Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya "Off-Road" Menyusuri Merapi

Kompas.com - 11/05/2015, 08:32 WIB
Mentari Chairunisa

Penulis

SLEMAN, KOMPAS.com - Letusan hebat yang terjadi 2010 silam membuat daerah sekitar Gunung Merapi luluh lantah. Lima tahun pasca bencana itu, sebagian lokasi sudah berbenah kembali namun beberapa dibiarkan tetap menyerupai aslinya guna dijadikan sebagai obyek wisata.

Tak hanya sekadar melancong melihat keindahan Gunung Merapi, wisatawan juga dapat mempelajari erupsi yang terjadi lima tahun lalu. Salah satu cara menyusuri sisa-sisa letusan Merapi adalah dengan off-road menaiki Jeep yang disewakan komunitas-komunitas yang ada.

Keseruan terjadi saat mobil-mobil Jeep mulai menerjang jalanan ekstrem berbatu tanpa ragu. Bahkan, tak jarang ada beberapa pengemudi yang usil sehingga memilih jalur yang sangat ekstrem dengan melajukan kendaraannya kencang.

Durasi dan panjangnya rute yang ditawarkan off-road ini beragam. Rute terpendek biasanya memakan waktu 1,5-2 jam perjalanan. Sedangkan rute terpanjang memakan waktu 4 jam.

KOMPAS.COM/MENTARI CHAIRUNISA Monumen The House of Memory yang terbuat dari tulang sapi yang turut menjadi korban tumpahan lava pijar Merapi.
Menurut Heru, salah satu pengemudi jeep, lamanya durasi dan panjang rute bergantung pada banyaknya lokasi yang dikunjungi. "Paling lama 4 jam itu ditambah ke makam dan rumahnya Mbah Marijan," jelas Heru, Minggu (10/5/2015).

Sepanjang perjalanan, para sopir, tak terkecuali Heru, akan menjelaskan bagaimana proses letusan Gunung Merapi hingga menunjukkan tempat-tempat yang terkena imbas letusan itu.

Tujuan pertama yang bisa dikunjungi adalah The House of Memory. Bangunan tanpa atap ini dulunya merupakan rumah penduduk. Namun, saat erupsi terjadi, bangunan ini hancur dan hanya menyisakan tembok-tembok yang berdiri seadanya.

Di dalam The House of Memory terdapat kumpulan benda-benda yang turut menjadi korban lahar panas yang mengalir saat itu. Beragam benda mulai dari peralatan makan, kursi, hingga sepeda yang tampak mengarat. Tak hanya itu, kerangka hewan ternak juga ditampilkan di museum ini. Terdapat pula foto-foto letusan gunung pada saat itu.

KOMPAS.COM/MENTARI CHAIRUNISA Televisi yang menjadi koleksi The House of Memory yang meleleh akibat lava pijar Merapi.
Setelah melihat-lihat di The House of Memory, pengunjung selanjutnya akan dibawa ke Batu Wajah. Batu besar yang juga dikenal dengan sebutan Batu Alien ini merupakan muntahan material pada saat Gunung Merapi meletus. Menurut Heru, batu ini jika diperhatikan menyerupai wajas seseorang dengan mulut menganga.

“Kalau dilihat, mohon maaf itu mulutnya agak mencong ya, itu seperti orang yang kena hawa panas Merapi,” ujar Heru.

Lepas dari Batu Wajah, tujuan selanjutnya adalah Bangker. Lokasi ini merupakan sebuah bunker yang dibangun pemerintah Kabupaten Sleman untuk tempat bersembunyi para warga saat Merapi mengalami erupsi. Bunker yang dibangun pada tahun 2004 hingga 2005 ini sayangnya sudah tidak terpakai lagi saat ini.

“Dulu dibangun untuk berlindung, cuma waktu 2006 lavanya ternyata sampai bawah melewati ini, ada dua relawan meninggal di dalam,” cerita Heru.

KOMPAS.COM/MENTARI CHAIRUNISA Bunker yang dibangun Pemkab Sleman untuk berlindung ketika Gunung Merapi meletus.
Heru melanjutkan, niat awal kedua relawan itu sebenarnya untuk berlindung. Namun, menurut Heru pintu bunker saat itu tidak tertutup sempurna sehingga lahar panas tetap bisa masuk ke dalam bunker dan mengendap hingga saat ini.

Setelah Bangker, Heru menjelaskan masih ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi. Sayangnya, KompasTravel hanya menyusuri wisata Merapi sampai di Bangker saja.

Bagi wisatawan yang ingin mencoba wisata off-road Merapi ini, Heru menyarankan agar datang pagi hari atau menelepon terlebih dahulu untuk membuat janji. Jika tidak, wisatawan bisa menunggu terlalu lama. Jangan lupa juga membawa masker untuk mengindari debu yang menerpa wajah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com