Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkenalkan, Petarung Cilik dari Pulau Sumbawa!

Kompas.com - 12/05/2015, 12:45 WIB
KOMPAS.com - Pulau Sumbawa di Nusa Tenggara Barat adalah tempat bagi kuda liar sumbawa yang kesohor. Tetapi sayangnya Sumbawa merupakan destinasi yang sering dilupakan. Bagi wisatawan asing Sumbawa adalah tempat untuk transit dari Pulau Lombok ke Labuan Bajo (Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur).

Padahal Sumbawa punya banyak sekali destinasi wisata yang eksotis dan bahkan belum banyak orang tahu. Mendengar kata Sumbawa bagi para pelancong mungkin langsung teringat dengan Gunung Tambora. Ya Gunung Tambora ini memang destinasi favorit para pendaki gunung, tidak kalah dengan Gunung Rinjani di Pulau Lombok.

BARRY KUSUMA Kuda sumbawa sangat terkenal karena menjadi tunggangan para raja, bangsawan, dan panglima perang sejak abad 18.
Gunung Tambora merupakan gunung yang eksotis karena punya cerita yang sangat menarik. Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 silam teramat dahsyat. Diperkirakan sebanyak 100 ribu orang meninggal ketika Tambora meletus. Akibat letusan Tambora, sebagian Eropa tertutup awan gelap.

Sejak abad ke 18 kuda sumbawa sudah sangat terkenal karena menjadi tunggangan para raja, bangsawan, dan panglima perang. Dalam kitab Negarakertagama yang ditulis Empu Prapanca disebutkan bahwa raja dan panglima perang dari Kediri, Singosari, hingga Majapahit menggunakan kuda asal Sumbawa untuk memperkuat pasukannya. Wajar sih, karena kuda inilah yang dikenal sebagai kuda liar, dan karena hidup di alam yang keras dan medan yang panas.

BARRY KUSUMA Pacoa Jara atau balap kuda tradisional masih dipertahankan di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat.
Kalau sekilas melihat kuda sumbawa tidak begitu besar namun ternyata terbilang tangguh, karena selain untuk sarana transportasi juga kuat membawa beban hasil panen. Selain itu, kuda sumbawa juga dikenal tahan cuaca panas dan jinak. Sayangnya saat ini fungsi kuda semakin lama semakin terkikis oleh zaman, apalagi perannya tergantikan oleh kendaraan bermotor yang jauh lebih praktis dan efisien.

Beruntung di Kota Bima, "Pacoa Jara" atau balap kuda tradisional masih dipertahankan, sehingga eksistensi kuda-kuda sumbawa ini tetap terjaga. Yang unik, para joki kuda ini adalah anak-anak berumur 5 sampai 10 tahun. Pasalnya dari umur 3 tahun mereka sudah berlatih dengan kuda untuk balapan. Ketika usia di atas 10 tahun mereka sudah tidak dipakai lagi.

BARRY KUSUMA Para joki kuda peserta pacoa jara atau balap kuda di Bima, Nusa Tenggara Barat, ini adalah anak-anak berumur 5 sampai 10 tahun.
Pacoa Jara merupakan istilah Dompu untuk pacuan kuda ("pacoa" berarti pacuan dan "jara" berarti kuda) di mana telah menjadi olahraga favorit masyarakat Dompu dan Bima serta rutin digelar mulai dari skala lokal hingga nasional.

Pacoa Jara di Dompu masih berlangsung secara turun temurun. Kompetisi adu cepat berkuda tersebut digelar di berbagai waktu dan tempat berbeda di Pulau Sumbawa. Bukan hanya dari Dompu, peserta lomba juga datang dari berbagai daerah seperti Bima, Sumbawa, Taliwang, dan Lombok. Pacoa jara pun digelar rutin setiap tahun untuk menyambut hari besar. Beruntung, ketika saya datang ke sini pada saat Festival Tambora. ada perlombaan pacuan kuda di sini.

BARRY KUSUMA Kalau sekilas melihat kuda sumbawa tidak begitu besar namun tangguh karena selain untuk sarana transportasi juga kuat membawa beban hasil panen.
Pacoa Jara diadakan 2 kali setiap tahun secara rutin. Lantas bagaimana turis atau fotografer yang ingin mengambil foto mereka? Tenang, biasanya setiap Sabtu dan Minggu mereka berlatih bersama, sehingga setiap weekend bagi turis yang ingin melihat pacoa jara bisa menyaksikan. Uniknya pacuan kuda ini membuat acara ini sangat terkenal di kalangan wisatawan. Jika anda ke Bima, pacoa dara wajib untuk dikunjungi. (BARRY KUSUMA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com