Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyale Hadirkan Kesejahteraan Sumba

Kompas.com - 20/04/2015, 15:34 WIB

Wakil Bupati Sumba Barat Reko Detta, ketika membuka pasola di lapangan Wanokaka bersama para rato, mengatakan, budaya nyale dan pasola sebagai obyek wisata yang tidak boleh dilupakan. Masyarakat Wanokaka mewakili Sumba Barat, harus memberi penghargaan dan penghormatan terhadap tamu yang datang menyaksikan ritual adat itu.

Ia mengatakan, keaslian nyale dan pasola tetap dipertahankan. Itu merupakan budaya leluhur, yang harus dimiliki dan diajarkan kepada generasi muda, yang semakin lupa akan tradisi-tradisi asli Sumba.

Aiko (27), turis warga Jepang, mengatakan, penghormatan terhadap tamu dari luar hampir tidak ditemukan selama pelaksanaan nyale dan pasola. Oleh karena nyale dan pasola itu merupakan bagian dari kegiatan wisata, seharusnya tamu dari luar diberikan peran khusus sehingga mereka terlibat.

”Kalau turis dari luar itu diberikan kesempatan untuk bermain pasola, yakni menunggang kuda dan melempar lembing, tentu lebih menarik. Di sini banyak turis yang datang. Mereka dibagi dua kelompok, kemudian diberi kesempatan menunggang kuda dan melempar lembing. Jika itu terjadi, pasti lebih seru, daripada menonton mereka bermain sendiri selama lima jam, dari pukul 09.00 sampai pukul 14.00. Itu membosankan,” papar Aiko.

Aiko yang sedikit memahami bahasa Indonesia itu mengatakan, di lokasi pasola pun perlu disiapkan makanan dan minuman khusus untuk tamu. Panitia hanya menyediakan makanan dan minuman untuk pejabat daerah, tetapi turis yang datang dibiarkan kelaparan. Wisatawan semestinya dihargai pula.

Tak memanfaatkan

Masyarakat pun tak memanfaatkan peluang itu untuk mencari uang dengan menjual nasi atau jenis makanan lain, kecuali menjual air mineral. Padahal, warga yang datang menyaksikan tradisi nyale dan pasola itu mendekati 10.000 orang. Mereka adalah warga Sumba Barat ataupun wisatawan dari dalam dan luar negeri.

Aiko mengatakan, semestinya di setiap tempat pasola digelar disiapkan penginapan sekalipun dari rumah penduduk. Banyak turis ingin tinggal di lokasi pasola, menyaksikan kehidupan warga Sumba, satu atau dua hari menjelang nyale dan pasola. Jika ada retribusi bagi penonton, pasola pun tetap dihormati oleh pengunjung asalkan mereka dilibatkan. (Kornelis Kewa Ama)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com