Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Orang Tangkap Ikan Bersama dalam Festival Mane'e di Talaud

Kompas.com - 11/05/2015, 12:06 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

TALAUD, KOMPAS.com - Ekspresi gembira terpancar dari wajah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti saat menginjakkan kakinya di Pulau Intata. Susi hadir di pulau paling ujung Indonesia ini memenuhi undangan Bupati Kepulauan Talaud Sri Wahyumi Manalip dalam Festival Mane'e yang puncaknya digelar Sabtu, 7 Mei 2015.

Susi mengakui keindahan Pulau Intata yang memesona dan mampu memikat ribuan warga Talaud datang berbondong-bondong ke sana. Tak heran jika Susi bersama dengan cucunya tak segan berenang di perairan Intata yang jernih itu. Dia juga menyempatkan diri berkeliling ke beberapa pulau di Nanusa dan terpesona dengan potensi wisata yang dimiliki pulau-pulau itu.

Sama halnya dengan Susi, sekitar 3500-an warga Talaud lainnya juga terpikat dengan kearifan lokal yang dimiliki warga Kakorotan-Intata saat menggelar Mane'e, yang merupakan tradisi berusia ratusan tahun yang terus dijaga turun temurun. Dengan menumpangi berbagai moda transportasi laut, mereka rela menempuh pelayaran berjam-jam lamanya, demi melihat tradisi menangkap ikan yang sudah ada sejak abad ke-16 itu.

Mane'e lazimnya digelar pada bulan Mei atau Juni saat pasang tertinggi dan surut terendah mencapai puncaknya, sebagai pertanda diakhirinya masa Eha. Masyarakat Kakorotan punya kesepakatan adat pelarangan mengambil hasil laut dan hasil daratan di Intata. Eha berlangsung antara 3 hingga 6 bulan, bahkan di lokasi Mane'e digelar, pelarangan itu berlangsung selama setahun penuh. "Jika ada warga yang melanggar, maka sanksi adat menanti. Pelaku akan dipermalukan dengan cara berkeliling kampung dengan ikan-ikan digantung di badannya," ujar Kepala Bagian Humas Setda Talaud, Erwin Tamatompo.

Eha menyiratkan hubungan timbal balik antara manusia dengan alam. Bila manusia menjaga alam, maka alam pun akan memberikan bagiannya bagi manusia. Itulah esensi dari Mane'e, sebuah kearifan yang patut dilestarikan. Sejatinya Mane'e terdiri dari sembilan tahapan yang dilakukan dalam beberapa hari. Tahapan-tahapan itu adalah Maraca Pundangi (memotong tali hutan), Mangolom Par’ra (permohonan kepada Tuhan), Mattuda Tampa Pane’can (menuju lokasi acara), Mamabi’u Sammi (membuat alat tangkap dari janur kelapa yang dilingkarkan pada tali hutan), Mamoto’u Sammi (menebar janur), Mamole Sammi (menarik janur ke darat), Manganu Ina (mengambil hasil tangkapan/ikan), Matahia Ina (membagi hasil) dan Manarm’Ma Alama (ucapan syukur lewat makan bersama hasil tangkapan).

Namun tahapan menebar janur hingga makan bersama hasil tangkapan selalu dijadikan sebagai puncak Festival Mane'e. Saat Mane'e digelar pada 7 Mei 2015, sami sepanjang 3,5 kilometer ditebar saat air mulai surut. Hanya warga Kakorotan-Intata yang bisa menarik sami atas petunjuk dan perintah tokoh adat, Ratumbanua. Secara statis dan penuh perhitungan bentangan sami yang membentuk setengah lingkaran itu ditarik hingga mengecil, seiring surutnya air laut. Perlahan bebatuan karang mulai bermunculan.

KOMPAS.COM/RONNY ADOLOF BUOL Warga bersiap menangkap ikan yang sudah terkurung di sami saat Festival Mane'e digelar di Pulau Intata, Talaud, Sulawesi Utara, Sabtu, 7 Mei 2015.
Ratumbanua terlihat mondar-mandir sambil melafalkan mantra. Para pentua adat lainnya menjaga ujung-ujung sami agar tetap dalam formasi setengah lingkaran. Saat air mencapai pasang terendah, yang ditandai tersambungnya pulau Kakorotan dan Intata, tiba-tiba ribuan ikan mulai bermunculan terkurung dalam lingkaran sami. Warga luar Kakorotan-Intata serta wisatawan, termasuk Susi dan pejabat lainnya belum bisa mendekati sami. Mereka hanya diizinkan menonton dari jauh prosesi itu. Warga di sana menyakini jika prosesi itu diganggu maka ikan-ikan yang sudah berada di dalam sami akan terlepas kembali laut.

