wisatawan untuk berziarah. Makam itu diyakini milik Syekh Katik Sangko (kerabat Syekh Burhanuddin, ulama penyebar Islam di Minangkabau). Nama ulama tersebut dikaitkan dengan mitos asal mula nama Pulau Angso Duo, yakni petunjuk berupa awan berbentuk angsa yang membawa sang ulama datang dan menetap ke pulau itu.
Terlepas dari mitos tersebut, Pulau Angso Duo memang indah. Tidak hanya pasir putih dan ombak yang tenang, pulau itu juga memiliki kekayaan bawah laut yang memesona. Di sisi timur pulau terdapat terumbu karang seperti jenis arcopora serta biota laut seperti teripang. Terdapat juga berbagai jenis ikan hias dan karang sehingga cocok untuk wisatawan yang gemar snorkeling dan menyelam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.