Salahuddin, seorang ustaz asal Indonesia yang tinggal di Mekkah, menuturkan, pasar jemaah umrah asal Indonesia melonjak drastis sekitar 2005. Lonjakan jemaah umrah mendongkrak jumlah biro perjalanan Indonesia yang kemudian berlomba-lomba menjaring jemaah menuju Arab Saudi.
Menurut Albert, persentase penumpang umrah Citilink relatif masih kecil dibandingkan dengan total jumlah penumpang maskapai tersebut dalam setahun. Ia memprediksi, total penumpang Citilink pada 2015 mencapai 11,2 juta orang. "Jadi, berbanding total penumpang setahun yang di atas 10 juta orang, jumlah penumpang umrah di bawah 10 persennya," ujarnya.
Albert menambahkan, Citilink masih terfokus pada pasar penumpang domestik. Apalagi, ia menilai peluang pasar di penerbangan lokal belum banyak dimaksimalkan. Setelah memaksimalkan pasar domestik, Citilink akan menjajaki perluasan pasar di kota-kota negara ASEAN.
"Jadi bagi Citilink, rute Jakarta-Jeddah dan Surabaya-Jeddah yang mulai beroperasi Maret ini, juga rute menuju beberapa kota di Tiongkok, adalah rute tambahan. Tidak mungkin Citilink akan berkonsentrasi pada rute-rute ini," kata Albert lagi.
Saat ditanya mengenai penggunaan pesawat Airbus A320 menuju Jeddah, Albert mengungkapkan, salah satu ciri maskapai low cost carrier adalah penggunaan pesawat sejenis. Yang membedakan dengan rute jarak dekat yang terbiasa dijalani Citilink adalah dalam penerbangan menuju Jeddah, Citilink menyediakan makan kepada penumpang.
"Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan prinsip perusahaan, yakni sederhana, tepat, nyaman, atau simple, on time, convenience," kata Albert. (ADI PRINANTYO)
Artikel ini sebelumnya tayang di Harian Kompas, Jumat, 20 Maret 2015