Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susu Kerbau "Naik Kelas"

Kompas.com - 05/04/2015, 13:48 WIB
Oleh: Rini Kustiasih

Bermula dari iseng dan coba-coba membuat makanan olahan dari susu kerbau untuk keluarganya, Siti Aisyah Lukman (48) menemukan keasyikan membuat permen. Tidak hanya asyik, ia berhasil membuat susu kerbau ”naik kelas”, menjadi bahan makanan olahan yang bernilai tinggi dan dinikmati pembeli dari beberapa daerah.

Suami saya dulu awalnya memiliki kerbau 20 ekor. Sayangnya, banyak pencurian di sini sehingga sekarang suami tidak lagi memelihara kerbau. Dulu, untuk membuat minuman, puding, dan permen, saya mengambil dari susu kerbau milik sendiri,” ungkap Siti Aisyah saat sedang membuat permen susu di dapurnya di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, beberapa waktu lalu.

Siang itu, Sumbawa sangat panas. Namun, Siti tetap bersemangat mengaduk adonan susu kerbau di dalam penggorengan besar yang isinya menjadi gulali warna coklat.

Tangannya tangkas mengangkat penggorengan, kemudian menuangkan isinya ke atas loyang persegi panjang yang dilapisi plastik. Adonan kental itu diratakan memenuhi loyang. Sebuah penggaris kayu dan pisau disiapkan. Siti pun membuat garis pada adonan tersebut dan memotong-motongnya menjadi bentuk balok berukuran sama.

”Tebal permen harus sama, sekitar 3 sentimeter. Saya belajar ini dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumbawa. Mereka mengundang saya ikut pelatihan. Sebelumnya, waktu pertama kali membuat permen ini, bentuknya macam-macam, ada yang bulat, segi tiga, dan segi empat. Dulu masih dibungkus seadanya dengan aluminium foil,” kenang Siti.

Siti pertama kali membuat permen dari susu kerbau pada tahun 2000. Memanfaatkan susu dari kerbau milik mereka, Siti bersama suaminya membuat aneka makanan olahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri. Saat itu, kakak iparnya sudah memulai usaha rumahan permen susu, tetapi bangkrut karena tak mampu mengelola.

Siti diminta meneruskan usaha rumahan tersebut. Dengan pengetahuan seadanya, Siti menawarkan produk permen susu itu dari rumah ke rumah di sekitar tempat tinggalnya.

”Saya ingat sekali, ketika itu tidak ada yang melirik produk saya. Satu-dua minggu saya menawarkan permen itu, tetapi tidak ada yang tertarik. Saya lalu jalan- jalan ke Maluk (Kabupaten Sumbawa Barat), tempat asal saya. Di sana, saya bertemu kakak yang bekerja di Koperasi Pertambangan Newmont. Oleh kakak, permen saya dipesan dan dimasukkan ke koperasi perusahaan itu,” ujarnya.

Hasilnya luar biasa. Permen susu kerbau produksi Siti laris manis. Ia bisa mengirim 10 kilogram (kg) permen susu kerbau ke Koperasi Newmont. Aktivitas itu dilakoninya hampir tiga tahun.

Tahun 2003, semangat kewirausahaan Siti berkembang. Ia ingin mendapatkan izin usaha dan merek dagang resmi atas produknya dari instansi yang berwenang. ”Saya mengurus semua izin itu. Saya mengeluarkan uang Rp 350.000 untuk mengurus perizinan,” ujarnya.

Produk permen susu kerbau Siti diberi merek Riskika. Pada kemasannya tercantum kandungan nutrisi permen tersebut. Berbarengan dengan itu, pemasaran permen susu menjadi lebih mudah. Orang mulai banyak mengenal permen susu kerbau Riskika produksi Desa Moyo Utara. Desa itu pun menjadi sentra pengolahan permen susu kerbau. Sedikitnya ada tujuh kelompok pembuat permen susu kerbau di sana.

Siti, sebagai pionir usaha permen susu kerbau, lega karena upayanya diikuti banyak orang. ”Saya mulai sering diajak ikut pameran dan pelatihan-pelatihan,” tuturnya.

KOMPAS/RIZA FATHONI KOMPAS/RIZA FATHONI Pembuatan permen susu kerbau di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/3/2015). Susu kerbau merupakan salah satu komoditas hasil ternak setempat yang hasil turunannya menjadi sumber mata pencarian andalan warga. KOMPAS/RIZA FATHONI Pembuatan permen susu kerbau di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/3/2015). Susu kerbau merupakan salah satu komoditas hasil ternak setempat yang hasil turunannya menjadi sumber mata pencarian andalan warga.
Upaya positif

Berkat kreativitas dan inovasinya, Siti bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Bagi warga Desa Moyo Utara yang umumnya bermata pencarian bertani dan sebagian nelayan itu, bisa menyekolahkan anaknya sampai tingkat tertinggi adalah kepuasan tersendiri.

”Alhamdulillah. Semua biaya anak sekolah dari susu kerbau. Permen ini berjasa bagi keluarga kami,” katanya.

Anak pertama Siti sudah lulus kuliah dan bekerja di BRI Cabang Sumbawa. Anaknya yang kedua bekerja di Rumah Sakit Umum Taliwang, Sumbawa Barat, sedangkan anak ketiga masih duduk di kelas I sekolah menengah atas. Dua anaknya yang terkecil masing-masing kelas IV dan II sekolah dasar.

Siti pun masih betah menjalankan usaha permen susu kerbau. Ia ditawari mengolah susu menjadi makanan lain, seperti roti dan yoghurt, tetapi pilihannya masih tetap pada permen. Bersama dua pekerjanya, Siti turun langsung mengolah permen susu kerbau.

Rata-rata, Siti membeli 25-40 liter susu per hari untuk bahan membuat permen. Peternak kerbau datang langsung ke rumah Siti menawarkan susu kerbau. Mereka menjual susu dalam kemasan botol. Setiap delapan botol setara 5 liter susu, dengan harga Rp 20.000 per botol.

Setiap permen dibungkus dengan kertas kue dan dikemas ke dalam kantong plastik ukuran seperempat kg, setengah kg, dan 1 kg. Harga permen susu kerbau per kg Rp 120.000. ”Dalam sebulan, rata-rata saya masih ada keuntungan kotor Rp 8 juta,” ujarnya.

Permen susu kerbau itu punya pelanggan tetap, antara lain dikirim ke sejumlah bank, instansi, toko oleh-oleh, toko makanan di bandara, dan pelanggan rumahan dari sejumlah daerah.

”Saya pernah ditelepon saudara di Kalimantan, yang mengabarkan permen susu kerbau saya ada di sana. Seorang tentara dari Malang, Jawa Timur, membawa permen itu. Mungkin tentara itu membeli dari pelanggan saya di Malang. Sebelumnya, saya mengirim 4 kg permen susu kerbau ke Malang,” ungkap Siti, yang pernah mendapat bantuan alat pengepak dari pemerintah daerah.

Permen susu kerbau Riskika pernah mendapat penghargaan sebagai Produk Inovasi Pemasaran dan Peternakan dari Bupati Sumbawa tahun 2011, dan Produk Pertanian Berdaya Saing Tahun 2012 dari Gubernur Nusa Tenggara Barat. (IKA/ENG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com