Begitu kontroversial pemikiran Ki Ageng Mangir, hingga kadang orang Mangir dilekati cibiran sebagai ”para pembangkang”. Meski selalu mempercakapkannya dengan rendah hati dan hati-hati, orang Mangir jelas membanggakan sejarah perdikan Mangir dan Ki Ageng Mangir.
Sejarah panjang Dusun Mangir tersisa dalam banyak situs sejarah yang dihormati warganya. Mulai dari situs Lembu Andini, Linggayoni, Batu Lumpang, Batu Gilang, hingga tentu saja petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Letak Rumah Makan Legokan Ngancar sendiri terletak 300 meter arah barat daya petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo.
Dusun di Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, itu menjadi salah satu daerah yang diguncang gempa tahun 2006. Gempa itu pula yang mengawali riwayat Rumah Makan Legokan Ngancar. Basri awalnya membangun gubuk sederhana sebagai tempat mengungsi bagi warga yang rumahnya rusak berat. Gubuk itulah yang kini menjadi pondok-pondok tempat bersantap.
”Warga pencari ikan mengeluh, harga jual tangkapan mereka terlalu murah. Akhirnya, saya mencoba menjamu teman sekantor yang ternyata menyukai suasana Tempuran Ngancar. Mulailah kami mencoba membuka rumah makan,” kata Basri.
Sayur lompong
Mangir memang punya banyak cerita, tetapi Rumah Makan Legokan Ngancar bukan hanya kondang adonan legenda dan fakta sejarah Dusun Mangir. Persis saat kaki selesai menjelajah Tempuran Ngancar dan tepian Sungai Progo, Suginah keluar dari dapur Surat, menyuguhkan menu-menu pesanan.
Ikan gabus goreng jadi sasaran pertama, mencicipi rasa asli ikan yang menyerupai lele. Namun, ikan gabus punya tekstur daging yang lebih lembut, juga rasa yang lebih gurih, benar-benar lezat disantap bersama nasi hangat. Bahkan tanpa imbuhan rasa seperti sambal atau sayur sekalipun.
”Sekarang, cicipi mangut ikan gabusnya,” tawar Basri tersenyum, menyodorkan sepiring santan mangut kekuningan, dengan aroma kencur yang menyegarkan, membalur kuyup ikan gabusnya. Basri pantas membanggakan masakan istrinya. Santan mangut itu sungguh segar, meresap di daging lembut ikan gabusnya.
Di kuah santannya, rasa kencur yang menyegarkan berpadu dengan aroma cabai dan sedikit rasa manis. ”Semua ini resep turun-temurun. Saya tidak pernah belajar resep lain selain yang biasa kami masak di rumah sendiri,” ujar Surat tertawa.
Sayur lompong Surat juga istimewa dan wajib dipesan pengunjung pertama rumah makan ini. Rasanya sedikit manis, juga sedikit pedas, ”daging” batang daun lompongnya kenyal dan segar. Sesekali tangan menjumput ikan wader—”teri” ikan air tawar yang gurih—mencocolkannya ke semangkuk sambal bawang.
Yang lebih istimewa lagi adalah sambal belut racikan Surat. Sambal itu istimewa karena Surat piawai mengolah belutnya agar tak terasa liat. Bumbu cabainya, dengan rasa pedas yang sedikit menyentak, berpadu dengan aroma kencur, hmm…, sempurna untuk menikmati nasi hangat berkuah mangut.
Mangut ikan lele memang lezat, tetapi mangut ikan gabus masakan Surat dan Suginah memang berlipat lezatnya. Baik karena ikan gabusnya yang memang lebih enak disantap dibandingkan lele maupun karena racikan bumbu Surat.
Semilir angin bertiup dari arah hulu Sungai Gedhog menyejukkan keriuhan bersantap di tepian Tempuran Ngancar, ditemani desir lembut air Sungai Bedhog menyapa Sungai Progo. (ARYO WISANGGENI G)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.