Informasi yang minim dan infrastruktur transportasi yang kurang memadai ke Pulau Tidung diakui Bupati Kepulauan Seribu Tri Djoko Margianto.
”Seharusnya kapal-kapal dari Kali Adem tetap bisa beroperasi. Harus ada antisipasi bila APBD terhambat,” katanya.
Menurut Tri Djoko, pihaknya kini sedang mempersiapkan sistem informasi manajemen kapal penumpang yang baik serta sistem keamanan dan kenyamanan penumpangnya terjamin.
Tak hanya masalah dermaga, bahan bakar untuk kapal pun belum tersedia di Pulau Tidung. Menurut awak salah satu ojek, Boya, kebutuhan BBM kapal dipenuhi dari Jakarta. Karena tak bisa beli dalam jumlah banyak, awak kapal terpaksa membayar uang lebih kepada seseorang yang memiliki akses membeli solar di Muara Angke.
Harga 1 liter solar yang normalnya Rp 6.400 dibeli seharga Rp 9.000. Satu kapal memerlukan 330 liter solar untuk rute pergi-pulang Muara Angke-Pulau Tidung.
Leman (45), awak kapal lain, mengatakan, mereka telah mengusulkan kepada pemerintah daerah agar disediakan SPBU di Pulau Tidung. Namun, usulan itu belum berbalas. Menurut Camat Kepulauan Seribu Selatan Arief Wibowo, berdasarkan informasi yang dia terima, belum ada keuntungan secara ekonomis dengan membuka SPBU di Pulau Tidung.
”Lokasinya juga tidak tahu mau ditaruh di mana. Bagi warga, yang penting ada BBM. Soal harga mahal, tidak terlalu dipersoalkan,” ujarnya. (Madina Nusrat/Fransisca Romana Ninik)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.