Di Bahoi, baik Carlo maupun Rene terkesan dengan pengelolaan ekowisata dan daerah perlindungan laut (DPL) yang sudah dirintis oleh masyarakat Bahoi sejak tahun 2001. Lewat berbagai pendampingan dan kemitraan, kini wisata dan potensi perairan laut di Bahoi benar-benar dikelola oleh dan untuk masyarakat. "Tahun 2003 merupakan titik penting, saat kami sepakat memproteksi DPL lewat Peraturan Desa dan pada tahun 2008 desa kami ditetapkan sebagai Desa Wisata," kata Hans Lahamende, salah satu tokoh masyarakat Bahoi.
Masyarakat Bahoi sepakat bahwa pengelolaan wisata dan potensi kelautan yang mereka miliki menjadi tanggung jawab mereka bersama. Jika ada wisatawan yang ingin datang berkunjung ke Bahoi, secara gotong royong seluruh warga Bahoi menyambutnya dan menyediakan fasilitas yang diinginkan oleh wisatawan.
Seiring dengan pemberdayaan potensi daerah yang berwawasan lingkungan dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan, wisatawan juga disuguhkan dengan kerajinan tangan yang semuanya dibuat oleh warga Bahoi sendiri. Pun demikian warga Desa Bahoi telah sadar untuk menjaga dan memelihara lingkungan mereka. "Jadi jangan berharap melihat ada sampah berserakan di desa kami, karena semua warga sudah sadar," tegas Hans.
Belajar Bersama
Konsep pengelolaan ekowisata dan potensi perairan pesisir di Bahoi yang berbasis masyarakat itu memukau Rene dan Carlo. Mereka mengaku senang melihat bahwa ternyata di Indonesia, sudah ada masyarakat yang menjalankan konsep ekowisata dengan benar. "Di Karibia ada dua lokasi yang berdekatan yakni St. Eustasius dan St. Maarten. Keduanya merupakan daerah pesisir pantai. St. Maarten merupakan kawasan yang sudah berubah menjadi kawasan perkotaan, dan dalam perkembangannya menemui banyak masalah dalam aspek sosial dan lingkungan," jelas Rene.
Sementara di kawasan St. Eustasius perkembangannya dibiarkan secara alami sebagaimana bentang alam aslinya. Ternyata dari studi yang dilakukan, lebih dari 80 persen wisatawan lebih menyukai St. Eustasius yang dikelola dengan skenario lingkungan lestari. Oleh karena iru mereka merasa senang, Bahoi bisa dikelola dengan konsep lestari dan pembangunan berkelanjutan.
Sebagai tindak lanjut pembelajaran bersama, semua pihak kemudian bertemu lagi dalam Seminar Terbuka Marine Biodiversity, Conservation and Ecotourism yang digelar pada hari ini di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat). "Ini sangat baik bagi kami di Unsrat, di mana kita bisa belajar bersama apa yang sudah dilakukan di Uni Eropa dan yang sudah dirintis serta dijalankan oleh masyarakat Bahoi," kata Kepala Program Studi Budidaya Perairan FPIK Unsrat, Joppy Mudeng.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.