Tidak bisa dihindari kebimbangan itu. Lantas apa yang mesti dilakukan untuk menghilangkan kebimbangan itu? Salah satu jawabannya adalah dengan cara menggemakan dan mengingatkan kembali kepada publik bahwa Bali disukai berkat aktifitas agama dan budaya lokalnya, bukan karena keglamoran dan kemewahan tersebut.
Kegiatan ini tidak saja penting dalam persembahyangan semata, akan tetapi menjadi momentum peringatan akan mutlaknya menggemakan kembali bahwa kebudayaan Bali bernapaskan Hindu lah yang membuat daya tarik wisatawan di seluruh dunia mengunjungi Bali.
Tepat pukul 11.00 dimulai dengan acara ritual keagamaan yang berlangsung khidmat dan lancar. Sebagai pimpinan persembahyangan adalah Jero mangku Sutiawidjaya. Sarana ritual persembahyangan dibuat sederhana tanpa harus mengurangi arti dan makna simbolisnya. Artinya kelengkapan banten disesuaikan dengan "Desa Kala Patra" (Desa = tempat, Kala = Waktu, Patra = keadaan/situasi kita berada).
Hal paling menarik dan sepertinya tidak akan pernah dipercaya terjadi di Eropa yaitu kejadian kerauhan (trance) pelelawatan Ratu Gede (Barong Ket), Ratu Ayu dan Ratu Mas (Rangda) serta Ratu Alit. Proses kerauhan tersebut memiliki energi sangat kuat dan dipercaya memancarkan sebuah kekuatan magis.
"Saraswati adalah sumber ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memberikan kehidupan lebih baik kepada umatnya di dunia ini. Hari Saraswati ini kita jadikan pemicu untuk tetap bersemangat mempelajari ilmu yang berguna untuk kehidupan manusia," ujar Dewa Sastrawan.
Secara resmi pentas seni dari perayaan Saraswati dibuka oleh Kuasa Usaha ad Interim (KUAI) RI Brussel, Ignacio Kristanyo Hardojo yang menyampaikan bahwa perayaan Saraswati kali ini menjadi penting bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada publik di Eropa bahwa toleransi dan kehidupan umat beragama di Indonesia tetap terjaga meskipun mereka jauh dari negaranya, serta tetap berjalan seiring dengan keragaman budaya dan agama lainnya di Indonesia.
Tahun ini adalah perayaan Saraswati terbesar di mana warga Bali datang dari berbagai penjuru negara di Eropa. Mereka tergerak hatinya untuk datang bukan saja karena ingin sembahyang atau bertemu dengan warga mereka, lebih dari itu adalah rasa jengah/kuat mempertahankan budaya Bali sekaligus menghapus kebimbangan, dengan melakukan aktifitas budaya yang berguna demi lestarinya kebudayaan Bali yang menjadi primadona pariwisata dunia. (MADE AGUS WARDANA, dari Brussel, Belgia)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.