Susi mengakui keindahan Pulau Intata yang memesona dan mampu memikat ribuan warga Talaud datang berbondong-bondong ke sana. Tak heran jika Susi bersama dengan cucunya tak segan berenang di perairan Intata yang jernih itu. Dia juga menyempatkan diri berkeliling ke beberapa pulau di Nanusa dan terpesona dengan potensi wisata yang dimiliki pulau-pulau itu.
Sama halnya dengan Susi, sekitar 3500-an warga Talaud lainnya juga terpikat dengan kearifan lokal yang dimiliki warga Kakorotan-Intata saat menggelar Mane'e, yang merupakan tradisi berusia ratusan tahun yang terus dijaga turun temurun. Dengan menumpangi berbagai moda transportasi laut, mereka rela menempuh pelayaran berjam-jam lamanya, demi melihat tradisi menangkap ikan yang sudah ada sejak abad ke-16 itu.
Mane'e lazimnya digelar pada bulan Mei atau Juni saat pasang tertinggi dan surut terendah mencapai puncaknya, sebagai pertanda diakhirinya masa Eha. Masyarakat Kakorotan punya kesepakatan adat pelarangan mengambil hasil laut dan hasil daratan di Intata. Eha berlangsung antara 3 hingga 6 bulan, bahkan di lokasi Mane'e digelar, pelarangan itu berlangsung selama setahun penuh. "Jika ada warga yang melanggar, maka sanksi adat menanti. Pelaku akan dipermalukan dengan cara berkeliling kampung dengan ikan-ikan digantung di badannya," ujar Kepala Bagian Humas Setda Talaud, Erwin Tamatompo.
Eha menyiratkan hubungan timbal balik antara manusia dengan alam. Bila manusia menjaga alam, maka alam pun akan memberikan bagiannya bagi manusia. Itulah esensi dari Mane'e, sebuah kearifan yang patut dilestarikan. Sejatinya Mane'e terdiri dari sembilan tahapan yang dilakukan dalam beberapa hari. Tahapan-tahapan itu adalah Maraca Pundangi (memotong tali hutan), Mangolom Par’ra (permohonan kepada Tuhan), Mattuda Tampa Pane’can (menuju lokasi acara), Mamabi’u Sammi (membuat alat tangkap dari janur kelapa yang dilingkarkan pada tali hutan), Mamoto’u Sammi (menebar janur), Mamole Sammi (menarik janur ke darat), Manganu Ina (mengambil hasil tangkapan/ikan), Matahia Ina (membagi hasil) dan Manarm’Ma Alama (ucapan syukur lewat makan bersama hasil tangkapan).
Namun tahapan menebar janur hingga makan bersama hasil tangkapan selalu dijadikan sebagai puncak Festival Mane'e. Saat Mane'e digelar pada 7 Mei 2015, sami sepanjang 3,5 kilometer ditebar saat air mulai surut. Hanya warga Kakorotan-Intata yang bisa menarik sami atas petunjuk dan perintah tokoh adat, Ratumbanua. Secara statis dan penuh perhitungan bentangan sami yang membentuk setengah lingkaran itu ditarik hingga mengecil, seiring surutnya air laut. Perlahan bebatuan karang mulai bermunculan.
Pergerakan ribuan ikan dari berbagai jenis itu membuat air laut yang terkurung sami bergelora. Ikan dari jenis Layar, Bawal, Barongan, Kakap Merah, Marlin Putih, Todak bahkan Hiu dan Penyu serta puluhan jenis lainnya berenang membentuk formasinya masing-masing. Seakan menurut apa yang dikehendaki Ratumbanua, ribuan ikan-ikan itu datang berhampiri warga Kakorotan-Intata yang menjaga sami.
Saat waktunya tiba, Ratumbanua lalu mengundang para tamu mendekati sami. Ribuan warga serta wisatawan riuh mendatangi sami. Mantra dibacakan, doa dilafalkan, sambutan diantarkan, dan Ratumbanua pun dengan cekatan memotong seekor ikan, pertanda tahapan pengambilan ikan dimulai. Dan ribuan orang yang hadir itu bersuka ria, tertawa gembira sambil berteriak kegirangan menangkap ikan bersama-sama, termasuk Susi. Sebuah festival yang sungguh luar biasa, yang tidak dapat dijumpai di daerah lain selain di Talaud.
"Ini merupakan kearifan lokal yang luar biasa, dan saya pikir ini mesti terus kita jaga dan kampanyekan dan ini sebuah festival yang pantas mendapat promosi wisata secara luas," kata Susi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.