BUKAN hal yang mudah untuk mencapai Air Terjun Segenter yang terletak di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Alasan utama adalah lokasinya yang sulit dijangkau. Tidak sekadar jauh, tetapi harus melalui kondisi jalan yang tidak layak dilalui kendaraan pribadi.
Perjalanan saya dilakukan di sela Media Gathering Wartawan Nasional yang diselenggarakan operator telekomunikasi XL Axiata pada akhir Februari 2015. Air terjun ini berada di Dusun Kumbi sehingga sebagian warga, termasuk pemandu wisata, juga menyebutnya Air Terjun Kumbi.
Perjalanan dimulai menjelang tengah hari menggunakan mobil gardan ganda. Lebih dari 15 unit mobil gardan ganda pun berjalan beriringan. Dari pusat kota, rombongan melintasi beberapa desa, seperti Suranadi, Gontoran, dan singgah sejenak di Sesaot sebelum masuk ke dalam Taman Hutan Raya Nuraksa.
Sepanjang perjalanan, kami mendapati infrastruktur jalan yang representatif. Aspal yang mulus dengan lebar jalan yang cukup untuk dua mobil berpapasan. Agus, sang sopir, pun angkat bicara, ”Mobil seperti ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan kita.”
Benar saja, setelah beristirahat di pos, rombongan mendapati pertemuan antara akhir jalan aspal dan awal jalan tanah. Bisa dibilang bahwa jalan tersebut tidak ramah bagi kendaraan pribadi pada umumnya, lebarnya hanya muat untuk satu mobil sehingga salah satu harus menepi sewaktu berpapasan. Ilalang yang rimbun ditambah kanopi dari batang pohon yang tumbuh liar membungkus jalan yang kami lalui.
Perkataan pengemudi mobil yang kami tumpangi pun terbukti. Jalan tanah berkelok dan naik-turun serta mengharuskan setiap kendaraan memanfaatkan fitur gardan ganda mereka. Di beberapa titik, terdapat kubangan berisi air sedalam 30 sentimeter dan tidak jarang berisi kubangan lumpur saja, yang dipastikan membuat mereka yang tidak terbiasa melalui jalur ini saban hari bakal kerepotan.
Akhirnya rombongan berhenti di tempat yang lapang untuk memarkirkan kendaraan. Perjalanan belum usai karena kini saya harus menuruni tangga yang terbuat dari semen sejauh 50 meter, siapa pun masih bisa berucap syukur karena tangga itu baru dibangun tahun 2013.
”Sebelumnya, wisatawan yang ingin datang harus turun atau kembali naik dengan menggunakan tali,” ujar Uspala, petugas keamanan dari Tahura Nuraksa.
Air terjun yang hendak kami datangi menanti di kejauhan, tersembunyi di rimbunnya pepohonan. Yang harus dilakukan adalah menuruni tapak tangga satu per satu karena jalan yang curam serta berkelok.
Segar
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.