Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gemetar dan Panik di Udara

Kompas.com - 13/05/2015, 09:06 WIB

Kapten Boby Ary Subagio, Quality Manager di Training Center Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan, menjelaskan, turbulensi terjadi karena adanya perubahan aliran udara sehingga mengganggu keseimbangan pesawat. Turbulensi bisa diakibatkan oleh kecepatan udara atau awan yang berakibat pada perubahan aliran udara. Saat terjadi turbulensi, pesawat terguncang seperti mobil saat melintasi jalan berlubang atau gundukan.

Indriatno Mulyatmoko, Flight Safety Instructor dari Garuda Indonesia, menambahkan, sebelum terbang, pilot pasti mengadakan briefing dengan awak pesawat yang antara lain membahas cuaca selama penerbangan. Mereka sudah mengantongi catatan prakiraan cuaca dari lembaga terkait sehingga paham betul apa yang harus dilakukan, termasuk membatalkan atau menunda penerbangan jika cuaca tidak memungkinkan.

Ia menambahkan, turbulensi itu sebuah keniscayaan bagi penerbangan. Apalagi untuk pesawat yang melintas di wilayah khatulistiwa seperti Indonesia yang sering terjadi pancaroba dan berpengaruh pada cuaca. ”Tapi kami sudah menghitung secara cermat semua kemungkinan demi keselamatan penumpang,” katanya.

Semua awak kabin dan pilot, lanjut Mulyatmoko, sudah mengetahui prosedur yang harus dilakukan jika terjadi turbulensi. Pilihan paling bijak bagi penumpang adalah mengikuti seluruh instruksi awak kabin dan tak perlu panik.

Gangguan kecemasan

Diah Karmiyati, psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang, menjelaskan, ketakutan terbang termasuk gangguan kecemasan. Sumbernya biasanya peristiwa traumatik yang tidak harus dialami sendiri. Sumbernya bisa dari berita atau cerita teman yang memengaruhi keadaan psikologis menjadi trauma. ”Mereka sudah membayangkan hal-hal yang ekstrem bagaimana kalau hal itu menimpa aku. Kecemasan yang mendominasi memengaruhi pemikiran (kognitif) bisa berpikir macam-macam yang perlu diluruskan,” ujar Diah.

Ia menganjurkan penumpang yang cenderung takut terbang agar memilih maskapai yang aman atau paling kecil angka kecelakaannya. Cara lain, terbang dengan mengajak teman yang dapat memberi ketenangan. Dalam kondisi harus pergi seorang diri, upayakan menyibukkan diri untuk mengalihkan pikiran negatif tentang terbang, misalnya dengan menonton film atau membaca.

Diah menyarankan agar menghindari meminum obat tidur atau sejenisnya karena dikhawatirkan berdampak buruk pada badan. Apalagi bagi mereka yang harus sering terbang. (MHF/DAY/CAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com