Pergerakan ribuan ikan dari berbagai jenis itu membuat air laut yang terkurung sami bergelora. Ikan dari jenis Layar, Bawal, Barongan, Kakap Merah, Marlin Putih, Todak bahkan Hiu dan Penyu serta puluhan jenis lainnya berenang membentuk formasinya masing-masing. Seakan menurut apa yang dikehendaki Ratumbanua, ribuan ikan-ikan itu datang berhampiri warga Kakorotan-Intata yang menjaga sami.

Saat waktunya tiba, Ratumbanua lalu mengundang para tamu mendekati sami. Ribuan warga serta wisatawan riuh mendatangi sami. Mantra dibacakan, doa dilafalkan, sambutan diantarkan, dan Ratumbanua pun dengan cekatan memotong seekor ikan, pertanda tahapan pengambilan ikan dimulai. Dan ribuan orang yang hadir itu bersuka ria, tertawa gembira sambil berteriak kegirangan menangkap ikan bersama-sama, termasuk Susi. Sebuah festival yang sungguh luar biasa, yang tidak dapat dijumpai di daerah lain selain di Talaud.

"Ini merupakan kearifan lokal yang luar biasa, dan saya pikir ini mesti terus kita jaga dan kampanyekan dan ini sebuah festival yang pantas mendapat promosi wisata secara luas," kata Susi.

Setelah semua warga mendapat ikan, beramai-ramailah mereka menuju pantai dan makan ikan bersama setelah sebelumnya dibakar. Sungguh sebuah atraksi wisata dari kearifan lokal yang terus terjaga di salah satu pulau terluar Indonesia yang sayang untuk dilewatkan.

Pulau Terluar

Pulau Intata merupakan salah satu pulau kecil terluar dari 11 pulau terluar yang dimiliki Provinsi Sulawesi Utara. Intata tidak berpenghuni dan terletak di bagian Utara Pulau Sulawesi dan berbatasan langsung dengan Filipina. Pulau ini hanya memiliki luas 0,15 kilometer persegi dan banyak ditumbuhi pohon kelapa. Di bagian Selatan dan Barat terdapat pasir putih, sementara di bagian Timur pantainya berbatu. Secara administratif, Intata masuk dalam wilayah Kecamatan Nanusa, Kabupaten Kepulauan Talaud yang dibatasi Samudera Pasifik di sebelah Timur dan Pulau Kakorotan di sebelah Selatan.

Kompas.com/Ronny Adolof Buol Ribuan warga nerebut menangkap ikan yang sudah terkurung di sami saat Festival Mane'e digelar di Pulau Intata, Talaud, Sulawesi Utara, Sabtu, 7 Mei 2015.
Menurut cerita, dulunya hanya ada satu pulau. Tapi saat gempa besar yang memicu tsunami terjadi pada 1628, Kakorotan terpisah menjadi tiga bagian yakni Pulau Kakorotan, Pulau Intata dan Pulau Malo. Kini perairan dan daratan Intata merupakan bagian dari budaya warga Kakorotan. Tradisi Mane'e dimulai setelah bencana itu terjadi, saat seluruh harta benda warga Kakorotan lenyap. Saat itu hanya tersisa 8 orang yang kemudian membentuk empat suku: Waleuala, Pondo, Melonca dan suku Parapa.

Saat masa susah itu, mereka kedatangan dua orang asing yang mengentak-entakkan dedaunan ke air. Tiba-tiba muncullah ikan. Penduduk yang tersisa bermohon agar mereka diajari cara menangkap ikan itu. Kedua orang asing itu kemudian menyerahkan alat itu dan pergi berlayar kembali. Sejak saat itulah tradisi Mane'e diyakini dimulai.

Di sekeliling Intata terdapat rataan terumbu karang yang cukup lebar dengan kemiringan yang landai terutama di bagian Barat dengan tutupan karang hidup lebih dari 30 persen. Kondisi itu membuat populasi ikan-ikan karang relatif banyak. Di samping itu, Intata juga memiliki pesona alam yang sangat indah dan layak dijadikan tujuan wisata bahari. Pasir putih, air jernih serta suhu tropis yang hangat sangat cocok bagi wisatawan asing.

Secara perlahan, Pemerintah Daerah Talaud mulai membangun sarana penunjang wisata di Intata, terutama fasilitas saat digelarnya Festival Mane'e. Akses ke Intata dari ibu kota Sulut, Manado dapat ditempuh dengan penerbangan pesawat yang tersedia setiap hari ke Melonguane atau dengan kapal laut juga ke Melonguane. Dari Melonguane, biasanya pemerintah daerah Talaud menyediakan kapal khusus untuk mengangkut wisatawan ke Intata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com