Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gus Dur Kecil di Tengah Taman

Kompas.com - 01/05/2015, 12:28 WIB
SEPERTI apa sosok Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sewaktu kecil? Datanglah ke Taman Amir Hamzah di Jalan Taman Amir Hamzah Nomor 1 Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. Di tengah taman, patung Gus Dur kecil berdiri menghadap lapangan kecil sambil memegang buku.

Patung Gus Dur semasa kecil tersebut, Sabtu (25/4/2015), diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Bersama-sama dengan Nyonya Sinta Nuriyah Wahid (istri Gus Dur), anak kedua Gus Dur, Zanuba Wahid (Yenny Wahid), perwakilan penggagas pembuatan patung Gus Dur dari Komodo Dragon Foundation, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, dan sejumlah tokoh lainnya, Basuki menarik kain hijau yang semula menutupi patung Gus Dur kecil.

Mengapa Taman Amir Hamzah dipilih sebagai lokasi penempatan patung Gus Dur? Hal ini tak lepas dari sejarah hidup Gus Dur yang sempat tinggal di kawasan tersebut. Taman Amir Hamzah adalah tempat Gus Dur bermain ketika tinggal di Jakarta antara tahun 1949 dan 1954. Saat itu, keluarga Gus Dur pindah ke Jakarta karena ayahnya, Wahid Hasyim, menjadi anggota kabinet, yaitu sebagai Menteri Agama. Wahid Hasyim membeli rumah tepat di depan Taman Amir Hamzah, yang sekarang menjadi Kantor The Wahid Institute. Bersama Marsilam Simanjuntak yang juga tetangganya, Gus Dur banyak menghabiskan siang harinya di taman tersebut.

Di taman itu pula, seniman instalasi Yani Mariani Sastranegara membuat patung perunggu menggambarkan Gus Dur sedang berdiri sambil membaca buku. Patung itu menghadap ke sebuah lapangan kecil dengan tinggi 1,2 meter yang berdiri di atas penyangga batu setinggi 80 sentimeter. Pembuatan patung seberat 400 kilogram tersebut sebenarnya digagas sejak tahun 2013 oleh Ron Mullers dan Dalton Tatonaka dari Komodo Dragon Foundation.

Ron Mullers mengungkapkan, patung Gus Dur merupakan patung kedua yang dibuat oleh Komodo Dragon Foundation. Sebelumnya, mereka pernah membuat patung Barack Obama semasa kecil di Taman Menteng, Jakarta Pusat. Patung itu sekaligus untuk mengingat bahwa Obama pernah tinggal dan bersekolah di Indonesia.

”Obama itu anak kecil yang pernah sekolah di sini dan bisa menjadi presiden di Amerika Serikat. Lalu kita berpikir, Gus Dur dulu juga main di Menteng. Dia juga layak dibuat patung, tapi bukan patung dia sebagai presiden, tetapi saat dia masih anak-anak,” kata Mullers.

Baca buku sejak kecil

Mullers berharap patung Gus Dur tersebut bisa memberi inspirasi bagi anak-anak. Posisi tengah membaca buku mencerminkan kesukaan Gus Dur semenjak kecil gemar membaca.

”Dia mulai belajar sendiri dengan membaca buku. Sama seperti Presiden Soekarno, dia juga membaca. Otomatis punya pengetahuan yang banyak,” ujar Mullers.

Sejak kecil, Gus Dur memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya dan kerap berkunjung ke perpustakaan umum di Jakarta. Meski baru berusia 10 tahun, Gus Dur sudah akrab dengan novel-novel sastra dan juga buku-buku serius, seperti filsafat dan sejarah. Bahkan ketika masih duduk di sekolah menengah pertama (SMP), ia sudah melahap sejumlah buku berbahasa Inggris, seperti Das Kapital-nya Karl Marx, buku-buku Plato, Thalles, serta sejumlah karya Ernest Hemingway, dan John Steinbeck.

Meski cerdas dan rajin baca buku, Gus Dur pun berperilaku seperti anak-anak lainnya dengan keisengan dan kenakalannya. Ia juga sangat gemar dengan pertandingan sepak bola.

Dalam biografi yang dituliskan Greg Barton dengan judul Gus Dur, the Authorized Biography of Abdurrahman Wahid halaman 40 disebutkan bahwa ”Gus Dur adalah anak anak yang tumbuh subur dan tak bisa ditekan. Ia sering menunjukkan kenakalan-kenakalannya. Kadang-kadang, ia diikat di tiang bendera di halaman depan sebagai hukuman bagi leluconnya yang terlalu jauh atau sikapnya yang kurang sopan. Belum genap berusia 12 tahun, Gus Dur telah dua kali mengalami patah lengan akibat kegemarannya memanjat pohon”.

Inspirasi untuk anak-anak

Yenni Wahid selaku perwakilan keluarga berharap patung tersebut bisa menginspirasi anak-anak untuk menggantungkan cita-citanya setinggi langit, serta menginspirasi anak-anak muda untuk tumbuh besar dengan keberanian, berpikir cerdas, dan bersikap toleran.

Basuki dalam sambutannya menceritakan bagaimana Gus Dur telah membela kaum Tionghoa, semasa hidupnya. Gus Dur justru mengungkapkan bahwa dirinya juga masih keturunan Tionghoa sehingga membuat semua pihak diam. ”Saya kira kalau buat orang Tionghoa, Gus Dur itu seperti Cheng Ho, sudah seperti dewanya,” kata Basuki.

Gus Dur, lanjut Basuki, adalah salah satu tokoh yang menginspirasi dan membuatnya berani untuk melawan ketakutan-ketakutan yang diciptakan oleh alam pikir normal. ”Gus Dur itu bisa membuat kita menjadi berani. Karena kalau memberikan semangat, beliau itu luar biasa,” ujar Basuki.

Oleh karena itu, Basuki berencana memasukkan tempat Patung Obama dan Patung Gus Dur dalam situs web Pariwisata milik Pemerintah Provinsi DKI. ”Ini akan jadi tempat wisata, karena orang pasti ingin tahu,” ucap Basuki. (SUSANA RITA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com