Restoran ini terletak di Bahnhofstrasse, berada di pusat kota Zurich. Gudang ini menjadi vital karena pada Abad Pertengahan lebih banyak terjadi peperangan daripada perdamaian. Sejarah juga menyebut bahwa Zeughaus menjadi gudang penyimpanan busur silang yang dimiliki oleh pahlawan Swiss, Wilhelm Tell.
Di dinding restoran tampak gambar diri Wilhelm Tell. Bersanding dengan lukisan tersebut adalah busur silang lengkap dengan anak panah, wadah anak panah, dan tombak. Di sisi lain di dinding terdapat pakaian perang dan beragam perisai yang dulu menjadi perlengkapan wajib saat bertarung di medan laga.
Sejak tahun 1926, Zeughauskeller berubah menjadi titik kumpul pertemuan sosial dan perdamaian. Senjata hanya digunakan sebagai dekorasi dan tamu dari seluruh dunia disambut dengan hangat. Tuan rumah restoran ini adalah Tony Hammer yang merupakan generasi kedua pengelola rumah makan. Ia bekerja menyajikan hidangan terbaik bersama dengan 80 karyawan.
Pada jam makan siang, semua meja sudah habis dipesan. Lantaran datang sepuluh menit lebih awal dari jam reservasi, pelayan meminta kami menunggu di luar karena tak tersedia satu pun meja yang kosong.
Hidangan dengan nama kalbsgeschnetzeltes nach zurcher art segera menarik perhatian karena diimbuhi catatan kaki: ”sebuah keharusan ketika di Zurich”. Menu dalam bahasa Jerman ini berupa irisan daging sapi muda yang disajikan dalam panci panas dengan jamur dan krim saus anggur putih. Daging sapi muda empuk ini disantap berdampingan dengan roti yang terbuat dari kentang cokelat yang dibubuhi keterangan Swiss style. Di brosur wisata Zurich disebut bahwa The Zeughauskeller memang terkenal karena masakan tradisional Swiss-nya yang diolah dengan resep kuno.
Suguhan keakraban
Kita tinggalkan gudang senjata untuk menuju kota Yverdon les Bains. Sekitar dua jam perjalanan kereta dari Zurich sampailah di kota kecil di tepi Danau Neuchatel yang penduduknya berbahasa Perancis. Lidah kembali dimanjakan oleh cita rasa yang berbeda. Penduduk Yverdon les Bains berbincang dalam bahasa Perancis. Tak hanya bahasanya, makanannya pun kental dengan pengaruh budaya Perancis. Jarak Yverdon les Bains dari Paris ”hanya” sekitar 544 kilometer.
Tepat di depan kios si penjual gula-gula, Leo mengajak kami mencicipi segelas cokelat hangat plus aneka kudapan cokelat di kedai Schneider di Rue du Lac, Yverdon les Bains. Suasana kota yang tenang begitu terasa bersahabat ketika menyaksikan penghuninya menghabiskan sore dengan menyeruput cokelat. Cokelat di toko ini dibuat dengan resep turun-temurun sejak tahun 1957.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.