Perjalanan panjang itu akhirnya terbayar lunas begitu tiba di dasar tangga. Lembah yang hijau dengan pepohonan serta aliran air yang jernih dan bening mengucur di sela bebatuan. Air terjun dengan suaranya yang terdengar bergemuruh sejak menuruni anak tangga akhirnya bisa dilihat dengan mata kepala sendiri.
Tinggi air terjun tersebut tidak sampai 30 meter, di depannya terdapat sepetak tanah yang bisa diinjak dan dimanfaatkan untuk mengabadikan pengalaman tersebut melalui bidikan kamera. Air yang dingin nan menyegarkan segera menghilangkan letih dan pegal sepanjang perjalanan.
Keadaan di air terjun masih asri, tidak terlihat penjual ataupun papan pemberitahuan di sekitarnya. Itu bisa menjadi hal yang positif ataupun negatif karena wisatawan tidak bisa mendapatkan informasi lebih mengenai air terjun ini, seperti daerah hulunya, mengalir ke mana sungai ini, dan spesies endemik yang ada di sana.
Uspala mengatakan, saat ini obyek tersebut bisa didatangi tanpa harus membayar retribusi, setidaknya sampai rencana pemerintah untuk menyusun peraturan mengenai retribusi rampung.
Kendala lain yang dihadapi wisatawan adalah mereka tidak bisa datang sendiri ke tempat ini, tetapi harus menyewa mobil, baik dari hotel, bandara, maupun biro wisata yang tersebar di Kabupaten Lombok Barat atau Mataram. Paket untuk berkeliling ke beberapa tempat wisata di Lombok bisa menghabiskan dana setidaknya Rp 1,5 juta per orang.
Setiap akhir pekan, setidaknya ada 50 wisatawan yang mendatangi tempat ini.
Tantangan
Bupati Lombok Barat Zainy Aroni mengungkapkan bahwa pihaknya tengah berjuang untuk mendorong pemasukan daerah dari pariwisata. Pada 2014 terdapat perputaran uang sebesar Rp 428 miliar dari 347.000 wisatawan yang berkunjung ke Lombok. Dibandingkan dengan uang yang dikirimkan warga Lombok Barat yang bekerja di luar negeri, terdapat perputaran uang sebesar Rp 247 miliar dari 5.800 orang.
”Rata-rata tinggal wisatawan di Indonesia adalah 2,8 hari, masih kalah dengan Bali. Bila kami bisa mendongkrak lama kunjungan menjadi empat hari, saya optimistis bisa mendatangkan uang sebesar Rp 500 miliar,” tutur Zainy.
Masalah yang dihadapi dunia pariwisata Nusa Tenggara Barat adalah konektivitas, seperti dilontarkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB Lalu Mohammad Faozal. Bandara Internasional Lombok saat ini baru menerima penerbangan langsung dari Malaysia dan Singapura.
Mereka mengincar 700.000-800.000 wisatawan dari Australia yang setiap hari mengunjungi Bali untuk mampir ke NTB.
Semoga saja mereka bisa datang ke Air Terjun Segenter untuk meninggalkan kenangan indah. (DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.