Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Okinawa, Wajah Lain Jepang

Kompas.com - 05/05/2015, 12:29 WIB
DENGAN sangat antusias, Ikeno Yukio (60) mengajak saya menuju bengkel gerabahnya. Suatu keramahan yang mungkin sulit ditemukan di negara-negara maju, seperti halnya di Jepang ini. Namun, di Okinawa, prefektur paling selatan Jepang, tempat Ikeno bermukim, keramahan, tradisi, dan kehidupan modern memang bisa saling berpadu.

Ikeno tak fasih berbahasa Inggris. Akan tetapi, kendala bahasa tidak menjadi penghalang. Ikeno sangat antusias dan terbuka mengajak saya mengunjungi bengkel gerabahnya yang berdampingan dengan tokonya di pusat kerajinan gerabah di Jalan Tsuboya Yachi-
mun, Kota Naha.

Seperti mengerti dengan keinginan saya yang siap memotret bengkel gerabahnya, Ikeno pun langsung mengambil posisi di depan cakram pembuat gerabah. Tangannya yang terampil dengan sangat sabar membentuk tanah liat basah yang berputar di atas cakram.

Puas memotret aksinya membuat gerabah, saya kembali diajak Ikeno, kakek berusia sekitar 60 tahun itu, untuk melihat tungku yang sudah terisi penuh gerabah yang baru saja dibakar. Sungguh pengalaman menarik memperoleh pengetahuan kehidupan di negara lain.

Sambil menunjukkan buku gerabah Okinawa, Ikeno, dengan bahasa Inggris yang patah-patah, menyampaikan bahwa tradisi gerabah di tempat tinggalnya sudah berlangsung 300 tahun lebih.

”Sudah sangat lama,” ucap Ikeno memberikan penjelasan tentang tradisi pembuatan gerabah Okinawa.

Di pusat kerajinan gerabah Okinawa di Jalan Tsuboya Yachimun ini, kita tak hanya menemukan hasil kerajinan gerabah warga setempat, tetapi juga suasana tradisional khas Jepang. Di sepanjang Jalan Tsuboya berdiri sejumlah rumah yang masih menjaga kekhasan tradisional, yaitu berdinding kayu dengan genteng merah dan pintu-pintu kaca gaya Jepang.

Permukaan Jalan Tsuboya Yachimun juga tak dilapis aspal, melainkan batu kuning dan hitam yang ditata rapi. Sementara di kanan dan kiri jalan berdiri toko dan bengkel gerabah seperti milik Ikeno.

Patung Shi-sha, dewa penjaga warga Okinawa, merupakan patung gerabah paling banyak dibuat di pusat kerajinan keramik ini. Patung dewa ini juga banyak dijual di kawasan pertokoan kerajinan tradisional Okinawa di Jalan Kokusai Dori.

Kedua jalan yang menjadi pusat kerajinan Okinawa ini berada berdekatan sehingga dapat dijangkau dengan menumpangi monorail dan turun di Stasiun Makishi yang langsung terhubung ke Jalan Kokusai Dori. Dari Jalan Kokusai Dori, untuk menuju pusat kerajinan keramik di Jalan Tsuboya Yachimun, dapat berbelok ke jalan di samping gedung Pusat Informasi Pariwisata Tenbusu Naha.

Sementara di Jalan Kokusai Dori dapat ditemui beragam kerajinan dan makanan kecil khas Okinawa. Jika kita bersikap ramah dan bersahabat, beberapa pedagang di toko kerajinan di sepanjang Jalan Kokusai Dori itu tidak segan memberikan kita bonus cendera mata untuk dibawa pulang, seperti sapu tangan ataupun biskuit.

Di jalan itu juga dapat ditemukan toko bebas pajak yang menyediakan makanan Jepang dan berbagai macam barang, mulai dari elektronik, mainan anak, hingga tas dan sepatu.

Bagi pencinta barang elektronik, di beberapa toko bebas pajak tersedia barang-barang elektronik yang belum tentu ada di Indonesia dan berharga murah. Contohnya, alat pijat punggung merek Omron dijual seharga 3.000 yen atau sekitar Rp 300.000.

Setiap hari, Jalan Kokusai Dori ini ramai oleh pengunjung, baik wisatawan lokal dari Tokyo maupun wisatawan asing dari negara tetangga, seperti Taiwan, Hongkong, dan Korea Selatan. Pada akhir pekan, jalan ini juga dipenuhi para anggota militer Amerika yang bertugas di pangkalan militer di kawasan Okinawa.

Pernah diduduki AS

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com