Sejak pukul 06.00 Wita, ribuan orang berbondong-bondong ke taman yang biasa disebut Siring itu. Pagi itu, sebagian orang melakukan senam pagi diiringi musik. Mereka membuat gerakan sebagaimana diperagakan instruktur. Sebagian lagi bersepeda, bersepatu roda, atau sekadar berjalan sehat bersama keluarga.
Beberapa pengunjung menggendong bayi, sembari berjalan di sepanjang sungai. Tak sedikit pula orang yang datang hanya untuk bersantai dan menikmati udara segar. Mereka asyik berfoto selfie menggunakan gawai dengan latar sungai dan pasar terapung.
Fauzi tak ketinggalan. Ia mengeluarkan gawai dari saku celananya, mengabadikan gambar diri dengan latar pasar terapung. Beberapa kali, ia memotret dirinya menggunakan kamera depan gawainya. Namun, hasilnya kurang memuaskan.
”Mas, tolong ambilkan foto, ya,” pinta Fauzi, warga kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur, itu kepada seorang lelaki di dekatnya. Ia memberikan gawainya kepada orang yang belum dikenalnya itu, lalu pasang gaya. Ia meminta difoto dalam posisi vertikal dan horizontal.
”Saya baru sampai di Kota Banjarmasin, Sabtu sore. Setiap kali ke Banjarmasin, saya pasti ke sini. Tak menyangka, Siring semakin ramai,” kata lelaki yang tumbuh di Banjarmasin itu.
Pagi itu, diperkirakan lebih dari 3.000 orang memadati Siring. Sebagian warga menyerbu pedagang makanan dan buah-buahan di pasar terapung. Sejumlah pedagang yang menjual makanan, seperti soto banjar, nasi sop, nasi kuning, dan lontong, hampir tak sempat beristirahat karena sibuk melayani pembeli.
Sebagian pengunjung memilih berbelanja buah-buahan segar yang dijajakan pedagang di perahu terapung yang ditambatkan di tepi sungai. Pedagang yang semuanya kaum ibu melayani pembeli dari atas perahu dagangan mereka. Ombak sungai yang terkadang muncul saat perahu motor melintas tidak menyurutkan pembeli berbelanja. Harga buah-buahan yang ditawarkan kaum ibu pedagang itu murah. Satu tandan pisang, misalnya, dijual Rp 5.000.
Sebagian pengunjung juga tak ketinggalan mencoba naik kelotok (perahu bermotor) wisata, menyusuri Sungai Martapura. Dengan membayar Rp 5.000 per orang, pengunjung dapat naik kelotok yang hilir mudik menyusuri sungai sekitar 30 menit.
Di kawasan Siring itu berdiri megah bangunan Gardu Pandang, yang kini menjadi ikon wisata sungai Banjarmasin. Sabtu pagi itu di halaman Gardu Pandang digelar pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping. Warga yang menikmati akhir pekan di Siring tidak mau melewatkan pertunjukan itu. Semua yang menyaksikan pertunjukan tersebut tampak terhibur.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.