Setelah subuh setiap hari Minggu, sebagian warga di Kota Banjarmasin umumnya bergegas pergi ke pusat kota. Warga tumpah ruah di ruas-ruas jalan protokol di sekitar Masjid Raya Sabilal Muhtadin, terutama di ruas Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Pierre Tendean. Dua ruas jalan yang sejajar dengan Sungai Martapura itu menjadi pusat keramaian pada akhir pekan.
Berbagai kegiatan dilakukan masyarakat di kedua ruas jalan itu. Ini karena terdapat taman tepian sungai, yang oleh masyarakat setempat disebut siring. Aktivitas mingguan di jalan dan siring adalah olahraga, seperti jalan sehat, joging, senam pagi, dan bersepeda. Tak jarang pula ada kegiatan kampanye suatu produk, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
Keramaian pada akhir pekan itu tidak hanya di jalan dan siring, tetapi juga di Sungai Martapura, yang membelah kota. Di sungai itu ada pasar terapung, yang menjual buah-buahan, tanaman, dan aneka makanan dan jajanan tradisional. Selain itu, ada hiburan musik tradisional dan kelotok (perahu bermotor) wisata, yang siap melayani warga menyusuri sungai.
Menurut Hasan Zainuddin, warga Kota Banjarmasin, kegiatan masyarakat di pusat kota baru hidup setelah Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin serius menata Sungai Martapura. ”Beberapa tahun silam, daerah tepian sungai itu merupakan salah satu permukiman padat, sehingga membuat wajah kota terkesan kumuh,” kata Sekretaris Forum Komunitas Hijau (FKH) Banjarmasin itu.
Namun, setelah pemkot menggusur permukiman padat di bantaran sungai dan merelokasi warga, kota ini pun mulai terlihat cantik sesuai dengan klaimnya sebagai Kota Bungas (cantik). Jargon ”Banjarmasin Bungas” yang terpampang di beberapa ruas jalan protokol, hampir tidak terbantahkan jika melihat kota yang berdiri tahun 1526 ini di pusat kota.
Kepala Bidang Pengembangan Wisata Dinas Pariwisata, Seni, dan Kebudayaan Kota Banjarmasin, Khuzaimi, mengatakan, penataan daerah tepian Sungai Martapura di tengah kota dilakukan sejak empat tahun lalu. Kawasan kumuh perlahan-lahan diubah menjadi taman hijau yang asri, sehingga menjadi kawasan wisata sekaligus ruang terbuka bagi warga untuk berkumpul, berinteraksi, dan bersosialisasi.
Sebagai kawasan wisata sungai berbasis budaya, sejak 2014 setiap akhir pekan, pasar terapung dihadirkan di tengah kota, tanpa menghilangkan pasar terapung tradisional di Muara Sungai Kuin. Tujuh puluh pedagang dikumpulkan untuk berjualan di kawasan siring setiap Minggu. ”Tujuannya agar masyarakat dan pengunjung gampang melihat pasar terapung,” kata Khuzaimi.
Menurut Khuzaimi, pemkot menggelontorkan dana cukup besar untuk membuat kawasan wisata sungai di tengah kota dan menghidupkan pasar terapung. Namun, dana yang dikeluarkan sebanding dengan manfaatnya bagi masyarakat. Bahkan, manfaatnya bagi kehidupan warga kota jauh lebih besar. Setiap Minggu, kalau tidak hujan, pengunjung yang datang ke siring 2.000 sampai 3.000 orang.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kalsel, Aloysius Jono Purwadi, mengatakan, sungai merupakan potensi wisata yang luar biasa di Banjarmasin. Wisata sungai adalah magnet untuk menarik wisatawan datang ke Banjarmasin. Namun, potensi itu cukup lama dibiarkan terbengkalai.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.