Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjarmasin-Balikpapan, Semarak di Tepi Sungai Martapura...

Kompas.com - 04/05/2015, 12:25 WIB
MENTARI tidak menampakkan diri di langit Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (26/4/2015) pagi. Sinarnya terhalang awan sehingga tak terasa menyengat kulit. Cuaca cerah berawan seperti ini nyaman dan menggoda banyak orang untuk keluar rumah, terutama menuju taman di tepi Sungai Martapura di tengah ibu kota Kalsel itu.

Sejak pukul 06.00 Wita, ribuan orang berbondong-bondong ke taman yang biasa disebut Siring itu. Pagi itu, sebagian orang melakukan senam pagi diiringi musik. Mereka membuat gerakan sebagaimana diperagakan instruktur. Sebagian lagi bersepeda, bersepatu roda, atau sekadar berjalan sehat bersama keluarga.

Beberapa pengunjung menggendong bayi, sembari berjalan di sepanjang sungai. Tak sedikit pula orang yang datang hanya untuk bersantai dan menikmati udara segar. Mereka asyik berfoto selfie menggunakan gawai dengan latar sungai dan pasar terapung.

Fauzi tak ketinggalan. Ia mengeluarkan gawai dari saku celananya, mengabadikan gambar diri dengan latar pasar terapung. Beberapa kali, ia memotret dirinya menggunakan kamera depan gawainya. Namun, hasilnya kurang memuaskan.

”Mas, tolong ambilkan foto, ya,” pinta Fauzi, warga kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur, itu kepada seorang lelaki di dekatnya. Ia memberikan gawainya kepada orang yang belum dikenalnya itu, lalu pasang gaya. Ia meminta difoto dalam posisi vertikal dan horizontal.

”Saya baru sampai di Kota Banjarmasin, Sabtu sore. Setiap kali ke Banjarmasin, saya pasti ke sini. Tak menyangka, Siring semakin ramai,” kata lelaki yang tumbuh di Banjarmasin itu.

Pagi itu, diperkirakan lebih dari 3.000 orang memadati Siring. Sebagian warga menyerbu pedagang makanan dan buah-buahan di pasar terapung. Sejumlah pedagang yang menjual makanan, seperti soto banjar, nasi sop, nasi kuning, dan lontong, hampir tak sempat beristirahat karena sibuk melayani pembeli.

Sebagian pengunjung memilih berbelanja buah-buahan segar yang dijajakan pedagang di perahu terapung yang ditambatkan di tepi sungai. Pedagang yang semuanya kaum ibu melayani pembeli dari atas perahu dagangan mereka. Ombak sungai yang terkadang muncul saat perahu motor melintas tidak menyurutkan pembeli berbelanja. Harga buah-buahan yang ditawarkan kaum ibu pedagang itu murah. Satu tandan pisang, misalnya, dijual Rp 5.000.

Sebagian pengunjung juga tak ketinggalan mencoba naik kelotok (perahu bermotor) wisata, menyusuri Sungai Martapura. Dengan membayar Rp 5.000 per orang, pengunjung dapat naik kelotok yang hilir mudik menyusuri sungai sekitar 30 menit.

Di kawasan Siring itu berdiri megah bangunan Gardu Pandang, yang kini menjadi ikon wisata sungai Banjarmasin. Sabtu pagi itu di halaman Gardu Pandang digelar pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping. Warga yang menikmati akhir pekan di Siring tidak mau melewatkan pertunjukan itu. Semua yang menyaksikan pertunjukan tersebut tampak terhibur.

Kepala Bidang Pengembangan Wisata Dinas Pariwisata, Seni, dan Kebudayaan Kota Banjarmasin Khuzaimi mengatakan, wisata sungai menjadi salah satu daya tarik Banjarmasin. Setiap akhir pekan, pasar terapung dihadirkan di tengah kota tanpa menghilangkan pasar terapung tradisional di Muara Sungai Kuin, Banjarmasin, atau pasar terapung Lok Baintan di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.

”Sekitar 70 pedagang dikumpulkan untuk berjualan di kawasan Siring setiap Minggu pagi. Tujuannya agar masyarakat dan pengunjung gampang melihat pasar terapung. Kalau tidak hujan, pengunjung Siring tak kurang dari 2.000 orang,” katanya, beberapa waktu lalu.

Kebersihan

Wahyudin, warga Banjarmasin, mengatakan, pasar terapung di tengah kota memang tidak alami. Pasar terapung itu sengaja diciptakan. Namun, pasar terapung itu baik untuk pelestarian budaya pasar terapung. ”Pasar terapung yang asli di Muara Sungai Kuin sekarang sudah sepi,” katanya.

Namun, pasar terapung yang dihidupkan di tengah kota setiap akhir pekan, mulai Sabtu sore khusus untuk pedagang makanan hingga Minggu siang, harus lebih memperhatikan aspek kebersihan dan keindahan. Pengunjung harus diarahkan agar tidak membuang sampah dan meludah sembarangan. Kebiasaan pedagang mencuci peralatan makan di sungai juga harus dihilangkan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com