Dalam kesempatan itu, Camat Banda Neira mengusulkan kepada PT Pelni untuk membuat paket wisata pada bulan November. Alasannya pada bulan itu Kecamatan Banda Neira menggelar lomba belang atau kora-kora. "Ini acara setahun sekali. Cakalele dan lomba belang perlu dihidupkan," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Kadir, Pemerintah Kecamatan Banda Neira siap mendukung program PT Pelni untuk menjadikan Banda sebagai destinasi wisata. "Banyak atraksi budaya di Banda Neira. Banda akan jadi kawasan khusus pariwisata. Kalau di Raja Ampat wisatawan diminta membayar Rp 250 ribu, di Banda gratis. Tahun 2016 baru akan kami pungut (bayaran)," katanya.
Mengenai usulan Camat Banda Neira untuk paket wisata ke Banda Neira pada bulan November, Elfien menilai masih akan mempelajari karena Pelni masih mengadakan survei tempat wisata di Misool (Papua Barat) dan Togean (Sulteng).
"Setelah itu baru dibuat rundown dan biayanya. Kalau nantinya paket (Banda Neira) disepakati November, maka tiga bulan sebelumnya kami promosikan paket tersebut untuk dijual kepada wisatawan," katanya.
Namun masalah utama yang mengganggu kenyamanan wisatawan berlibur di Banda Neira adalah soal sampah di laut yang hanyut terbawa gelombang hingga ke daratan. Kadir menambahkan masalah sampah masih menjadi persoalan pelik bagaimana mengajak masyarakat Banda Neira untuk peduli soal sampah.
Persoalan ditambah lagi dengan masih sering ditemukannya kapal-kapal yang seenaknya membuang sampah di laut. Ini masalah serius, padahal Banda Neira memiliki panorama alam yang cantik dan perlu dipromosikan untuk mengajak wisatawan berlibur ke pulau yang sarat peninggalan sejarah ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.