Senja itu, di Restoran Hitana, Hotel Bali Niksoma yang berhadapan langsung dengan Pantai Legian, para pegawai restoran setia melayani para pelanggan. Pelayanannya sangat baik, sopan dan profesional.
Saya duduk ceria menikmati secangkir cappucino sambil menunggu kedatangan sahabat lama Nyoman Astama yang menjadi GM (General Manager) di Hotel Bali Niksoma. Sesosok sahabat yang profesional di bidangnya, masih tetap bersahaja sambil menyapa ramah kepada siapa pun yang melintas di hotel yang dipimpinnya tersebut. Ramah tidak dibuat-buat, murni dari lubuk hati yang dalam sebagai identitas warga Bali yang selalu mengedepankan etika dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai salah satu hotel yang menjaga open space dengan ketinggian 3 lantai di depan pantai, hotel yang bertipe resort ini dinobatkan sebagai Indonesia Leading Boutique Resort 2014/2015 oleh Indonesia Travel & Tourism Awards. Karyawan hotel berinteraksi dengan turis secara kekeluargaan dengan tidak mengganggu kenyamanan mereka.
Selang beberapa waktu, hidangan khas crispy duck (bebek goreng) disajikan sangat menarik. Tanpa basa-basi saya langsung saja menyantap bebek goreng garing dengan daging yang sangat lembut. Rasanya sangat enak dibumbui sambal matah ala Bali dengan nasi putih plus sayur segar lalapan.
Satu malam berada di hotel ini terasa sangat nyaman. Melepas kesibukan setelah beberapa hari saya memiliki urusan berat di mana waktu, kesabaran dan tenaga terkuras habis. Saya memanjakan diri di kamar Deluxe Room, ruangan dengan luas 38 meter persegi diramu dengan desain interior nuansa cerah menawan. Memiliki private balcony yang berhadapan langsung ke pantai Legian lengkap dengan pemandangan taman mungil yang asri.
Privasi sangat terjamin, cocok buat menenangkan hati yang sedang penat sepanjang hari. Harga kamar per malamnya bervariasi mulai dari Rp 1,8 juta untuk kamar Superior hingga Rp 7 juta untuk vila dengan kolam renang sendiri, tergantung pilihan. Dengan harga sekian para tamu akan mendapatkan apa yang diinginkan, yaitu kenyamanan, kepuasan hati dan pelayanan yang sangat ramah.
Royal Pita Maha, Ubud Bali
Terus terang, saya bukanlah traveler yang berkantong tebal. Saya adalah seorang penabuh gamelan Bali yang kebetulan melakukan perjalanan berkesenian kemana-mana. Di sela-sela perjalanan itu, saya selalu mewawancarai teman, sahabat hingga maestro seni yang telah berhasil karena kegigihannya bekerja dengan tetap fokus menggali potensi lokal dan menjaga tradisi budaya lokal setempat. Salah satunya adalah pemilik The Royal Pita Maha, Desa Kedewatan Ubud yaitu Tjokorda Gde Raka Sukawati.
Bercakap siang hari di Dewata Lounge, tempat dimana kita dapat menikmati keindahan panorama sungai ayung yang menakjubkan. Sangat asri, alami dikelilingi perbukitan hijau. Dari ketinggian ini, terlihat bangunan vila tradisional berjejer rapi beratap jerami. Dewata Lounge ini sangat ideal untuk menikmati cocktail di sore hari sambil ngerumpi kesana kemari.
Bertekad ingin mempertahankan arsitektur budaya Bali, Tjok De membangun resort melalui sebuah konsep filosofi Bali yang disebut Tri Hita Karana, konsep tiga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, dan manusia dengan lingkungan untuk mencapai keselamatan dan kedamaian alam semesta.