Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segarnya Koktail Teh Sri Lanka

Kompas.com - 12/04/2015, 08:54 WIB

JUMAT, 20 Maret lalu, Kompas berkesempatan mengikuti lokakarya tentang teh di salah satu hotel tepian pantai di Piliyandala, Wadduwa, Sri Lanka. Langsung terbayang acara akan dipenuhi tata cara minum klasik sesuai tradisi setempat. Namun, begitu acara dimulai, semua bayangan itu sirna.

Bayangan peserta bahwa mereka bakal disodori tradisi minum teh klasik nan jadul ala Tiongkok-Asia sirna saat perangkat bartender, seperti shaker, gelas pengocok, jigger, bar spoon, strainer, pisau, penyaring, dan bermacam rempah dan buah, tersaji di depan mereka.

Para bartender dan chef yang hadir pun mulai meracik berbagai bentuk punch dan koktail berbahan dasar teh. Kebanyakan peserta lokakarya ini tak menyangka bahwa para bartender dan chef tersebut mampu mempercanggih acara minum teh. Tak terasa, para peserta sudah tenggelam membuat bermacam punch dan koktail yang diajarkan.

Tradisi minum teh yang dikenal sejak 5.000 tahun lalu tak lagi harus dimaknai kembali ke masa lalu, seperti era para kaisar di Tiongkok dan Jepang. Perusahaan Teh Dilmah, yang mengundang Kompas ke Sri Lanka, memilih mem-branding produknya lewat eksplorasi modernitas minum teh.

Sajian teh dalam punch dan koktail dibuat menjadi bagian gaya hidup kota besar. Dilmah mengemasnya dalam lounge-lounge teh, antara lain yang mereka buat di kawasan baru nan eksotik di Jalan Chattam-Dutch Square, Kolombo, dan Independence Square.

Dalam bentuk punch atau sajian minuman ringan bercampur buah, sirup, dan rempah, muncul nama-nama Honey Flower, Chocolate Chai, Chai Speculatte, Thai Cha, Yohochominana Smoothie, Peaches and Perera Smoothie, dan Mango Al Mundo Smoothie.

Sementara dalam campuran koktail teh muncul nama-nama La Vie en Rose, In Mint Condition, dan Tea Quila. Sejumlah nama koktail dan punch lain pun diperkenalkan bar tender asal Belanda, Robert Schinkel.

Budaya pop

Buku pegangan Dilmah School of Tea menyebutkan, seni membuat koktail telah menjadi bagian dari budaya pop internasional. Restoran-restoran dan hotel-hotel top tak bisa lagi meremehkan kehadiran bar-bar koktail mereka. Para bartender di seluruh dunia terus bersaing menciptakan koktail baru.

”Kami memang ingin menembus pasar kelas menengah-atas perkotaan lewat lounge-lounge teh dan meja-meja bartender. Tak ada cara lain yang lebih tepat selain memahami simbol-simbol budaya pop untuk menjual produk kami,” tutur Dilhan C Fernando, Direktur Dilmah dan Sekolah Teh, di sela pelatihan membuat koktail hari itu.

Sehari sebelumnya, Edwin Soon, pakar masakan asal Singapura, tampil memaparkan dan memberi contoh bagaimana memadukan sajian teh tertentu dengan makanan pendamping.

Intinya, antara teh dan makanan pendampingnya harus seimbang rasa dan unsurnya, bak unsur yin dan yang. Rasa pahit, sepat (astringent), asam, dan asin dalam teh, dipertemukan dengan rasa manis, minyak/lemak, dan gurih dalam makanan, atau sebaliknya.

”Ya, ya.... Istilah itu tepat! Unsur satu dengan unsur lainnya dipertemukan seperti bertemunya unsur yin dan yang. Dengan demikian, minuman dengan makanan yang dipilih enak di mulut dan lancar dicerna,” ucap Soon seusai melatih para peserta.

Chang, salah satu peserta asal Malaysia, mengakui kepiawaian Dilmah mengemas produk tehnya dengan berbagai rasa dan warna hingga menjadi tak kurang dari 36 varian.

”Di tangan Dilmah, tradisi minum teh bukan lagi sebatas tradisi minum di Tiongkok atau Jepang, tetapi menjadi tradisi baru kaum kelas menengah-atas kota. Prinsip paduan minum-makannya tetap yin dan yang, tetapi jenis makanannya bisa dari belahan dunia mana saja. Ini yang menarik,” ujar Chang.

KOMPAS/WINDORO ADI Salah satu sudut Kolombo, Ibu Kota Sri Lanka. Meski perkembangan dan keindahan kotanya tak semaju kota-kota besar lain di Asia Timur dan Asia Tenggara, Kolombo bebas pedagang kaki lima dan relatif bersih.
Tren ”sofistikasi” teh ini sebenarnya juga sudah mulai terjadi di Jakarta. Setidaknya ada empat tempat minum teh di Jakarta dengan tampilan tak kalah menarik dibandingkan lounge teh Dilmah. Mereka adalah Macaroon Tea Room di Plaza Indonesia; Tea Addict di Jalan Gunawarman, Kebayoran Baru; Vinalle Coffee & Tea di Jalan Cikajang, Kebayoran Baru; dan Rumate di Jalan H Agus Salim, Menteng.

Tanpa tradisi

Pendiri Dilmah, Merrill J Fernando, mengakui, meski Sri Lanka juga punya sejarah teh, negeri itu tak memiliki tradisi minum teh yang menarik, seperti halnya Tiongkok, Jepang, atau Inggris.

Edwin Soon dalam bukunya, The Dilmah. Way of Tea (Ceylon Tea Services Ltd, 2009) menulis, sejarah teh di Sri Lanka berawal setelah James Taylor, warga Inggris pemilik perkebunan kopi di Sri Lanka, memutuskan membuka perkebunan teh seluas 10 hektar.

Ia memutuskan hal itu setelah perkebunan kopi di hampir seluruh sudut Sri Lanka, termasuk perkebunan kopi milik James sendiri, hancur diserang wabah.

Tahun 1875, kapal pertama pembawa teh dari Sri Lanka tiba di London, Inggris. Teh tersebut terjual dengan harga mahal di tempat lelang. Para pemilik perkebunan kopi di Inggris lantas mengikuti jejak James.

Sepuluh tahun kemudian, sejuta paket teh Sri Lanka terjual di Chicago World Fair.

Kemudian pada tahun 1873, Mincing Lane, pusat teh dunia di London, telah menguasai impor dan distribusi teh Sri Lanka. Padahal sebelumnya, bangsa Inggris hanya tahu bahwa teh berasal dari Tiongkok.

Tahun 1948, Inggris memerdekakan Sri Lanka. Namun, menurut Fernando, ekonomi kolonialisme masih menguasai industri teh di Sri Lanka. Ia bersama sejumlah pengusaha lokal yang sehaluan bekerja keras membebaskan industri teh dari cengkeraman usaha kelompok multinasional.

Kini, era itu telah usai. Industri teh di Sri Lanka sudah didominasi para pengusaha lokal dari hulu hingga hilir. Fernando pun telah mewariskan Dilmah untuk dikelola putra bungsunya, Dilhan, sejak 1988.

”Di tangan ayah saya, Dilmah telah mendapat akar yang kuat dan kepastian pertumbuhan perusahaan. Kini giliran saya memastikan bahwa Dilmah mampu bersaing menembus pasar internasional di lingkungan generasi baru,” ucap Dilhan.

Generasi baru itu kini berkumpul di lounge-lounge dan gemar menyeruput punch dan koktail...! (WINDORO ADI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com