Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelisik Legenda Puteri Menangis

Kompas.com - 30/03/2015, 19:08 WIB

Tapi dalam perjalanan, petuah itu dilanggar. Sang puteri menoleh ke belakang, bersamaan dengan hujan badai sehingga iring-iringan pengantar harus bereduh di dalam gua. Gua pukes, lanjut Abdullah, merupakan tempat dimana rombongan ini beristirahat.


"Tapi karena sudah melanggar petuah, puteri berubah wujud menjadi batu," kata Abdullah kemudian.

Di dalam gua, stalakmit dan stalaktit gua yang sudah menyatu membentuk pilar. Pilar itu, di beberapa bagian mirip sekali dengan wujud manusia. Dari atap gua, air mengalir merembes pada dinding batu kapur. Inilah yang dipercaya sebagai Puteri Pukes, si puteri yang menangis.

Saya mengamati bagian-bagian pilar itu dengan seksama ketika serombongan wisatawan turut masuk dan berfoto selfie. Seseorang dari rombongan itu menceritakan hal yang sama seperti yang sudah diceritakan Abdullah sebelumnya.

Pikiran saya malah melayang pada setumpuk batu yang juga sudah dipugar di pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat. Legenda malin kundang si anak durhaka menggelantung di langit-langit pikiran saya.

Tapi Puteri Pukes berbeda, dia hanya melanggar petuah sederhana, bukan durhaka seperti si Malin. Sekonyong pikiran itu kemudian pupus lantaran dibagian lain saya melihat sebongkah batu yang dipercaya sebagai peninggalan rombongan Puteri Pukes. Sebuah batu yang mirip dengan lesung, tatakan penumbuk padi.

Beberapa bagian gua sudah diremajakan dengan campuran semen dan pasir sehingga merubah keasliannya. Sebuah stalakmit yang mencuat dari dasar gua kini berubah bentuk seolah-olah seperti seseorang yang tengah bersemedi.

Sebah sumur besar membentuk lingkaran juga mengalami nasib yang sama, pinggirannya sudah diremajakan dengan campuran bahan bagunan. Sumur itu dipercaya sebagai tempat penampungan air mata sang puteri.

Sesaat saya tersentak sadar dari lubuk lamunan mengenai bahan bangunan yang bercampur dengan keaslian gua itu. Mungkin memang ini yang dicari banyak orang, tapi bukan saya.

"Hujan lebat terus saja turun ditambah isak tangis dan air mata sang puteri yang rindu pada kedua orang tuanya. Air mengalir terus menerus hingga memenuhi sebagian besar daratan. Dari sinilah Danau Lut Tawar terbentuk," papar Imran ketika saya sudah kembali bersamanya untuk menikmati kopi malam kami.

Legenda ini, kata Imran, memang banyak yang tidak masuk akal. Tapi yang namanya legenda, tentu akan terus dituturkan. Demikian pula versinya tentu juga beragam.

"Kedua orang tua sang puteri, walaupun tak setuju tapi harus merelakan anaknya. Sehingga ibunda sang puteri melarang anaknya melihat ke belakang, karena masa depan bukan berjalan surut," ujar Imran.

Puteri Pukes, menurut cerita rakyat Gayo berasal dari nama Inen Manyak Pukes. Seorang puteri yang penuh keceriaan di masa kecilnya. Kasih sayang kedua orang tua yag berlimpah membuat dirinya tumbuh menjadi puteri kebanggan. Sepanjang hidupnya, sang puteri dikenal dengan kesantunan dan pengabdiannya kepada orang tua.

Versi lain dari legenda ini, lanjut Imran, adalah kutukan sang ibu lantaran Puteri Pukes sudah melakukan kekerasan pada ibundanya sendiri. Dia melampiasakan kekesalan pada sang ibu lantaran suaminya tak kunjung pulang dari medan perang. Ibudanya telah ditendang ketika sedang menunaikan shalat. Saat itulah kutukan terjadi, sang puteri menangis dan berubah menjadi batu.

Tapi apapun versinya, legenda merupakan cerita yang selalu dikisahkan agar manusia memetik pembelajaran. Puteri Pukes mungkin saja pernah ada, tapi bukan puteri yang berasal dari stalaktit pebukitan karst yang berkapur. Dia tentunya juga bukan puteri yang air matanya menggenangi lembah alam dataran tinggi Gayo yang sejuk.

(Syafrizaldi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com